lahir. Karena sebagian besar persalinan di Indonesia masih terjadi di tingkat pelayanan kesehatan primer dimana tingkat dan pengetahuan kesehatan di fasilitas pelayanan
tersebut masih belum memadai. Jika semua tenaga penolong persalinan dilatih agar mampu untuk mencegah atau deteksi dini komplikasi yang mungkin terjadi, menerapkan
asuhan persalinan secara tepat guna, dan segera melakukan rujukan saat kondisi ibu masih optimal, maka para ibu dan bayi baru lahir akan terhindar dari ancaman kesakitan
dan kematian Mufdlillah, dkk, 2012. Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang peneliti lakukan di Puskesmas
Sering Medan didapatkan jumlah angka kejadian bayi berat lahir rendah sebanyak 20 dari 60 persalinan dengan bayi normal. Dari pemaparan diatas maka hal ini penting
untuk dilakukan penelitian tentang Peran Bidan sebagai Pelaksana dalam Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tahun
2014.
B. RUMUSAN MASALAH
Ada pun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah peran bidan sebagai pelaksana dalam perawatan bayi berat lahir rendah
BBLR di wilayah kerja Puskesmas Sering Medan tahun 2014?”.
Universitas Sumatera Utara
C. TUJUAN PENELITIAN 1.
Tujuan Umum Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran bidan sebagai pelaksana
dalam perawatan bayi berat lahir rendah BBLR di wilayah kerja Puskesmas Sering Medan tahun 2014.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui peran bidan sebagai pelaksana dalam perawatan BBLR
di wilayah kerja Puskesmas Sering Medan tahun 2014 dalam melaksanakan tugas mandiri.
b. Untuk mengetahui peran bidan sebagai pelaksana dalam perawatan BBLR
di wilayah kerja Puskesmas Sering Medan tahun 2014 dalam melaksanakan tugas kolaborasi.
c. Untuk mengetahui peran bidan sebagai pelaksana dalam perawatan BBLR
di wilayah kerja Puskesmas Sering Medan tahun 2014 dalam melaksanakan tugas merujuk.
D. MANFAAT PENELITIAN
1.
Bagi Praktek Kebidanan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif untuk meningkatkan pelayanan kebidanan dalam menangani kegawatdaruratan bayi
baru lahir. 2.
Bagi Responden Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan para bidan dalam
tugas dan perannya sebagai pelaksana dalam melaksanakan perawatan BBLR
Universitas Sumatera Utara
3.
Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan data dasar untuk penelitian selanjutnya mengenenai peran bidan sebagai pelaksana
dalam melaksanakan perawatan BBLR. 4.
Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti tentang peran bidan sebagai pelaksana dalam melaksanakan perawatan BBLR.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. BIDAN 1. Defenisi Bidan
Menurut terminology bahasa bidan berasal dari kata midwith = dengan, wifea woman = perempuan. Jadi midwife, with a woman = dengan seorang perempuan.
Sedangkan menurut International Confederation of Midwives ICM yang dianut dan diadopsi oleh seluruh organisasi bidan di seluruh dunia, dan diakui oleh WHO dan
Federation of International Gynecologist Obstetrition FIGO yang terakhir disusun melalui kongres ICM ke 27, pada bulan juli tahun 2005 di Brisbane Australia, yang
secara lengkap pengertian bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan bidan yang diakui oleh Negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin
untuk menjalankan praktek kebidanan dinegara itu. Dia harus mampu memberikan supervise, asuhan dan memberikan nasehat yang dibutuhkan kepada wanita selama masa
hamil, persalinan dan masa pasca persalinan post partum period, memimpin persalinan atas tanggung jawabnya sendiri serta asuhan pada bayi baru lahir dan anak. Asuhan ini
termasuk tindakan preventif, pendeteksian kondisi abnormal pada ibu dan bayi, dan mengupayakan bantuan medis serta melakukan tindakan pertolongan gawat darurat pada
saat tidak hadirnya tenaga medic lainnya. Dia mempunyai tugas penting dalam konsultasi dan pendidikan kesehatan, tidak hanya untuk wanita tersebut, tetapi juga
termasuk keluarga dan komunitasnya. Pekerjaan itu termasuk pendidikan antenatal, dan persiapan untuk menjadi orangtua, dan meluas kedaerah tertentu dari ginekologi,
keluarga berencana dan asuhan anak. Dia bias berpraktik di rumah sakit, klinik, unit
Universitas Sumatera Utara
kesehatan, rumah perawatan atau tempat-tempat pelayanan lainnya Estiwidani, dkk, 2008. Sedangkan menurut Ikatan Bidan Indonesia IBI bidan adalah seorang wanita
yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai persyaratan yang berlaku, dicatat, diberi izin secara sah untuk
menjalankan praktik. Menurut Kepmenkes RI No. 900MenkesSK2002 bidan adalah seseorang yang
telah mengikuti program pendidikan bidan dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku yakni telah teregistrasi melalui proses pendaftaran, pendokumentasian
setelah dinyatakan minimal kompetensi inti atau standar penampilan yang ditetapkan, sehingga secara fisik dan mental mampu melaksanakan praktik profesinya, telah
mempunyai SIB Surat Izin Bidan, melakukan serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan, mempunyai SIPB Surat Izin Praktik Bidan, menggunakan standar profesi
dan tergabung dalam IBI Heryani, 2011.
