Interpretasi dan diskusi hasil

Berdasarkan hasil penelitian karakteristik demografi responden yang berhubungan dengan suku dan agama, sebagian besar responden pada kelompok intervensi bersuku batak yaitu sebanyak 13 orang 61,9,dan pada responden kelompok kontrol juga mayoritas bersuku batak sebanyak 13 orang 59,1, dan pada kedua kelompok tersebut beragama Islam 100. Mengacu pada keyakinan dan nilai- nilai Budaya mempengaruhi cara individu untuk mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri dan bagaimana bereaksi terhadap nyeri dan bagaimana seseorang dapat mengekspresikan rasa nyeri tersebut. Berdasarkan hasil penelitian tingkat nyeri haid yang dialami responden pada kedua kelompok dimulai dari tingkat nyeri ringan sampai sedang. Pernyataan ini dapat dilihat pada lampiran terlihat bahwa skala intensitas nyeri haid pada kelompok intervensi sesudah dilakukan intervensi bervariasi mulai dari skala 2 sampai dengan skala 6. Dalam hal ini jumlah responden yang mengalami nyeri haid skala 2 adalah sebanyak 4 orang, skala 3 adalah sebanyak 9 orang, skala 4 adalah sebanyak 8 orang, skala 5 adalah sebanyak 1 orang dan skala 6 adalah sebanyak 1 orang. Pada kelompok kontrol skala nyeri juga terlihat bervariasi mulai dari skala 2 sampai dengan skala 7. Dalam hal ini jumlah responden yang mengalami nyeri haid skala 2 adalah sebanyak 3 orang, skala 3 sebanyak 2 orang, skala 4 sebanyak 2 orang , skala 5 sebanyak 9 orang, skala 6 sebanyak 3 orang dan skala 7 adalah sebanyak 3 orang. Perbedaan indkator nyeri haid yang dirasakan seseorang tidak bisa menjadi indikator bagi yang lainnya karena sifatnya yang sangat pribadi. Pendapat diatas mendukung pendapat dari Mahon 1994 yang mengatakan bahwa nyeri bersifatsubyektif, sangat individual, dan berbeda pada setiap individu. Tingkat nyeri ini juga dapat mempengaruhi oleh berbagai faktor antara lain faktor psikis, dimana nyeri dapat diperberat oleh keadaan psikis seseorang. Pada peneliian ini semua faktor yang di anggap berkontribusi terhadap nyeri di abaikan, untuk diminimalkan adanya pengaruh perlakuan yang lain terhadap pemberian terapi pijat ,maka dianjurkan bagi semua responden untuk tidak melakukan tindakan apapun seperti mengubah posisi tubuh seperti meringkuk atau menungging dan juga mengkonsumsi obat- obatan penurun nyeri selama menjadi responden dalam penelitian ini. Dimana hal tersebut dapat berpengaruh terhadap penurunan nyeri haid dan membiaskan hasil penelitian. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa intensitas nyeri pada kelompok intervensi sesudah dilakukan terapi pijat diperoleh rata-rata skala nyeri 3,52 dengan standar deviasi 0,928 dan standar error 0,202. Rata-rata skala nyeri sesudah dilakukan metode terapi pijat pada kelompok kontrol 4,72 dengan standar deviasi 1,548 dan standar error 0,330. Hasil uji statistik didapatkan nilai p adalah 0,004 maka dapat disimpulkan bahwa ada Pengaruh signifikan dari skala nyeri haid sesudah dilakukan metode terapi pijat pada kelompok intervensi dan kontrol di SMA Negeri 11 Medan. Pernyataan diatas mendukung pendapat Stoppard 2006 yang mengemukakan Pemijatan adalah perawatan untuk jaringan lunak di tubuh – kulit, lemak- otot dan jaringan ikat yang mengikat organ serta struktur yang berada di dalamnya. Pemijatan melibatkan serangkaian gerakan, utamanya dengan menggunakan kedua tangan. Setiap gerakan dilakukan dengan cara tertentu untuk mendapatkan efek tertentu. Pemijatan juga dapat meredakan nyeri haid seperti perut bagian bawah, punggung dan tungkai. Berdasarkan uraian di atas maka diambil kesimpulan bahwa hipotesis penelitian diterima, karena terdapat perbedaan yang signifikan nyeri haid pada kelompok yang diberi terapi pijat dan kelompok yang tidak diberi terapi pijat.

2. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan yang dialami peneliti saat penelitian Februari-April 2012 dengan jumlah responden 45 orang remaja puteri ada responden yang dijumpai tidak mendapat haid pada saat melakukan penelitian adalah 2 orang.

3. Implikasi Untuk Asuhan KebidananPendidikan Kebidanan

Dari hasil penelitian telah diketahui bahwa pemberian terapi pijat sebagai salah satu tekhnik pengobatan tekhnik relaksasi yang berpengaruh terhadap pengurangan nyeri haid pada remaja puteri SMA Negeri 11 Medan. Jadi terapi pijat dapat digunakan dalan asuhan Kebidanan pada remaja puteri yang mengalami nyeri haid tanpa efek samping.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan tentang “efektivitas terapi pijat dalam penanganan nyeri haid pada remaja puteri di SMA Negeri 11 Medan tahun 2012 “ dapat disimpulkan bahwa: 1. Karakteristik demografi responden pada kelompok intervensi sebagian besar remaja puteri berusia 16 tahun sebanyak 10 orang 47,6, suku responden sebagian besar adalah Batak sebanyak 13 orang 61,9, seluruh responden beragama Islam sebanyak 21 orang 100 dan siklus haid yang dialami responden sebagian besar berada pada siklus 28 hari yaitu sebanyak 15 orang 71,4. Sedangkan pada dari 22 orang pada kelompok kontrol sebagian besar responden berada pada usia 15 dan 16 tahun sebanyak 9 orang 40,9, suku responden sebagian besar adalah Batak sebanyak 13 orang 59,1, seluruh responden beragama Islam sebanyak 22 orang 100 dan siklus haid yang dialami responden sebagian besar berada pada siklus 30 hari yaitu sebanyak 13 orang 59,1. 2. Intensitas nyeri responden pada kelompok intervensi rata-rata skala nyeri sebelum dilakukan metode terapi pijat adalah 5,76 dan sesudah dilakukan metode terapi pijat adalah 3,52 diperoleh nilai p=0,000. Pada kelompok kontrol rata-rata skala nyeri sebelum dilakukan metode terapi pijat adalah 6,13 dan sesudah dilakukan metode terapi pijat pada kelompok kontrol 4,72 diperoleh nilai p=0,005. 36