Upaya guru dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang siklus akuntasi di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

(S.Pd)

ROSMIATI NIM : 106015000474

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010


(2)

Tangerang Selatan”, Skripsi, Jurusan Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Kata Kunci : Upaya Guru, Pelaksanaan Pembelajaran, Pemahaman Siswa.

Berdasarkan masalah mengenai rendahnya pemahaman siswa tentang siklus akuntansi, maka mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang bagaimana upaya guru dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang siklus akuntansi. Penulis melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa kelas XII IPS dan bagaimana upaya guru akuntansi dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang siklus akuntansi. Dalam penelitian ini penulis mengamati upaya guru dalam melakukan pelaksanaan pembelajaran di kelas, yang terdiri dari tiga tahapan, yaitu tahapan perencanaan, tahapan proses pelaksanaan, dan tahapan evaluasi/penilaian. Dari hasil pengamatan/observasi dapat diketahui bahwa ketiga tahapan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru akuntansi SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan adalah baik. Karena sebagian besar komponen-komponen yang telah ditentukan dalam pelaksanaan pembelajaran telah terlaksana dengan baik. Meskipun ada beberapa komponen yang belum terlaksana dengan baik dan belum maksimal. Dari hasil pembelajaran yang baik, maka diperoleh hasil belajar siswa yang baik pula. Hal ini dapat dilihat dari perolehan hasil ulangan siswa yang sudah mencapai nilai KKM yang ditentukan yaitu 75, hasil belajar (pemahaman) siswa juga mencapai nilai rerata kelas 75. Selain dari hasil observasi, penulis juga melakukan penyebaran angket yaitu tentang persepsi siswa terhadap guru akuntansi dalam melakukan proses pembelajaran. Hasil angket menunjukkan baik dengan rerata 58,03, sehingga dapat disimpulkan bahwa persepsi siswa terhadap guru akuntansi dalam melakukan proses pembelajaran adalah baik.


(3)

Social Science Education department, Faculty of Tarbiyah and Teachers, Training Syarif Hidayatullah Jakarta.

Key word: Theacher’s Effort, Process Learning, Student Comprehension.

The writer intended to carry out the research about how does teacher’s effort improve students’ comprehension about accounting cycle based on the finding problem about tha students’ low comprehension on accounting cycle. The writer conducted the research at SMAN 1 Kota Tangerang Selatan to know student’ comprehension at XII social science class and how does the accounting teacher’s effort improve students’ comprehension about accounting cycle. In this research, the writer observed the teacher’s effort in conducting the teaching learning activities at the class. That’s consisted of three steps. They are planning step, acting step, and evaluation step. Based on the result of observation, it can be know that all of the stop of the teaching learning process conducted by the accounting teacher of SMAN 1 Kota Tangerang Selatan was good. It is because most of the component that have been determined in teaching learning process has been done well. While there were some components that have not been done well. From the good result of theaching learning process, so it can produce the good students’ achievement. It can be seen from the result of student’s test score that have achieved the minimum mastery criterion - Kriteria Ketuntasan Minimial (KKM) seventy five (75). In addition the students’ comprehension score achieved the class mean score (75/seventy five). Beside observation, the writer also gave the questionnaire about the students’ perception toward accounting teacher in doing the teaching learning process. The result of questionnaire showed that the mean score of questionnaire was 58,03. It can be conclude that the students’ perception toward the accounting teacher in conducting the teaching learning activities were good.


(4)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teori ... 7

1. Hakekat Guru ... 7

a. Pengertian Guru ... 7

b. Peranan Guru ... 8

c. Kompetensi Guru ... 11

d. Upaya Guru dalam Pembelajaran ... 17

2. Hakekat Pemahaman Siklus Akuntansi ... 34

a. Pengertian Pemahaman ... 34

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Siswa .... 35

c. Pengertian Siklus Akuntansi ... 37

d. Gambaran Umum Perusahaan Dagang ... 51

B. Kerangka Berpikir ... 60

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian ... 61

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 62


(5)

  iv

Instrumen ... 66

F. Tekhnik Analisis Data ... 69

BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Sekolah ... 70

B. Deskripsi Data ... 78

C. Analisis Data ... 80

D. Interpretasi Data ... 112

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 115

B. Saran ... 117

DAFTAR PUSTAKA ... 118 LAMPIRAN


(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu proses upaya yang dilakukan secara sadar dan sengaja untuk meningkatkan nilai perilaku seseorang atau masyarakat, dari keadaan tertentu menuju keadaan yang lebih baik. Pendidikan sebagai pranata pembangunan sumber daya manusia yang berperan dalam pembentukan peserta didik agar menjadi aset bangsa yang diharapkan, supaya menjadi manusia yang produktif.

Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang telah diterapkan pada Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu:

Pendidikan nasional befungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1

Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, perlu ada perhatian khusus dari berbagai aspek. Aspek-aspek tersebut meliputi “profesionalisme guru, perkembangan dan pertumbuhan peserta didik, tujuan pendidikan dan       

1

UU RI No. 14 Th.2005 tentang Guru dan Dosen Serta UU RI No. 20 Th.2003 tentang SISDIKNAS, (Bandung: Citra Umbara, 2006), h. 119. 


(7)

pengajaran, program pendidikan dan kurikulum, perencanaan pembelajaran, strategi belajar mengajar, media pembelajaran, bimbingan belajar, hubungan antar sekolah dan masyarakat, serta manajemen pendidikan”.2

Keseluruhan aspek tersebut saling melengkapi dan berkaitan sebagai bagian dari sistem pendidikan, sehingga upaya peningkatan mutu pendidikan harus mencakup keseluruhan aspek tersebut.

Komponen pendidikan terdiri atas guru, siswa, materi pembelajaran, metode pembelajaran, media, sarana prasarana, kurikulum serta lingkungan. Pengembangan pendidikan melalui tiap komponen harus benar-benar dilakukan secara cermat dan saling berkaitan. Peningkatan kualitas pendidikan tersebut menjadi tanggung jawab para praktisi pendidikan yaitu pemerintah, masyarakat dan khususnya guru.

Para praktisi pendidikan (pendidik) menurut Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasoinal Pendidikan dalam penjelasan Pasal 28 “adalah mereka yang berkualifikasi dan berkompetensi sebagai guru, dosen, konselor, pamong pelajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan”.3 Pihak-pihak tersebut dapat melakukan upaya peningkatan kualitas pendidikan melalui perbaikan metode pembelajaran, kelengkapan alat bantu mengajar, pemilihan media yang sesuai, serta penanganan-penanganan permasalahan praktis pendidikan secara tepat.

Pentingnya peran guru dalam pendidikan tidak terlepas dari kemampuan guru dalam menyampaikan materi pada siswa. Oleh karena itu pada proses pembelajaran guru harus memiliki empat kompetensi yaitu pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Kompetensi pedagogik dan profesional guru adalah kompetensi yang berhubungan dengan penyelesaian tugas-tugas keguruan dan pembelajaran. Beberapa kemampuan tersebut       

2

http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASHd6bb.dir/doc.pdf (Jumat, 01 Oktober 2010, 14.03 WIB).  

3

 UU RI No. 14 Th.2005 tentang Guru dan Dosen Serta UU RI No. 20 Th.2003 tentang SISDIKNAS, (Bandung: Citra Umbara, 2006), h. 251. 


(8)

adalah kemampuan penguasaan landasan kependidikan, psikologi pengajaran, penguasaan materi pelajaran, penerapan berbagai model dan sumber belajar, kemampuan menyusun program pembelajaran, kemampuan dalam mengevaluasi pembelajaran, dan kemampuan mengembangkan kinerja pembelajaran. Kompetensi sosial guru sangat diharapkan dapat memenuhi semua alat, media, dan sumber belajar yang dibutuhkan siswa dalam belajar.

Dalam proses belajar mengajar, keaktifan peserta didik merupakan hal yang sangat penting dan perlu diperhatikan oleh pakar guru sehingga proses belajar mengajar yang ditempuh akan benar-benar mendapatkan hasil yang optimal. Guru hanyalah merangsang keaktifan dengan jalan menyajikan bahan pelajaran, sedangkan yang mengolah dan mencerna adalah peserta didik itu sendiri sesuai dengan kemauan, kemampuan, bakat dan latar belakang masing-masing. Karena belajar adalah suatu proses dimana peserta didik harus aktif.

Dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua anak didik mampu berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama, daya serap anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan juga bermacam-macam, ada yang cepat, ada yang sedang, dan ada yang lambat. Terhadap perbedaan daya siswa sebagaimana kenyataan di atas, maka guru harus dapat menentukan alat/media, serta strategi dan metode pembelajaran yang tepat disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta materi pelajaran yang diajarkan. Metode dan media mengajar yang tepat haruslah memperhatikan kemauan, dorongan, minat, potensi dan kemampuan siswa dalam melakukan suatu kegiatan dalam suatu proses pembelajaran.