2. Peran Bidan
Peran merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam suatu sistem. Bidan dalam pelayanannya
memiliki 4 peran penting, yaitu peran sebagai pelaksana, peran sebagai pengelola, peran sebagai pendidik, peran sebagai peneliti Heryani, 2011.
Dari hasil Rakernas IBI 2011 empat peran bidan tersebut dikembangkan menjadi enam peran utama bidan, yaitu peran sebagai pelaksana asuhan yang memiliki
tugas pokok : asuhan kebidanan ibu dan anak, KBkesehatan reproduksi, peran sebagai pengelolamanager yang asuhan dan unit kesehatan dibawah tanggung jawabnya, peran
sebagai pendidik yaitu kepada ibu, keluarga dan masyarakatformal, peran sebagai peneliti yaitu yang berhubungan dengan kemajuan ilmu, peningkatan pelayanan
Universitas Sumatera Utara
evidence based, serta peningkatan diri, peran sebagai pemberdaya yaitu menggali potensi ibukeluarga untuk kesehatan ibu dan anak yang optimal, dan peran sebagai
Advokasi dengan segala permasalahan sosial budaya-politik-ekonomi yang berhubungan dengan asuhan kebidanan Mufdlilah, dkk, 2012.
a. Peran Sebagai Pelaksana
Dalam perannya sebagai pelaksana, bidan memiliki 9 Sembilan tugas mandiri yaitu antara lain : menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang
diberikan, memberikan pelayanan dasar pada anak remaja dan wanita pranikah dengan melibatkan klien, memberikan asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan
normal, memberikan asuhan kebidanan keada klien dalam masa persalinan dengan melibatkan klienkeluarga, memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir,
memberikan asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan klienkeluarga, memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang
membutuhkan pelayanan keluarga berencana, memberikan asuhan kebidanan pada wanita gangguan system reproduksi dan wanita dalam masa klimakterium dan
menopause, serta memberikan asuhan kebidanan pada bayi, balita dengan melibatkan keluarga.
Dalam setiap tugas mandiri tersebut, bidan memiliki tugas yang harus dilaksanakan diantaranya mengkaji status kesehatan untuk memenuhi kebutuhan asuhan
klien, menentukan diagosa, menyusun rencana tindakan sesuai dengan masalah yang dihadapi, melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun,
mengevaluasi tindakan yang telah diberikan, membuat rencana tindak lanjut kegiatantindakan, serta membuat catatan dan laporan kegiatantindakan sesuai dengan
asuhan yang diberikan.
Universitas Sumatera Utara
Dalam Tugas KolaborasiKerjasama, bidan sebagai pelaksana memiki 6 enam tugas diantaranya yaitu sebagai berikut : menerapkan manajemen kebidanan pada
setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga, memberikan asuhan kebidanan dengan ibu hamil dengan resiko tinggi dan pertolongan
pertama dan kegawatdaruratanan yang memerlukan tindakan kolaborasi, memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan resiko tinggi dan
kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga, memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam
masa nifas dengan resiko tinggi dan pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan klien dan keluarga,
memberikan asuhan kebidanan pada BBL dengan resiko tinggi dan yang mengalami komplikasi serta kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan
tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga, serta memberikan asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tinggi dan yang mengalami komplikasi serta
kegawatdaruratan yang memerlukan kolaborasi dengan melibatkan keluarga. Dalam tugas kolaborasi bidan harus melaksanakan tugasnya yaitu mengkaji
masalah yang berkaitan dengan komplikasi dan keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi, menentukan diagnose, prognosa dan prioritas
kegawdaruratanatan yang memerlukan tindakan kolaborasi, menyusun rencana tindakan sesuai dengan prioritas kegiatan dan hasil kolaborasi serta kerjasama dengan klien,
melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana dan dengan melibatkan klien, mengevaluasi hasil tindakan yang telah diberikan, menyusun rencana tindak lanjut
bersama klien, serta membuat pencatatan dan pelaporan sesuai dengan kasus dan asuhan yang diberikan.
Universitas Sumatera Utara
Dalam Tugas Ketergantunganrujukan, bidan mempunyai 6 enam tugas dalam perannya sebagai pelaksana adalah sebagai berikut : menerapkan manajemen kebidanan
pada setiap asuhan kebidanan sesuai dengan fungsi keterlibatan klien dan keluarga, memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu hamil dengan
resiko tinggi dan kegawatdaruratan, memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada masa persalinan dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan
keluarga, memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu dalam masa nifas dengan penyulit tertentu dan kegawatdaruratan dengan melibatkan klien dan
keluarga, memberikan asuhan kebidanan pada BBL dengan kelainan tertentu dan kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi dan rujukan dengan melibatkan klien dan
keluarga, serta memberikan asuhan kebidanan kepada anak balita dengan kelainan tertentu dan kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi dan rujukan dengan
melibatkan klien dan keluarga. Tugas yang harus dilaksanakan oleh bidan dalam melaksanakan tugas rujukan
yaitu antara lain : mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan yang memerlukan tindakan diluar lingkup kewenangan bidan dan memerlukan rujukan, menentukan diagnose,
prognosa dan prioritas serta sumber-sumber dan fasilitas untuk kebutuhan intervensi lebih lanjut bersama klienkeluarga, memberikan pertolongan pertama pada kasus yang
memerlukan rujukandan memberikan asuhan kebidanan dengan tindakan, mengirim klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut kepada petugasinstitusi pelayanan
kesehatan yang berwenang dengan dokumentasi yang lengkap, serta membuat pencatatan dan pelaporan serta mendokumentasikan seluruh kejadian dan intervensi.
