BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
World Health Organization WHO menyatakan bahwa bayi berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang atau sama dengan 2500 gram
tanpa memandang masa kehamilan. Bayi dengan berat lahir rendah BBLR hingga saat ini masih merupakan masalah diseluruh dunia karena merupakan penyebab kesakitan
dan kematian pada masa bayi baru lahir. Prevalensi BBLR diperkirakan 15 dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3-38 dan lebih sering terjadi di negara-
negara berkembang atau sosio ekonomi rendah. Statistik menunjukkan bahwa 90 dari kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih
tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram Pantiawati, 2010. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan
disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu
daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9-30, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2,1-17,2. Secara nasional
berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia
Sehat 2010 yakni maksimal 7 Proverawati, 2010.
Universitas Sumatera Utara
Tobari 2013 menyatakan bahwa pelayanan kesehatan dalam bidang persalinan, tidak lepas dari peran seorang bidan, karena bidan merupakan ujung tombak pelayanan
kesehatan, terutama dalam ikut mensukseskan cita-cita pembangunan milenium, yang salah satunya menentukan keselamatan dan kesehatan ibu dan anak. Dan saat ini
Pemerintah sangat intens membenahi masalah pelayanan publik, salah satunya di bidang kesehatan. Sebab, sebaik apapun sistem yang dimiliki, tetapi petugasnya tidak bekerja
dengan baik, maka pelayanan tersebut tidak akan pernah bisa maksimal. Keberadaan bidan di Indonesia sangat diperlukan untuk meningkatkan
kesejahteraan ibu dan janinnya. Bidan diharapkan dapat berperan mengoptimalkan kualitas tumbuh kembang anak sejak didalam kandungan perawatan kehamilan dan
pertolongan persalinan yang aman, sampai melatih ibu untuk memberikan kebutuhan dasar tumbuh kembang anak secara perinatal Sofyan, 2006.
Nafsiah 2013 Menyatakan bahwa Peran bidan juga sangat penting dalam menentukan keberhasilan program Jaminan Kesehatan Nasional JKN, yang
menitikberatkan pada layanan primer. Sayangnya kualitas bidan saat ini makin diragukan. Hal ini terkait dengan masih tingginya Angka Kematian Ibu AKI di
Indonesia, yaitu 359 per 100.000 kelahiran menurut data SDKI 2013. Kualitas bidan di Indonesia cenderung menurun dibandingkan beberapa waktu sebelumnya. Hal ini
harusnya tidak boleh terjadi, mengingat bidan berperan penting dalam memasyarakatkan reproduksi yang sehat untuk menekan AKI Angka Kematian Ibu.
Dengan demikian peran bidan saat ini tetap harus ditingkatkan karena hal tersebut sangat penting dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru
Universitas Sumatera Utara
lahir. Karena sebagian besar persalinan di Indonesia masih terjadi di tingkat pelayanan kesehatan primer dimana tingkat dan pengetahuan kesehatan di fasilitas pelayanan
tersebut masih belum memadai. Jika semua tenaga penolong persalinan dilatih agar mampu untuk mencegah atau deteksi dini komplikasi yang mungkin terjadi, menerapkan
asuhan persalinan secara tepat guna, dan segera melakukan rujukan saat kondisi ibu masih optimal, maka para ibu dan bayi baru lahir akan terhindar dari ancaman kesakitan
dan kematian Mufdlillah, dkk, 2012. Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang peneliti lakukan di Puskesmas
Sering Medan didapatkan jumlah angka kejadian bayi berat lahir rendah sebanyak 20 dari 60 persalinan dengan bayi normal. Dari pemaparan diatas maka hal ini penting
untuk dilakukan penelitian tentang Peran Bidan sebagai Pelaksana dalam Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tahun
2014.
B. RUMUSAN MASALAH