Salah satu contoh dari hasil penelitian menyatakan bahwa kondisi pembelajaran yang seringkali disajikan guru dalam pembelajaran Akuntansi dinilai masih belum tepat sasaran dan bahkan cenderung penerapannya masih dibatasi dengan konteks buku tertentu saja. Dari kecerobohan pembelajaran tersebut mengakibatkan timbulnya verbalitas serta kurang berkembangnya wawasan maupun pengetahuan pada siswa itu sendiri. Selain itu pada mata pelajaran akuntansi yang sangat rendah dan proses belajarnya yang dilakukan


(9)

secara verbal dan dominasi metode ceramah. Hal ini menunjukkan bahwa “guru masih belum memanfaatkan secara maksimal berbagai metode dan media yang tepat untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Sering ditemukan dalam masyarakat, bahwa prestasi belajar siswa khususnya mata pelajaran Akuntansi masih rendah”.4

Untuk tingkat SMA, pembelajaran akuntansi diberikan sebagai bagian dari mata pelajaran ekonomi. Mata pelajaran ini mencakup berbagai kemampuan dalam berprilaku ekonomi dan pemahaman terhadap transaksi keuangan. Ruang lingkup pembelajaran akuntansi di SMA dimulai dari dasar-dasar konseptual, struktur, dan siklus akuntansi.

Selama ini pembelajaran akuntansi dianggap sebagai mata pelajaran kurang menyenangkan. Akuntansi terkesan sangat rumit dan sulit untuk di pahami. Apalagi materi yang berkaitan dengan siklus akuntansi, mulai dari pencatatan ke dalam jurnal umum, jurnal khusus, posting ke buku besar, sampai pada pembuatan laporan keuangan, bagi siswa hal tersebut merupakan materi yang sangat sulit. Apalagi selama ini siswa masih mengalami kesulitan mengklasifikasikan jenis-jenis akun dalam pencatan transaksi. Semangat dan minat siswa untuk mempelajari akuntansi kurang baik. Akibatnya, pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari tidak sesuai dengan tujuan yang di harapkan.

Hal di atas sesuai dengan hasil penelitian Imas Purnamasari yang menyatakan bahwa:

Dari sembilan materi pelajaran akuntansi yang memiliki tingkat kesulitan untuk dipahami siswa secara berurut dimulai dari pemahaman pencatatan jurnal, posting ke buku besar, neraca saldo, jurnal penyesuaian (adjustement), neraca lajur serta laporan keuangan. Dan materi tersebut hampir 75% siswa sering mengalami kesalahan dalam memahami konsep sehingga akan berujung pada kesalahan dalam pencatatan.5

      

4

http://aliusmanhs.wordpress.com/2010/07/14/ptk-peningkatan-prestasi-belajar-akuntansi-dengan-metode-resitasi-melalui-bahan-ajar-lembar-kerja-siswa-student-work-sheet/ , (Rabu, 13 Oktober 2010, 12.58 WIB) 

5

http://perpustakaan.upi.edu/artikel/administrasi/upload/21._imas_purmanasari__fpips_.p df, (Jumat, 01 Oktober 2010, 14.26 WIB) 


(10)

Melihat kondisi seperti itu maka diperlukan usaha-usaha yang dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa SMA dalam Pelajaran Akuntansi. Hal ini merupakan tanggung jawab guru. Dengan kompetensi-kompetensi dasar yang dimiliki, guru harus dapat mengemas pelaksanaan proses pembelajaran, dengan menyiapkan materi dan bahan ajar yang akan disampaikan yang dirancang dengan menggunakan metode, strategi, media dan sumber belajar yang tepat dan sesuai dengan kondisi siswa, agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, mendorong penulis untuk meneliti tentang “Upaya Guru dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa tentang Siklus Akuntansi di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat diidentifikasi masalah-masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Rendahnya pemahaman siswa tentang siklus akuntansi

2. Metode yang digunakan guru kurang tepat dalam proses pembelajaran materi siklus akuntasi.

3. Guru dalam memberikan evaluasi tidak sesuai dengan tingkat pemahaman siswa tentang siklus akuntansi.

4. Media yang digunakan dalam proses pembelajaran siklus akuntansi tidak sesuai dengan kondisi siswa

5. Rendahnya upaya guru dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang siklus akuntansi

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan pada identifikasi masalah, maka batasan masalah penelitian ini yaitu mengenai:

1. Pemahaman siswa tentang siklus akuntansi.

2. Upaya-upaya guru dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang siklus akuntansi.


(11)

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat pemahaman siswa tentang siklus akuntansi di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan?

