prostaglandin oleh endometrium dengan pelepasan terbanyak selama menstruasi pada 48 jam pertama dan berhubungan dengan beratnya gejala yang terjadi
Speroff dan Fritz, 2005. Setelah terjadi proses ovulasi sebagai respon peningkatan produksi
progesteron Guyton dan Hall, 2007, asam lemak akan meningkat dalam fosfolipid membran sel. Kemudian asam arakidonat dan asam lemak omega-7
lainnya dilepaskan dan memulai suatu aliran mekanisme prostaglandin dan leikotrien dalam uterus. Kemudin berakibat pada termediasinya respon inflamasi,
tegang saat menstruasi menstual crmps Hillard, 2006. Hasil metabolisme asam arakodinat adalah prostaglandin PG F2-
α, yang merupakan sutu cylooksigenase COX yang mengakibatkan hipertonus dan
vasokonstriksi pada miometrium sehingga terjadi iskemia dan nyeri haid. Selain PGF2-
α juga terdapa PGE-2 yang ikut serta menyebabkan nyeri haid primer. Peningktan level PGF2-
α dan PGE-2 jelas akan meningkatkan nyeri pada nyeri haid primer. Selanjutnya peran lekotrien adalah meningkatkan sensitivitas serabut
syaraf uterus Hillard, 2006. Prostaglandin F2
∝ PGF2∝ adalah perantara yang paling berperan dalam terjadinya nyeri haid primer. Prostaglandin ini merupakan stimulan kontraksi
miometrium yang kuat serta efek vasokonstiksi pembuluh darah. Peningkatan PGF2
∝ dalam endometrium diikuti dengan penurunan progesteron pada fase luteal membuat membran lisosomal menjadi tidak stabil sehingga melepaskan
enzim lisosomal. Pelepasan enzim ini menyebabkan phospholipase A2 yang berperan pada konvesi fosfolipid menjadi asam arakidonat dan selanjutnya
menjadi PGF2 ∝ dan prostaglandin E2 PGE2 melalui siklus endoperoxidase
dengan perantara prostaglandin G2 PGG2 dan prostaglandin H2 PGH2. Peningkatan kadar prostaglandin ini mengakibatkan peningkatan tonus
miometrium dan kontraksi uterus yang berlebihan sehingga menyebabkan nyeri pada saat menstruasi Braverman dan Sondhelmer, 1997 dalam Mc Lachlan et all,
2002.
4. Pengkajian nyeri
Pengkajian nyeri yang faktual dan akurat dibutuhkan untuk menetapkan data dasar, untuk menetapkan diagnosa kebidanan yang tepat, untuk menyeleksi terapi
yang cocok, dan untuk mengevaluasi respon klien terhadap terapi. Saat mengkaji nyeri, bidan harus sensitif terhadap intensitas ketidaknyamanan klien Potter
Perry, 2005. Pengkajian karakteristik nyeri sangat membantu dalam membentuk pola
nyeri dan tipe terapi yang digunakan untuk mengatasi nyeri. Adapun karakteristik nyeri meliputi : skala nyeri, lokasi, keparahan, dan pola nyeri, tindakan untuk
menghilangkan nyeri dan gejala penyerta. Untuk mengukur intensitas keparahan nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan skala pengukuran nyeri yaitu
numerical rating scale.
Gambar 1. Skala Sederhana Intensitas Nyeri
Numerical Rating Scale
A | | | | | | | | | | | 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 Tidak nyeri
Sangat nyeri
Dengan kriteria nyeri adalah : a.
Skala 1-3 merupakan nyeri ringan dimana secara objektif, klien masih dapat berkomunikasi dengan baik. Nyeri yang hanya sedikit dirasakan.
b. Skala 4-6 merupakan nyeri sedang dimana secara objektif, klien mendesis,
menyeringai dengan menunjukkan lokasi nyeri. Klien dapat mendeskripsikan rasa nyeri, dan dapat mengikuti perintah. Nyeri masih dapat dikurangi dengan
alih posisi. c.
Skala 7-9 merupakan nyeri berat dimana klien sudah tidak dapat mengikuti perintah, namun masih dapat menunjukkan lokasi nyeri dan masih respon
terhadap tindakan. Nyeri sudah tidak dapat dikurangi dengan alih posisi. d.
Skala 10 merupkan nyeri sangat berat. Klien sudah tidak dapt berkomunikasi Klien akan menetapkan suatu titik pada skala yang berhubungan dengan
persepsinya tentang intensitas keparahan nyeri Potter Perry, 2005.
5. Penatalaksanaan Nyeri Haid
Beberapa pengobatan nonfarmakologis yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri haid antara lain dengan mnegkonsumsi vitamin E dan
penggunaan aromaterapi. Vitamin E merupakan antioksidan alami yang dapat membantu seluruh sel dan jaringan tubuh memperbaiki serta mangatasi
peradangan atau inflamasi, salah satunya adalah nyeri. Asupan vitamin E membantu menstabilkan aliran menstruasi dengan memperbaiki lapisan rahim
Vedder, 2007. Selain mengkonsumsi vitamin E penggunaan aromaterapi dikenal sebagai
salah satu cara terapi kesehatan yang aman dan nyaman dengan menggunakan minyak esensil atau saripati hasil ekstraksi bagian-bagian tumbuhan untuk