Universitas Sumatera Utara
b. Peran Sebagai Pengelola
Bidan dalam perannya sebagai pengelola mempunyai 2 dua tugas penting yaitu dalam pengembangan pelayanan dasar kesehatan terutama pelayanan kebidanan untuk
individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat di wilayah kerja dengan melibatkan masyarakatklien. Dalam hal ini, yang bidan lakukan adalah bersama tim
kesehatan dan pemuka masyarakat mengkaji kebutuhan terutama yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak untuk meningkatkan dan mengembangkan program
pelayanan kesehatan diwilayah kerjanya, menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil pengkajian dengan masyarakat, mengelola kegiatan-kegiatan pelayanan kesehatan
masyarakat khususnya KIA serta KB sesuai dengan rencana, mengkoordinir, mengawasi dan membimbing kader, dukun atau petugas kesehatan lain dalam melaksanakan
program atau kegiatan pelayanan kesehatan ibu dan anak serta KB, mengembangkan strategi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat khususnya kesehatan ibu dan anak
serta KB termasuk pemanfaatan sumber-sumber yang ada pada program dan sector terkait, menggerakkan, mengembanagkan kemampuan masyarakat dan memelihara
kesehatannya dengan memanfaatkan potensi-potensi yang ada, mempertahankan, meningkatkan mutu dan keamanan praktek professional melalui pendidikan, pelatihan,
magang dan kegiatan-kegiatan dalam kelompok profesi, serta mendokumentasikan seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan.
Bidan juga harus berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan sektor lain diwilayah kerjanya melalui peningkatan kemampuan dukun
bayi, kader kesehatan dan tenaga kesehatan lain yang berada dibawah bimbingan dalam wilayah kerjanya. Dalam hal ini yang harus dilakukan bidan adalah bekerja sama dengan
puskesmas, institusi lain sebagai anggota tim dalam memberikan asuhan kepada klien
Universitas Sumatera Utara
dalam bentuk konsultasi rujukan dan tindak lanjut, membina hubungan baik dengan dukun, kader kesehatan dan masyarakat, melakukan pelatihan, membimbing dukun
bayi, kader dan petugas kesehatan lain, memberikan asuhan kepada klien rujukan dan dukun bayi, serta membina kegiatan-kegiatan yang ada dimasyarakat, yang berkaitan
dengan kesehatan.
c. Peran Sebagai Pendidik
Bidan dalam perannya sebagai pendidik memiliki tugas yaitu memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada individu, keluarga kelompok dan
masyarakat tentang penanggulangan masalah kesehatan khususnya yang berhubungan dengan pihak terkait kesehatan ibu anak, dan KB. Yang harus dilakukan bidan adalah
bersama klien pengkaji kebutuhan akan pendidikan dan penyuluhan kesehatan masyarakat khususnya dalam bidang kesehatan ibu, anak dan KB,. bersama klien pihak
terkait menyususn rencana penyuluhan kesehatan masyarakat sesuai dengan kebutuhan yang telah dikaji, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang, menyiapkan alat
dan bahan pendidikan dan penyuluhan sesuai dengan rencana yang telah disusun, melaksanakan programrencana pendidikan dan penyuluhan kesehatan masyarakat
sesuai dengan rencana jangka pendek dan jangka panjang dengan melibatkan unsur- unsur yang terkait termasuk masyarakat, bersama klien mengevaluasi hasil
pendidikanpenyuluhan kesehatan masyarakat menggunakannya unyuk memperbaiki dan meningkatkan program dimasa yang akan datang, serta mendokumentasikan semua
kegiatan dan hasil pendidikanpenyuluhan kesehatan masyarakat secara lengkap dan sistematis
Universitas Sumatera Utara
Bidan juga harus mampu melatih dan membimbing kader termasuk siswa bidan dan keperawatan serta membina dukun diwilayah atau tempat kerjanya. Bidan harus
mengkaji kebutuhan latihan dan bimbingan kader, dukun dan siswa, menyusun rencana latihan dan bimbingan sesuai dengan hasil pengkajian, menyiapkan alat, AVA dan bahan
untuk keperluan latihan bimbingan peserta latih sesuai dengan rencana yang telah disusun dengan melibatkan unsure-unsur tersebut, membimbing siswa dan siswa
keperawatan dalam lingkup kerjanya, menilai hasil latihan dan bimbingan yang telah diberikan, menggunakan hasil evaluasi untuk meningkatkan program bimbingan, serta
mendokumentasikan semua kegiatan termasuk hasil evaluasi dan bimbingan secara sistematis pelatihan dan lengkap.