2. Bagaimana upaya guru dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang siklus akuntansi di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka penelitian ini mempunyai tujuan antara lain:

1. Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang siklus akuntansi di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan.

2. Untuk mengetahui upaya guru dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang siklus akuntansi di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat member manfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis kepada berbagai pihak sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis untuk khazanah intelektual, diharapkan penelitian ini menjadi sebuah sumbangsih gagasan dan tawaran solusi terhadap persoalan dalam upaya meningkatkan pemahaman siklus akuntansi dalam proses pembelajaran.

2. Manfaat praktis kepada pihak-pihak terkait, meliputi:

a. Bagi guru IPS Akuntansi, sebagai bahan masukan dan pedoman dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa tentang siklus akuntansi.

b. Bagi siswa, sebagai penerima ilmu lebih giat lagi dalam belajar khusunya untuk meningkatkan pemahaman tentang siklus akuntansi. c. Bagi sekolah, sebagai umpan balik (feed back) agar terus mendukung

upaya-upaya guru dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang siklus akuntansi.

d. Bagi penulis, dapat memperoleh pengalaman langsung dan mengetahui upaya-upaya guru dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang siklus akuntansi.


(12)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Kajian Teori 1. Hakikat Guru

a. Pengertian Guru

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Balai Pustaka pengertian “guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencaharian, profesinya) mengajar”.1 “Kata guru yang dalam bahasa Arab disebut mu’allim dan dalam bahasa Inggris teacher memiliki arti sederhana, yakni A person whose occupation is teaching others, artinya, guru ialah seseorang yang pekerjaannya mengajar orang lain”.2

jalur pe

       

Sedangkan di dalam BAB I mengenai ketentuan umum pasal 1 Undang-Undang RI No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dijelaskan bahwa “guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini

ndidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah”.3

 

1

Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), Cet. I, h. 288.

2

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. 9, h. 222.

3

Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Th. 2005), (Jakarta: Redaksi Sinar Grafika, 2006), Cet. I, h.2.


(13)

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

serta didik dari semua tingkat jenjang pendidikan.

b.

etensi sebagai agen pembel

(learning

agent)

hwa sebagian dari waktu

engan siswanya.

Sardim

nasihat, motivator sebagai pemberi inspirasi dan dorongan,        

mengevaluasi pe

Peranan Guru

Dalam Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) Pasal 28, dikemukakan bahwa: “Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan komp

ajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”.4

Selanjutnya dalam penjelasannya dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan “pendidik sebagai agen pembelajaran

adalah peran pendidik antara lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik”.5

Sehubungan dengan fungsinya sebagai “pengajar, pendidik dan pembimbing”, maka diperlukan adanya berbagai peranan pada diri guru. Peranan guru ini akan senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksinya, baik dengan siswa (yang terutama), sesama guru, maupun dengan staf yang lain. Dari berbagai interaksi belajar mengajar, dapat dipandang sebagai sentral bagi peranannya. Sebab baik disadari atau tidak ba

dan perhatian guru banyak dicurahkan untuk menggarap proses belajar mengajar dan berinteraksi d

Ada beberapa pendapat dari para ahli yang dikutip oleh an, adalah sebagai berikut:

1. Prey Katz, menggambarkan peranan guru sebagai komunikator, sahabat yang dapat memberikan

nasihat- 

4

UU RI No. 14 Th.2005 tentang Guru dan Dosen Serta UU RI No. 20 Th.2003 tentang SISDIKNAS, (Bandung: Citra Umbara, 2006), h.185.

5

UU RI No. 14 Th.2005 tentang Guru dan Dosen Serta UU RI No. 20 Th.2003 tentang SISDIKNAS, (Bandung: Citra Umbara, 2006), h. 251.


