Biaya Variabel Biaya Produksi Usaha Tambak Polikultur Kepiting-Ikan Nila

Wp = Waktu PakaiUmur ekonomis tahun Di daerah penelitian biaya penyusutan peralatan rata-rata adalah sebesar Rp. 3.144.111petani dan Rp 16.233.873ha 8 kolam. Sedangkan untuk lahan sewa rata-rata biaya penyusutan yaitu sebesar Rp. 3.096.167Petani dan Rp. 19.197.334ha. Adapun peralatan-peralatan yang digunakan dalam usaha tambak polikultur kepiting-ikan ini adalah genset, pipa paralon, cangkul, tali, dan pelampung. Pada umumnya memiliki umur ekonomis 1-5 tahun tergantung pada alat yang digunakan dalam usaha tambak tersebut.

5.2.2. Biaya Variabel

Biaya variabel adalah biaya yang besarnya berubah-ubah tergantung dari banyak sedikitnya outputproduksi yang dihasilkan. Berikut ini diperlihatkan rincian biaya variabel rata-rata di daerah penelitian. Tabel 11. Biaya Variabel Rata-rata Usaha tambak polikultur kepiting-ikan Per Petani dan Per Ha Selama 1 tahun di Daerah Penelitian No Uraian Biaya Variabel Per Petani Rp Per Ha 8 Kolam Rp 1 - Bibit KepitingKg 185.857.143 1.208.761.905 - Bibit Ikan nilaKg 742.857 5.942.857 2 Pakan 40.023.810 259.619.048 3 Pupuk dan Obat-obatan 8.213.095 53.068.571 4 Alat-alat 7.158.333 22.346.429 5 Tenaga kerja 41.899.524 270.993.333 Total Biaya Variabel 283.894.762 1.820.732.143 Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 2a – 6a dan 2b – 6b Dari Tabel 11, dapat dilihat biaya variabel rata-rata yang dikeluarkan petani pada usaha tambak polikultur kepiting-ikan nila di daerah penelitian selama 1 tahun adalah sebesar Rp 283.894.762petani dan Rp1.820.732.143 Ha. Adapun uraian dari Tabel 7 yaitu : 1. Bibit Bibit kepiting yang diperoleh di daerah penelitian berasal dari nelayan yang khusus menyortir kepiting tangkapan dari laut yang layak untuk dijadikan bibit kepiting cangkang lunak kepiting soka dan untuk bibit ikan nila di dapat dari petani yang khusus membudidayakan bibit ikan nila. Harga bibit per kg bervariasi dilihat dari ukuran dan kualitasnya. Rata-rata bobot kepiting yang digunakan sebagai bibit yaitu 1 onsekor sedangkan untuk bibit ikan nila yaitu 0,5 gekor. Kualitas standart bisa dijadikan bibit kepiting berharga Rp 26.000 – 28.000kg dan yang memiliki kualitas sangat baik harganya berkisar antara Rp 30.000 – 35.000,-kg sedangkan untuk ikan nila harga per kg bibitnya dijual seharga Rp 500.000 – Rp 600.000Kg . Kepiting yang sudah dibudidayakan menjadi kepiting cangkang lunak ini dijual dengan harga Rp 50.000kg - Rp 75.000kg, tergantung pada berat dan kualitas kepiting tersebut sedangkan untuk ikan nila dijual Rp. 13.000 – Rp 19.000kg tergantung pada ukuran dan kualitas ikan tersebut. Di daerah penelitian jumlah rata-rata bibit yang digunakan per petani dan per ha 8 kolam tambak adalah sebanyak 605 kg 6050 ekor dengan biaya bibit kepiting rata-rata adalah sebesar Rp 185.857.143petani per tahun 10 periode dan Rp 1.208.761.905ha. sedangkan rata-rata jumlah ikan nila yang dibudidayakan yaitu 1 kg 2000 ekor dengan biaya Rp. 742.857 petani dan Rp 5.942.857ha. 2. Pakan Pada daerah penelitian pakan yang digunakan yaitu ikan runcah,keong mas dan pelet. Pakan yang paling banyak digunakan yaitu, ikan runcah. Kebutuhan ikan runcah per petani yaitu 613 kg dan 3923.81 kgha dengan biaya Rp. 2.452.632petani dan Rp. 17.136.842ha sedangkan untuk kebutuhan keong mas yaitu 411 kgpetani dan 2,571 kgha dengan biaya Rp. 2.053.571Petani dan Rp 12.857.143ha, untuk penggunaan pelet per petani yaitu 362,5 kgpetani dan 1650ha dengan biaya Rp 2.175.000petani dan Rp 9.900.000ha. Total kebutuhan pakan perpetani satu periode yaitu 898 kgpetani dengan biaya sebesar Rp. 4.002.381petani satu periode atau Rp. 40.023.810petani per tahun dan Rp 259.619.048ha. 3. Pupuk dan Obat – obatan Pupuk yang digunakan petani di daerah penelitian adalah pupuk kandang dan pupuk NPK. Kedua pupuk ini berfungsi sebagai pemicu tumbuhnya fitoplankton yang sangat berguna bagi kelangsungan hidup kepiting terutama ikan nila. Selain itu digunakan kapur pertanian dholomit yang berguna untuk memperbaiki pH tanah. Serta obat-obatan seperti lodan dan samponen yang diperlukan untuk pemeliharaan air. Di daerah penelitian jumlah rata-rata pupuk kandang yang digunakan setiap periode yaitu 7,1 gonipetani dan 48 goniha dan NPK yang digunakan yaitu 1 zak 50 kg petani dan 8 zak 400 kg ha, dengan biaya pupuk kandang rata-rata adalah sebesar Rp. 25.714petani dan Rp 178.286ha untuk NPK. sedangkan kebutuhan untuk kapur pertanian dholomit per petani yaitu 1 zak 50kg dan 9 zak 450 kgha, dengan biaya sebesar Rp 15.952petani dan Rp 141.905ha. untuk kebutuhan lodan per petani yaitu 12 kgpetani dan 74 kgha dengan biaya Rp 353.125petani dan Rp 2.250.000ha. untuk samponen kebutuhan nya yaitu 1 zak 50 kgpetani dan 8 zakha dengan biaya Rp. 300.000petani dan Rp. 2000.000ha. Total biaya kebutuhan pupuk dan obat-obatan pada usaha budidaya ini adalah sebesar Rp 8.213.095petani dan Rp. 53.068.571ha. 4. Alat – alat Pertanian dan Bahan Bakar Minyak Di daerah penelitian alat-alat yang digunakan dalam usaha budidaya tambak yaitu tali, dan sterofom. Untuk tali jumlah rata-rata yang digunakan per petani dan per ha 8 kolam adalah sebanyak 11,9 mpetani dan 80 mha, dengan biaya rata-rata adalah sebesar Rp 101.905petani dan Rp 693.333ha. Sedangkan untuk packing jumlah rata-rata sterofom yang digunakan per petani dan per ha adalah sebanyak 5 unitpetani dan 32 unitha, dengan biaya rata-rata adalah sebesar Rp 165.000petani dan Rp 1.092.381ha. Pada daerah penelitian rata-rata petambak menggunakan genset sebagai alat bantu penerangan, sehingga kebutuhan bahan bakar minyak juga termasuk dalam biaya variabel pada usaha polikultur budidaya kepiting-ikan nila ini. Kebutuhan bahan bakar minyak per petani dan per hektar adalah 100 liter, dengan biaya rata-rata yaitu Rp. 448.929ha.Lampiran 5a dan 5b 5. Biaya Tenaga Kerja Di daerah penelitian penggunaan tenaga kerja per petani dan per ha per periode pada usaha ini yaitu dengan rata-rata 84 HKOpetani dan 542 HKOha. Nilai 1 HKO di daerah penelitian mencapai Rp 50.000 dan nilai ini digunakan untuk menghitung nilai curahan tenaga kerja sebagai tenaga kerja dalam keluarga TKDK maupun tenaga kerja luar keluarga TKLK. Adapun tenaga kerja yang paling banyak digunakan berasal dari tenaga kerja luar keluarga TKLK karena pemeliharaan dan perawatanya harus intensif serta membutuhkan skill maupun keuletan. Total TKLK yang dibutuhkan yaitu 61petani dan 389ha. Dengan demikian total biaya rata-rata yang dikeluarkan petani selama 1 tahun 10 periode adalah sebesar Rp 289.590.022petani dan sebesar Rp 1.949.227.969ha atau sebesar Rp 28.959.002petani dan sebesar Rp 194.922.797ha setiap 1 periode Lampiran 6a dan 6b . 5.3. Produksi dan Penerimaan Usaha Tambak Kepiting 5.3.1. Produksi