d. Peran Sebagai PenelitiInvestigator
Dalam peran sebagai peneliti bidan melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan baik secara mandiri maupuun kelompok. Yang dilakukan bidan
adalah mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan di lakukan, menyusun rencana kerja pelatihan, melaksakan investigasi sesuai dengan rencana, mengolah dan
menginterpretasikan data hasil investigasi, menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut, serta memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan
mengembangkan program kerja atau pelayanan kesehatan Heryani, 2011
3. Fungsi Bidan
Fungsi utama profesi kebidanan adalah untuk mengupayakan kesejahteraan ibu dan bayinya. Proses yang fisiologis harus didukung dan dipertahankan tapi bila timbul
Universitas Sumatera Utara
penyulit harus digunakan teknologi dan dan referral yang efektif untuk memperoleh ibu dan bayi yang sehat.
a. Pelaksana asuhanpelayanan kebidanan
Dalam hal ini bidan melaksanakan asuhanpelayanan kebidanan pada ibu hamil normal dengan komplikasi patologis dan resiko tinggi, melaksanakan asuhan kebidanan
pada ibu bersalin normal dengan komplikasi dan resiko tinggi, melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal, komplikasi patologis dan resiko tinggi,
melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu menyusui, melaksanakan asuhan kesehatan pada bayi dan balita, melaksanakan asuhan kesehatan pada wanitaibu dengan gangguan
system reproduksi, melaksanakan asuhan kebidanan komunitas, serta melaksanakan pelayanan KB.
b. Pengelola unit KIAKB
Bidan harus melaksanakan pelayanan KIAKB serta mengkoordinasi pelayanan KIAKB.
c. Pendidik dalam asuhanpelayanan kebidanan
Sebagai pendidik bidan harus melaksanakan bimbinganpenyuluhan pada wanita dalam masa pra perkawinan, ibu dan akseptor KB, melatih dan membina tenaga
kesehatan, kader dan dukun bayi dalam pelayanan KIAKB.
d. Pelaksana penelitian dalam asuhan kebidanan
Bidan dalam melaksanakan sebuah penelitian harus terlebih dahulu merencanakan penelitian, dan melaksanakan pengumpulan, pengolahan dan analisa data
serta menulis kesimpulan penelitian Mufdlilah, dkk, 2012.
Universitas Sumatera Utara
4. Hak Bidan
Dalam menjalankan tugasnya bidan berhak mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya, bidan berhak untuk bekerja sesuai
dengan standar profesi pada setiap tingkat jenjang pelayanan kesehatan, bidan berhak menolak keinginan pasienklien dan keluarga yang bertentangan dengan peraturan
perundangan, dank ode etik profesi, bidan berhak atas privasikedirian dan menuntut apabila nama baiknya dicemarkan baik oleh pasien, keluarga maupun profesi lain, bidan
berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan maupun pelatihan, bidan berhak memperoleh kesempatan untuk meningkatkan jenjang karir dan
jabatan yang sesuai, dan bidan berhak mendapat kompensasi dan kesejahteraan yang sesuai.
5. Kewajiban Bidan
Selain memiliki hak, bidan juga memiliki kewajiban yang harus di taati dan dilaksanakn, yaitu bidan wajib mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan hubungan
hokum antara bidan tersebut dengan rumah sakit bersalin dan sarana pelayanan dimana ia bekerja, bidan wajib memberikan pelayanan asuhan kebidanan sesuai dengan standar
profesi dengan menghormati hak-hak pasien, bidan wajib merujuk pasien dengan penyulit kepada dokter yang mempunyai kemampuan dan keahlian sesuai dengan
kebutuhan pasien, bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk didampingi suamikeluarga, bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjalankan
ibadah sesuai dengan keyakinannya, bidan wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien, bidan wajib memberikan informasi yang akurat
tentang tindakan yang akan dilakukan serta resiko yang mungkin dapat timbul, bidan
Universitas Sumatera Utara
wajib memberikan persetujuan tertulis informed consent atas tindakan yang akan dilakukan, bidan wajib mendokumentasikan asuhan kebidanan yang diberikan, bidan
wajib mengikuti perkembangan iptek dan menambah ilmu pengetahuannya melalui pendidikan formal maupun non formal, serta bidan wajib bekerja sama dengan profesi
lain dan pihak yang terkait secara timbale balik dalam memberikan asuhan kebidanan Sofyan, 2006.
B. BAYI BERAT LAHIR RENDAH BBLR 1. Pengertian BBLR
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Bayi yang berada dibawah persentil 10 dinamakan ringan
untuk umur kehamilan. Dahulu neonates dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut prematur. Pembagian menurut berat badan
ini sangat mudah tetapi tidak memuaskan. Sehingga lambat laun diketahui bahwa tingkat morbiditas dan mortalitas pada neonatus tidak hanya bergantung pada berat badan saja,
tetapi juga pada tingkat maturitas bayi itu sendiri. Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram disebut Low Birth Weigh Infants BBLR. Sedangkan pada tahun 1970, kongres European Perinatal Medicine II yang diadakan di London juga diusulkan
definisi untuk mendapatkan keseragaman tentang maturitas bayi, yaitu sebagai berikut : bayi kurang bulan, adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu 259
hari, bayi cukup bulan, adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu sampai 42 minggu 259-293 hari, dan bayi lebih bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai
42 minggu atau lebih 294 hari atau lebih
Universitas Sumatera Utara
BBLR sendiri dapat dibagi menjadi 2 dua golongan, bayi dengan berat badan sangat rendah BBLSR yaitu dengan berat lahir 1000-1500 gram dan berat badan lahir
amat sangat rendah BBLASR yaitu dengan berat lahir kurang 1000 gram. Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan
prematur disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan usia kehamilan 38 minggu, tapi berat badan BB lahirnya lebih kecil ketimbang masa
kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram.