(14)

pembimbing dalam pengembangan sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai, orang yang menguasai bahan yang diajarkan. 2. Havighurst menjelaskan bahwa peranan guru di sekolah

sebagai pegawai (employee) dalam hubungan kedinasan, sebagai bawahan (subordinate) terhadap atasannya, sebagai kolega dalam hubungannya dengan teman sejawat, sebagai

n materi

tidak hanya sebagai transmitter dari ide tetapi juga berperan sebagai

belajar mengajar, secara singkat dapat disebutkan

a.

a cara mengajar informatif, laboratorium, n dan sumber informasi kegiatan akademik b.

semua i sedmikian rupa, sehingga dapat mencapai c.

otivator ini penting artinya dalam an kegairahan dan pengembangan d.

m hal ini harus dapat membimbing dan an kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan e.

       

mediator dalam hubungannya dengan anak didik, sebagai pengatur disiplin, evaluator dan pengganti orang tua.

3. James W. Brown, mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antara lain: menguasai dan mengembangka

pelajaran, merencana dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa.

4. Federasi dan Organisasi Profesional Guru Sedunia, mengemukakan bahwa peranan guru di sekolah,

transformer dan katalisator dari nilai dan sikap.6

Dari beberapa pendapat di atas maka secara rinci peranan guru dalam kegiatan

sebagai berikut: Informatif

Sebagai pelaksan studi lapanga maupun umum.

Organisator

Guru sebagai organisator, pengelola kegiatan akademik, silabus, workshop, jadwal pelajaran. Komponen-komponen yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar,

diorganisas

efektivitas dan efisien dalam belajar pada diri siswa. Motivator

Peranan guru sebagi m rangka meningkatk kegiatan belajar siswa.

Pengarah/director

Jiwa kepemimpinan bagi guru dalam peranan ini lebih menonjol. Guru dala

mengarahk

yang dicita-citakan. Inisiator

 

6

Sardiman A.M, Interaksi dan motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rajawali Pers, 2010), Edisi ke-I, h. 143-144.


(15)

Guru dalam hal ini sebagai pencetus ide-ide dalam proses

f.

g.

emudahan dalam proses belajar misalnya saja dengan menciptakan suasana

h.

h iatan belajar siswa. Misalnya menengah atau

i.

rjakan mata pelajaran yang diujikan, tetapi masih ada perlu

g harus dilakukan. Peran guru yang beragam

Manan tersebut

       

belajar. Sudah barang tentu ide-ide itu merupakan ide-ide kreatif yang dapat dicontoh oleh anak didiknya.

Transmitter

Dalam kegiatan belajar guru juga akan bertindak selaku penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan

Fasilitator

Berperan sebagai fasilitator, guru dalam hal ini akan memberikan fasilitas atau k

mengajar,

kegiatan belajar yang sedemikian rupa, serasi dengan perkembangan siswa, sehingga belajar mengajar akan berlangsung secara efektif.

Mediator

Guru sebagai mediator dapat diartikan sebagai penenga dalam keg

memberikan jalan ke luar kemacetan dalam kegiatan diskusi siswa. Mediator juga diartikan penyedia media. Bagaimana cara memakai dan mengorganisasikan penggunaan media. Evaluator

Kecenderungan guru dalam peranannya sebagai evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademis maupun tingkat sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak. Untuk itu guru harus hati-hati dalam menjatuhkan nilai atau kriteria keberhasilan. Dalam hal ini tidak cukup hanya dilihat dari bisa atau tidaknya menge

pertimbangan-pertimbangan yang sangat unik dan kompleks, terutama yang menyangkut perilaku dan values yang ada pada masing-masing mata pelajaran.7

Kemudian para pakar pendidikan di Barat telah melakukan penelitian tentang peran guru yan

telah diidentifikasi dan dikaji oleh Pullias dan Young (1988), (1990) serta Yelon dan Weinstein (1997). Adapun peran-peran adalah sebagai berikut :

1) Guru Sebagai Pendidik, 2) Guru Sebagai Pengajar, 3) Guru Sebagai Pembimbing, 4) Guru Sebagai Pelatih, 5) Guru Sebagai Penasehat, 6) Guru Sebagai Pembaharu (Inovator), 7)

 

7


(16)

Guru Sebagai Model dan Teladan, 8) Guru Sebagai Pribadi, 9) Guru Sebagai Peneliti, 10) Guru Sebagai Pendorong Kreatifitas, 11) Guru Sebagai Pembangkit Pandangan, 12) Guru Sebagai Pekerja Rutin, 13) Guru Sebagai Pemindah mah, 14) Guru Sebagai Pembawa Cerita, 15) Guru Sebagai