Dokumen yang terkait

Analisis Usaha Tambak Polikultur Kepiting-Ikan Nila” Studi Kasus di Desa Paluh Manan, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang.

5 66 103

Pengelolaan Hutan Mangrove Berbasis Silvofishery di Desa Lama, Desa Paluh Manan dan Desa Paluh Kurau, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang

3 19 49

Pengelolaan Hutan Mangrove Berbasis Silvofishery di Desa , Desa Paluh Manan dan Desa Paluh Kurau, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang

0 0 12

Analisis Usaha Tambak Polikultur Kepiting-Ikan Nila” Studi Kasus di Desa Paluh Manan, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang.

0 0 28

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Polikultur Kepiting Soka – Ikan Nila - Analisis Usaha Tambak Polikultur Kepiting-Ikan Nila” Studi Kasus di Desa Paluh Manan, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang.

0 0 17

Analisis Usaha Tambak Polikultur Kepiting-Ikan Nila” Studi Kasus di Desa Paluh Manan, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang.

0 0 11

Aplikasi Sistem Silvofishery Di Desa Lama, Desa Paluh Kurau dan Desa Paluh Manan, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang

0 0 12

Aplikasi Sistem Silvofishery Di Desa Lama, Desa Paluh Kurau dan Desa Paluh Manan, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang

0 0 12

Analisis Usaha Tambak Polikultur Kepiting – Ikan Nila (Studi Kasus: Desa Paluh Manan, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 29

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Polikultur Kepiting Soka – Ikan Nila - Analisis Usaha Tambak Polikultur Kepiting – Ikan Nila (Studi Kasus: Desa Paluh Manan, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 17