52
Esoknya diadakan lia panunggru, sebagai puncak acara. Gong dibunyikan, semua yang hadir wajib memakai katsaila pucuk enau hutan di lehernya dan
perhiasan manik-manik sebagai lambang kegembiraan. Acara dilanjutkan dengan makan bersama yang dilakukan dengan berkelompok setiap keluarga inti makan
secara bersama. Begitu acara selesai semua kesedihan akan kematian seorang anggota keluarga hilang dan digantikan dengan keceriaan dan keluarga bisa
melanjutkan kehidupan mereka.
2.2.1.5 Dukun Sikerei
Pada masyarakat Salappa’ sikerei dukun masih memiliki peran yang sangat besar dalam kehidupan mereka. Peran utamanya adalah sebagai orang yang
dapat mengobati penyakit dan pemimpin dalam ritual adat, jadi peran sikerei pada masyarakat Salappa’ tidak dapat dipisahkan begitu saja. Selain karena tidak
adanya peralatan kesehatan untuk berobat masyarakat Salappa’ juga memiliki pandangan yang lain tentang penyakit, mereka percaya penyakit itu tidak hanya
disebabkan karena masalah fisik saja namun juga akibat dari jiwa yang merasa tidak nyaman atau ketidakseimbangan antara jiwa dan fisik Schefold, 1991:112.
Seseorang dapat menjadi sikerei karena keinginan mereka sendiri atau karena sakit-sakitan yang tidak kunjung sembuh walaupun sudah berbagai upaya
telah dilakukan, oleh karena itu mereka menganggap bahwa itu adalah petunjuk untuk menjadi sikerei. Namun untuk memastikannya akan diadakan upacara
pengobatan layaknya pesta sikerei dan jika dia sembuh berarti penyakit itu memang petunjuk bagi dirinya untuk menjadi sikerei. Jika setelah sembuh ia tidak
53
segera menjalani proses menjadi sikerei dan penyakit itu kambuh kembali maka tidak ada jalan lain selain ia harus secepatnya menjadi sikerei.
Ada beberapa tahapan ritual yang dijalani seseorang selama berbulan- bulan untuk menjadi sikerei yang pertama adalah ia harus memilih guru yang
berpengalaman paumat dengan segala mantra serta perbuatan yang berhubungan dengan upacara. Secara garis besar ada dua tahapan yang akan dilalui seseorang
untuk menjadi sikerei Schefold, 1991:112. Tahap pertama sikerei dan istrinya diasingkan dalam sebuah pondok yang
terdapat di tengah hutan jauh dari pemukiman setelah pengasingan ini selesai maka ditandai dengan pemberian satu luat ikat kepala khusus sikerei oleh
paumat , setelah itu mengatakan bahwa ia telah mampu mengusai semua ilmu
yang diberikan dan perlengkapan para sikerei telah selesai dibuat oleh para sinuruk
, maka diadakan pesta yang mengundang semua kerabat sesuku calon sikerei
, namun pada upacara yang bernama taddat tubu atau lia tadde ini sikerei belum boleh untuk memakai peralatan sikerei . Seperti pada upacara lainnya di
Mentawai pada pesta ini juga dipotong babi dan ayam untuk para hadirin. Dua hari setelah itu maka di adakan upacara kadut alaket naik pakaian
yang berarti sikerei baru boleh memakai perlengkapan seorang sikerei. Tetapi pada acara ini tidak boleh memotong babi hanya ayam yang disediakan untuk para
tamu, karena tidak boleh ada darah yang berceceran. Sikerei baru dan sikerei lain yang diundang akan muturuk sampai pagi. Dua hari setelah itu diadakan ritual
yang disebut serangen leccu. yaitu upacara memakai gelang leccu yang terbuat dari anyaman serat rasam di kaki sikerei yang baru Schefold, 1991:112.
54
Selang dua hari berikutnya kemudian dilakukan lia alup. Ini merupakan pesta terakhir dan terbesar. Babi yang dipotong lebih banyak dari pada pesta-pesta
sebelumnya, pada saat ini sikerei akan menari dengan membawa miniatur perahu layar nenek moyang kalabba dan pendayungnya yang dihiasi dengan bunga-
bunga dan dipegang oleh sang guru. Lalu sikerei baru bersama gurunya akan bermeditasi untuk membawa simagere mereka keluar kampung dan bertemu
dengan roh Pagetasabu roh orang yang menjadi sikerei untuk pertama kalinya untuk meminta kekuatan. Kemudian dilanjutkan dengan usailuppa, yaitu ujian
terhadap sikerei baru dengan memegang api yang ada di ujung ngangai-ngangai dan menginjak bara api. Jika sikerei baru itu memiliki sifat baik maka tidak akan
terjadi apa-apa namun bagi orang yang memiliki sifat jahat maka dia akan terbakar Schefold, 1991:112.
Setelah upacara itu selesai maka sang guru akan pulang. Besoknya sebagai bentuk penghormatan kepada sikerei lainnya maka ia membagikan paha kanan
babi sileklek yang sudah dipotong-potong untuk para sikerei lainnya. Para sikerei
yang telah menerima sileklek akan berkumpul dan mulai berpantangan. Mereka menyediakan beberapa ekor babi untuk acara yang berlangsung antara 1
sampai 2 hari. Dengan melakukan panegek berarti sikerei baru itu sudah diterima dan diakui oleh para sikerei lainnya dan sejak itu masa berpantangannya akan
habis secara berangsur-angsur Schefold, 1991:112. Setelah semua proses diatas selesai dilakukan maka sekerei kembali
kekampungnya lalu mengadakan pesta bale’leccu yaitu melepaskan leccu yang dipakai oleh sikerei, acara dilanjutkan dengan lia atre atau mengunting
55
rambutnya. Pada tahap ini sikerei baru boleh memakai satu luat dan ia baru boleh melakukan pengobatan. Untuk menyempurnakan kemampuannya maka sikerei
harus melakukan tahap ke dua namun rentang waktu antra tahap pertama dan kedua memakan waktu sekitar tiga bulan lebih karena memerlukan persiapan
tidak hanya mental tapi fisik dan materi juga. Proses tahap kedua hampir sama dengan tahap pertama, baru pada tahap kedua ini sikerei boleh memakai 2 buah
luat yang menandai bahwa ia telah sempurna ilmunya. Cawat kabit yang
dipakainya juga telah boleh menggunakan warna putih yang merupakan warna asli dari cabit tersebut Hernawati, 2004:45
Selama menjadi sikerei banyak pantangan yang harus dijalaninya antara lain dilarang untuk makan belut, pakis, kura-kura, tupai, anak katak, jika dimakan
maka akan menimbulkan penyakit bahkan kematian bagi sikerei. Selama melakukan pengobatan dilarang untuk melakukan hubungan suami istri, bekerja
diladang, beternak babi, begitu juga dengan istrinya tidak boleh memotong kayu, membelah kelapa dan bambu. Biasanya sang istri dibawa serta oleh sikerei dalam
pengobatan yang dilakukan hal ini bermaksud agar sang istri tidak melakukan pelangaran Schefold, 1991:112.
2.3 Alur Pikir Penelitian.