46
Sekuen di atas menunjukkan bahwa Midun harus membawa istrinya ke rumah sakit. Pikirannya semakin kacau karena rumahnya juga kebanjiran dan ia
tidak punya uang untuk membayar rumah sakit maka ia ke rumah juragannya untuk meminta sisa bayarannya. Hal ini dapat dilihat pada sekuen berikut;
S-5 Midun menyang omahe juragane
5.1 Midun njaluk kurangan dhuwit pasir
5.1.1 Pasire keli menyang bengawan 5.1.2 Juragane Midun ora gelem mbayar Midun lan kanca-kancane
Sekuen di atas menunjukkan Midun yang meminta sisa bayarannya kepada juragannya untuk membayar rumah sakit namun usaha Midun sia-sia.
III. Crita Cekak “Mojang Kamojang”
Pada crita cekak “Mojang Kamojang” tokoh dan penokohan dapat dilihat pada sekuen berikut;
S-2 Istanto kepengin nyedhaki Kurniasih mojang Kamojang
2.1 Sesambungane Istanto lan Kurniasih saya raket
2.1.1 Rong Minggu sepisan Istanto mesthi ketemu Kurniasih 2.1.2
Yen ora ketemu Kurniasih, Istanto kepengin nyusul neng Garut Sekuen di atas menunjukkan Istanto yang jatuh hati kepada Kurniasih dan
ingin mendekatinya. Pada kenyataannya Kurniasih tidak diijinkan oleh kedua orang tuanya untuk berpisah dari mereka sehingga akhirnya Istanto dan Kurniasih
tidak bisa bersatu dalam ikatan pernikahan. Hal ini dapat dilihat dalam sekuen berikut;
S-5 Tresnane Istanto lan Kurniasih ora dipungkasi sarana
perkawinan 5.1 Istanto
kepengin sesambungane
tetep lestari dadi sedulur 5.1.1
Istanto janji bakal nyawang kemelune keluk kawah Kamojang 5.1.2
Istanto bisa nyipati kemulyane bebrayane Kurniasih
47
Sekuen di atas menunjukkan Istanto dan Kurniasih yang tidak bisa bersatu dalam pernikahan.
IV. Crita Cekak “Kasep”
Pada crita cekak “Kasep” tokoh dan penokohan dapat dilihat pada sekuen
berikut; 1.
S-2 Karmanto seneng nulis
2.2 Karmanto sregep nulis kanggo majalah-majalah
2.2.1 Sawise melu Sarasehan Pengarang Sastra Jawa inspirasine
Karmanto tambah mili 2.2.2
Karmanto entuk predikat “Pengarang Petani” 2.2.3
Pengarang bisa ngrembaka ing desa 2. S-3
Karmanto ora gelem dadi pengarang Indonesia 3.1
Karmanto ngantepi sastra Jawa 3.1.1
Crita basa Jawa iku basane bisa memasyarakat 3.1.2
Basa daerah luwih nges lan ngenani Sekuen di atas menunjukkan bahwa Karmanto seorang pengarang Jawa
yang juga berprofesi sebagai petani. Istrinya yang sedang hamil membuat tanggung jawabnya semakin bertambah sehingga dia tidak sempat mengirimkan
naskah-naskahnya. Hal ini dapat dilihat dalam sekuen berikut; S-4
Karmanto wis suwe ora ngetokake naskah-naskahe 4.1
Jayus merlokake teka menyang omahe Karmanto 4.1.1 Jayus weruh yen bojone Karmanto wis mbobot
4.1.2 Karmanto isih sregep nulis 4.1.3 Karmanto nyimpen tumpukan naskah-naskahe sing durung
kakirim Sekuen di atas menunjukkan Karmanto yang telah lama tidak
mengeluarkan naskah-naskahnya. Karmanto berniat akan menyerahkan naskah- naskahnya ke Redaksi Darmarini bersama istrinya. Hal ini dapat dilihat dalam
sekuen berikut;
48
S-6 Karmanto menyang Solo karo bojone
6.1 Karmanto nyerahake naskah-naskahe menyang redhaksi
Darmarini 6.1.1 Darmarini ganti nganggo basa Indonesia
6.1.2 Darmarini ora nampa naskah-naskah Jawa maneh 6.1.3 Karmanto bingung ara duwe sangu kanggo bali
Sekuen di atas menunjukkan Karmanto yang menyerahkan naskah- naskahnya ke Redaksi Darmarini tetapi Redaksi Darmarini sudah berubah menjadi
majalah berbahasa Indonesia sehingga tidak bisa menerima naskah-naskahnya Karmanto yang berbahasa Jawa.
V. Crita Cekak “Panjaluke Mbak Widya”