2. Manifestasi Klinis BBLR
Secara umum, gambaran klinis dari bayi BBLR adalah berat kurang dari 2500 gram, panjang kurang dari 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang
dari 33 cm, umur kehamilan kurang dari 37 minggu, kepala lebih besar, kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang, otot hipotonik lemah, pernapasan tak
teratur dapat terjadi apnea, eksremitas : paha abduksi, sendi lutut kaki fleksi-lurus, kepala tidak mampu tegak, pernapasan 40-50 kali menit, dan nadi 100-140 kali menit
Proverawati, 2010
3. Tanda-Tanda BBLR
Bayi yang lahir dengan berat badan rendah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu, berat badan sama dengan atau
kurang dari 2.500 gram, panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau kurang dari
30 cm, kuku panjangnya belum melewati ujung jari, batas dahi dan rambut kepala tidak jelas, lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan
Universitas Sumatera Utara
atau kurang dri 30 cm, rambut lanugo masih banyak, jaringan lemak subkutan tipis atau kurang, tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya, tumit mengkilap,
telapak kaki halus, genitalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora, klitoris pigmentasi dan rugue pada skrotum kurang pada bayi laki-laki, tonus
otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah, fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan tangisnya lemah, jaringan kelenjar mammae masih kurang
akibat pertumbuhan otot dan jaringan lemak masih kurang, dan verniks kaseosa tidak ada atau sedikit bila ada Pantiawati, 2010
4. Klasifikasi BBLR
Ada beberapa cara dalam mengelompokkan bayi BBLR, yaitu menurut harapan hidupnya, dibedakan menjadi bayi berat lahir rendah BBLR berat lahir 1500-2500
gram, bayi berat lahir sangat rendah BBLSR berat lahir 100-1500 gram, dan bayi berat lahir ekstrim rendah BBLER berat lahir kurang dari 1000 gram. Sedangkan menurut
masa gestasinya, BBLR dapat dibedakan menjadi prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk
masa gestasi berat atau biasa disebut neonatus kurang sebulan sesuai untuk masa kehamilan NKB-SMK dan dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang
dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Berat bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilan KMK
Maryanti, 2011.
Universitas Sumatera Utara
5.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya BBLR
Penyebab terjadinya bayi BBLR secara umum bersifat multifaktorial, sehingga kadang mengalami kesulitan untuk melakukan tindakan pencegahan. Namun, penyebab
terbanyak terjadinya bayi BBLR adalah kelahiran premature. Semakin muda usia kehamilan semakin besar resiko jangka pendek dan jangka panjang dapat terjadi.
Berikut ini adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan bayi BBLR secara umum yaitu sebagai berikut :
a. Faktor ibu
Dapat dilihat dari penyakit yang diderita, seperti mengalami komplikasi kehamilan, misalnya anemia sel berat, pendarahan ante partum, hipertensi, preeclampsia
berat, eklampsia, infeksi selama kehamilan infeksi kandung kemih dan ginjal
,
menderita penyakit seperti malaria, Infeksi Menular Seksual, HIVAIDS, malaria, TORCH. Selain dari segi penyakit, Ibu juga merupakan factor yang sering terjadi yaitu
angka kejadian prematuritas teringgi adalah kehamilan pada usia 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
,
kehamilan ganda multi gravid
,
jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek kurang dari 1 tahun
,
dan mempunyai riwayat BBLR sebelumnya
,
selain itu keadaan sosial ekonomi juga menjadi factor yang dapat mempengaruhi terjadinya
BBLR, kejadian tertinggi terdapat pada golongan social ekonomi rendah
,
mengerjakan aktivitas fisik beberapa jam tanpa istirahat
,
keadaan gizi yang kurang baik
,
pengawasan antenatal yang kurang
, k
ejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah, yang ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang lahir dari
Universitas Sumatera Utara
perkawinan yang sah. Dapat juga terjadi oleh Sebab lain, seperti ibu perokok, ibu peminum alcohol
, i
bu pecandu obat narkotika
, serta
penggunaan obat antimetabolik
b. Faktor janin
Bayi berat lahir rendah dapat terjadi oleh adanya kelainan kromosom trisomy autosomal, infeksi janin kronik inklusi sitomegali, rubella bawaan
,
disautonomia familial
,
radiasi, kehamilan gandakembar gemeli
dan
aplasia pancreas.
c. Faktor plasenta
BBLR dapat terjadi karena berat plasenta berkurang atau berongga atau keduanya hidramnion
, l
uas permukaan berkurang
,
plasentitis vilus bakteri, virus parasit
,
infark, tumor korioangioma, mola hidatidosa
,
plasenta yang lepas
, serta
sindrom transfusi bayi kembar sindrom parabiotik.
d. Faktor lingkungan
Lingkungan juga dapat mempengaruhi terjadinya BBLR seperti bertempat tinggal di dataran tinggi
, t
erkena radiasi
, dan
terpapar zat beracun Proverawati, 2010.
6.
Penatalaksanaan pada BBLR a. Pemberian ASI
Mengutamakan pemberian ASI adalah hal yang paling penting karena ASI mempunyai keuntungan yang kadar protein tinggi, laktalalbumin, zat kekebalan tubuh,
lipase dan asam lemak essensial, laktosa dan oligosakarida, ASI mempunyai faktor pertumbuhan usus, oligosakarida untuk mamacu motilitas usus dan pelindungan
terhadap penyakit, dari segi psikologis, pemberian ASI dapat meningkatkan ikatan antara ibu dan bayi, serta bayi kecilberat rendah rentan terhadap kekurangan nutrisi,
Universitas Sumatera Utara
fungsi organnya belum matang, kebutuhan nutrisinya besar dan mudah sakit sehingga pemberian ASI atau nutrisi yang tepat penting untuk tumbuh kembang yang optimal
bagi bayi.
b. Pengaturan Suhu BadanThermoregulasi
Bayi berat lahir rendah BBLR terutama yang kurang bulan membutuhkan suatu thermoregulasi yaitu suatu pengontrolan suhu badan secara fisiologis mengatur
pembentukan atau pendistribusian panas, pengaturan terhadap suhu keliling dengan mengontrol kehilangan dan pertambahan panas.
c. Bayi yang Beresiko
Bayi prematureBBLR merupakan salah satu bayi yang beresiko kehilangan panas karena luas permukaan tubuhnya lebih luas dibanding berat bedan, predisposisi ke
asfiksia, metabolism dan pernafasan yang tidak baik, sehingga terjadi hipotermi dan gangguan aktivitas surfaktan meningkatkan bahaya dari sindrom gawat nafas RDS
yang berat dan brown fat belum ada sampai usia kehamilan 26-30 minggu.
d. Stress dingin
Bayi BBLR yang kurang bulan yang tiba-tiba di hadapkan pada suhu dingin akan mengalami hipotermi. Sebagai respon terhadap udara atau suhu dingin akan terjadi
vasokontriksi yang akan menyebabkan timbulnya metabolism anaerob dan asidosis metabolic. Hal ini akan menyebabkan vsokonstriksi pembuluh darah palu yang akan
makin menyebabkan bertambahnya hypoxia anaerob dan asidosis metabolic. Keadaan ini akan memperburuk respon bayi yang lahir rendah terhadap dingin. Oleh sebab itu
BBLR yang kurang bulan mempunyai resiko tinggi terhadap hipotermi dan gejala sisanya.
Universitas Sumatera Utara
e. Efek Klinis Hipotermi
Bayi baru lahir dengan berat rendah yang telah mengalami hipotermi dapat mempunyai efek klinis sebagai berikut : penurunan kadar pH, penuruanan tekanan
oksigen, terjadi hypoglisemia, peningkatan konsumsi oksigen, peningkatan cadangan kalori, kenaikan berat badan lambat, penurunan berat badan, teradap sklerema,
peningkatan kematian bayi, dapat terjadi gangguan faktor pembekuan darah.
f. Faktor Penghambat Non Shivering Thermogenesis
Berikut ini adalah beberapa faktor yang menghambat non shivering thermogenesis pada BBLR, antara lain stres dingin yang terjadi pada BBLR secara terus
menerus berlarut-larut dapat menghabiskan cadangan brown fat dan membuat suhu tubuh bayi turun, bayi mengalami hipoksia yang menyebabkan dalam tubuhnya terjadi
metabolism anaerob, sehingga suplai oksigen digunakan dengan cepat. Glikogen di metabolism sehingga terbentuk asam piruvic dan asam laktat yang paada akhirnya
menyebabkan asidosis metabolic, bayi bias mengalami apnea berulang, bayi bias mengalami gangguan fungsi serebral karena adanya perdarahan intracranial, bayi
mengalami hipoglikemia karena cadangan glkogen berkurang, bayi bias mengalami gagal jantung serta bayi bisa mengalami masalah pernafasan RDS
g. Pencegahan Kehilangan Panas
Berikut ini adalah beberapa cara pencegahan panas pada bayi BBLR yang sehat, antara lain segera setelah lahir bayi dikeringkan dan dibedong dengan popok hangat,
pemeriksaan dikamar bersalin dilakukan dibawah radiant warmer box bayi hangat, topi dipakaikan untuk mencegah kehilangan panas melalui kulit kepala, bila suhu tubuh bayi
stabil, bayi dapat dirawat di box terbuka dan di selimuti.
Universitas Sumatera Utara
Sementara itu, pada BBLR yang sakit, cara untuk mencegah kehilangan panas, antara lain bayi harus segera dikeringkan, untuk mentranportasi bayi, digunakan
transport incubator yang sudah hangat, tindakan terhadap bayi dilakukan dibawah radiant warmer, serta suhu lingkungan netral dipertahankan.
h. Pencegahan Hipotermi
Untuk menentukan apakah BBLR menggunakan warmer atau incubator adalah berdasarkan situasi dan kondisi bayi. Ada dokter bayi yang lebih suka menggunakan
warmer karena warmer memberikan peluang lebih dekat dengan bayi. Sementara dokter bayi lainnya lebih suka menggunakan incubator, karena incubator dapat
mempertahankan suhu udara, dapat mengatur kelembaban udara, dapat memberikan lingkungan dengan oksigen yang cukup.
Pada fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak mempunyai radiant warmer atau incubator untuk mencegah terjadinya hipotermi, maka tindakan-tindakan umum yang
dapat dilakukan untuk mencegah hipotermi, antara lain : mengeringkan tubuh bayi, segera setelah lahir dengan handuk atau kain yang hangat, menyelimuti bayi terutama
bagian kepala dengan kain yang kering bayi dibungus kain hangat dan kepalanya diberi topi, meletakkan bayi dilingkunganruang yang hangat suhu ruangan tidak kurang
25 C, memastikan tangan selalu hangat pada saat memegang bayi, mengganti handuk,
selimut, kain, popok, bedung yang basah dengan yang bersih, kering dan hangat.
i. Metode Kangguru
Metode kangguru merupakan salah satu metode perawatan BBLR untuk mencegah hipotermi pada bayi baru lahir, yang diperkenalkan pertama kali oleh Rey dan
Martinez dari Columbia pada tahun 1979. Rey dan Martinez melaporkan skin to skin contact dapat meningkatkan kelangsungan hidup bayi terutama yang mengalami BBLR
Universitas Sumatera Utara
atau premature. Mengapa disebut metode kangguru? Karena cara ini meniru binatang kangguru yang biasanya melahirkan bayi imatur dan menyimpan bayinya dikantung
ibunya untuk mencegah kedinginan. Prinsip dasar dari metode kangguru ini adalah mengganti perawatan bayi BBLR dalam incubator dengan metode kangguru. Hal ini
disebabkan karena kurangnya fasilitas terutama incubator dan tenaga kesehatan dalam perawatan bayi BBLR, penggunaan incubator memiliki beberapa keterbatasan antara
lain, memerlukan tenaga listrik dan memudahkan infeksi nosokomial, rujukan kerumah sakit untuk bayi BBLR sangat tinggi sebelum dilakukan metode kangguru. Tujuan
metode kangguru untuk bayi berat lahir rendah adalah menurunkan angka morbiditas dan mortalitas BBLR serta menurunkan rujukan BBLR ke rumah sakit.
Manfaat metode kangguru dapat memberikan manfaat bagi bayi, ibu dan rumah sakitklinik. Bagi bayi, metode kangguru bermanfaat mengurangi pemakaian kalori bayi,
memperlama waktu tidur bayi, meningkatkan hubungan kedekatan bayi dan ibu, mengurangi kejadian infeksi, menstabilkan suhu bayi, menstabilkan denyut jantung dan
pernafasan bayi, menurunkan stress pada bayi, meningkatkan perilaku bayi lebih baik, dimana akan tampak bayi waspada, menangis berkurang, lebih sering menyusu ASI, dan
menaikkan berat badan bayi. Bagi ibu, metode kanguru bermanfaat: untuk mempermudah pemberian ASI dan
pelaksanaan IMD Inisiasi Menyusui Dini, dan meningkatkan produksi ASI, meningkatkan hubungan kedekatan dan kasih sayang ibu dengan bayi dan memberikan
pengaruh psikologi berupa ketenangan pada ibu dan keluarga. Bagi rumah sakitklinik, metode kanguru memberikan efisiensi tenaga karena ibu dapat
merawat bayinya sendiri, mempersingkat lama perawatan bayi di rumah sakit, dan efisiensi anggaran karena penggunaan fasilitas, misalnya incubator berkurang.
Universitas Sumatera Utara
Berikut ini beberapa kriteria bayi yang dapat dilakukan metode kanguru, antara lain : bayi dengan berat badan lahir kurang lebih 1800 gram atau antara 1500-2500
gram; bayi prematur; bayi yang tidak terdapat kegawatan pernafasan dan sirkulasi; bayi mampu bernafas sendiri; bayi yang tidak terdapat kelainan bawaan yang berat, suhu
tubuh bayi stabil 36,5-37,5 FC Hal-hal yang harus diperhatikan dalam metode kanguru adalah posisi kanguru
yaitu posisi bayi diantara payudara, tegak, dada bayi menempel ke dada ibu. Posisi bayi kemudian diamankan dengan kain panjang atau baju kanguru. dalam hal ini bayi
diletakkan dalam dekapan ibu dengan kulit menyentuh kulit, posisi bayi tegak, kepala miring ke kiri atau ke kanan.apabila menggunakan baju kangurukantung kanguru,
posisi bayi adalah tegakvertical pada siang hari pada waktu ibu berdiri atau duduk dan posisi bayi tengkurap atau miring pada malam hari pada waktu ibu berbaring atau tidur.
Keunggulan metode ini adalah bayi mendapatkan sumber panas alami 36-37 C langsung dari kulit ibu, mendapatkan kehangatan udara dalam kantungbaju ibu, serta
ASI menjadi lancar. Dekapan ibu adalah energy bagi bayi. Pada bayi berat badan lahir sangat rendah kurang dari 1000 gram metode kanguru ditunda sampai usia 2 minggu
atau sampai keadaan bayi stabil. Selain itu nutrisi juga harus diperhatikan, waktu yang optimal untuk memulai
menyusu Asi tergantung pada masa kehamilannya, dukungan juga sangat diperlukan terutama diberikan pada ibu berupa fisik, emosiaonal dan edukasi, yang sewaktu hamil
sebaiknya telah diberikan informasi tentang pentingnya metode kanguru bagi bayi, pemulangan tergantung pada kesehatan bayi secara menyeluruh dalam kondisi baik dan
ibu mampu merawat bayinya dan harus ada konseling dan informed consent terlebih dahulu.
Universitas Sumatera Utara
j. Pemijatan Bayi
Ternyata, dari kebanyakan penelitian melaporkan bayi prematur yang biasanya lahir dengan berat badan lahir rendah mengalami kenaikan berat bdadn yang lebih besar
dan berkembang baik setelah dilakukan pemijatan secara teratur. Margaret Ribble, seorang psikiater pada tahun 1940 mengamati bahwa bayi yang lebih banyak dipegang
akan terangsang pernafasan dan peredaran menjadi lebih baik. Margareth mengamati bayi prematur dengan berat badan lahir rendah pernafasannya biasanyapendek dan tidak
stabil pada minggu-minggu pertama kelahiran, namun pernafasannya menjadi lebih baik setelah bersinggungan dan kontak fisik dengan ibunya.
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Field dan Scafidi melaporkan manfaat pijatansentuhan pada bayi dengan berat lahir rendah yaitu sekitar 1200-1300 gram yang
telah melampaui masa kritisnya. Bayi-bayi tersebut setelah diteliti selama 10 hari dengan dilakukan pijitan tiga kali sehari selama 15 menit didapatkan hasil: berat
bdannya 47 lebih besar dari bayi yang tidak dilakukan pemijatan, bayi berada dalam keadaan ‘alert active’ gerak motorik dan erilaku bayi lebih baik.
Untuk itu, sebenarnya pijitansentuhan ini juga merupakan penatalaksanaan yang baik bagi bayi dengan berat lahir rendah karena sangat efektif untuk menjalin hubungan
orangtua dan bayi dalam hal perkembangan fisik dan emosional bayi maupun perkembangan indra yang lain. Karena bayi dengan berat lahir rendah juga mempunyai
kebutuhan emosional. Yang ditunjukkan dengan kegelisahan, ketegangan dan pada akhirnya timbul dampak kegagalan dalam pertumbuhan.
Pemijatan pada bayi berat lahir rendah bertujuan untuk memacu pertumbuhan berat badan bayi, membantu bayi melepaskan rasa tegang dan gelisah, menguatkan dan
meningkatkan system imunologi, merangsang pencernaan makanan dan pengeluaran
Universitas Sumatera Utara
kotoran, membuat bayi tidur lebih tenang dan menjalin komunikasi dan ikatan antara bayi atau orangtuanya.
Berikut ini adalah hal-hal yang perlu dihindari dalam pemijatan bayi yaitu Bayi tidak boleh dilakukan pemijatan pada waktu bayi tidak siap atau tidak amu dipijat, bayi
tidak oleh dibangunkan, hanya khusus untuk dilakukan pemijatan, bayi tidak boleh dilakukan pemijatan langsung setelah bayi selesai makan serta bayi tidak boleh
dipaksakan dalam posisi tertentu pada saat pemijatan Maryunani, 2009.
7. Pencegahan
Pada kasus bayi berat lahir rendah BBLR pencegahanpreventif adalah langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan adalah meningkatkan pemeriksaan
kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama factor resiko yang
mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu, penyuluhan kesehatan tentang
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda-tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatan
dan janin yang dikandung dengan baik, hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pad kurun umur reproduksi sehat 20-34 tahun, perlu dukungan sector
lain yang terkait untuk turut berperan alam meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan
pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil Pantiawati, 2010.
Universitas Sumatera Utara
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Peran merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam suatu sistem. Bidan dalam melaksanakan
pelayanan asuhan kebidanan, profesi bidan memiliki 4 peran penting diantaranya peran sebagai pelaksana, peran sebagai pengelola, peran sebagai pendidik, peran sebagai
peneliti Heryani, 2011. Peran bidan sebagai pelaksana memiliki 3 tiga tugas yaitu tugas mandiri, tugas
kolaborasi dan tugas rujukan yang dapat dikategorikan menjadi baik, cukup dan kurang, untuk memperjelas penelitian ini maka kerangka konsep penelitian yang berjudul peran
bidan sebagai pelaksana dalam perawatan bayi berat lahir rendah BBLR di wilayah kerja Puskesmas Sering Medan tahun 2014 dapat digambarkan kerangka konseptual
berikut ini. Skema 1 Kerangka Konsep
Peran bidan sebagai pelaksana dalam perawatan BBLR Peran bidan sebagai pelaksana
dalam perawatan bayi berat lahir rendah BBLR :
a. Tugas mandiri b. Tugas kolaborasi
c. Tugas rujukan Kategori peran bidan sebagai
pelaksana dalam perawatan bayi berat lahir rendah BBLR :
- Baik
- Cukup
- Kurang
Universitas Sumatera Utara
B. Defenisi operasional