, maka dapat penulis simpulkan bahwa peranan guru adalah sebagai informatif, organisator, motivator, tator, mediator, evaluator, aktor, emansi

c.

dalam Martinis, menjelaskan bahwa

“komp pilan, pengetahuan, bakat,

nilai-ni kearah

ndakan baik dipandang dari sudut ilmu engetahuan, teknologi maupun etika. Dalam arti tindakan itu

akan menunjukan kualitas guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut        

Ke

Aktor, 16) Guru Sebagai Emansipator, 17) Guru Sebagai Evaluator, 18) Guru Sebagai Pengawet, 19) Guru Sebagai Kulminator. 8

Dari beberapa pendapat di atas

pengarah, inisiator, transmitter, fasili pator, dan sebagai kulminator.

Macam-Macam Kompetensi Guru McShane dan Glinow

etensi/competencies adalah keteram

lai, pengarah, dan karakteristik pribadi lainnya yang mendorong performansi unggul”.9

Abdul Majid Menjelaskan bahwa;

Kompetensi adalah seperangkat tindakan intelegen penuh tanggungjawab yang harus dimiliki oleh seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu. Sifat intelegen harus ditunjukan sebagai kemahiran, ketepatan dan keberhasilan bertindak. Sifat tanggung jawab harus diunjukan sebagai kebenaran ti

p

benar ditinjau dari sudut ilmu pengetahuan, efisien, efektif dan memiliki daya tarik dari sudut teknologi; dan baik ditinjau dari sudut etika.10

Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru  

8

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional; Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: Rosdakarya, 2009), Cet.ke-8, h. 37-65

9

Martinis Yamin dan Maisah, Standarisasi Kinerja Guru, (Jakarta: Gaung Persada Press Jakarta, 2010), Cet. I, h. 1-2.

10

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran; Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h. 5-8.


(17)

akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan professional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru. Artinya guru bukan saja harus

kompet

: (1) penyusunan perencanaan pembelajaran; aan tindak lanjut

komponen kompetensi penguasaan akademik yang

Untuk lebih jelasnya rincian komponen kompetensi guru dapat dilihat pada tabel 2.

el 2.1

Ko ru

pintar tapi juga pandai mentransfer ilmunya kepada peserta didik.

Adapun standar kompetensi guru yang meliputi tiga komponen ensi yaitu:

Pertama, komponen kompetensi pengelolaan pembelajaran

yang mencakup

(2) pelaksanaan interaksi belajar mengajar; (3) penilaian prestasi belajar peserta didik; (4) pelaksan

hasil penilaian.

Kedua, komponen kompetensi pengembangan protensi yang

diorientasikan pada pengembangan profesi. Ketiga,

mencakup: (1) pemahaman wawasan kependidikan; (2) penguasaan bahan kajian akademik (Depdiknas, 2004: 9).11

1, sebagai berikut: Tab

mpetensi Gu

Kompetensi Pengelolaan Pembelajar n a

KOMPETENSI INDIKATOR 1. Penyusunan renca

pembelajaran

rategi media / penilaian na a. Mampu mendeskripsikan tujuan/kompetensi

pembelajaran

b. Mampu memilih/menentukan materi c. Mampu mengorganisir materi

d. Mampu menentukan metode /st pembelajaran

lajar / e. Mampu menentukan sumber be

alat praga pembelajaran t f. Mampu menyusun perangka

g. Mampu menentukan teknik penilaian h. Mampu mengalokasikan waktu 2. Pelaksanaan in

belajar mengajar

/media teraksi a. Mampu membuka pelajaran

b. Mampu menyajikan materi c. Mampu menggunakan metode d. Mampu menggunakan alat peraga

e. Mampu menggunakan bahasan yang komunikatif

      

11

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran; Mengembangkan Standar Kompetensi Guru,…,h. 5-8.


(18)

f. Mampu memotivasi siswa g. Mampu mengorganisasi kegiatan

h. Mampu berinteraksi dengan siswa secara

mberikan umpan balik enggunakan waktu komunikatif

i. Mampu menyimpulkan pembelajaran j. Mampu me

k. Mampu melaksanakan penialaian l. Mampu m

3. Penilaian prestasi b peserta didik at emeriksa jawab aian laian ilaian elajar a. Mampu memilih soal berdasarkan tingk

kesukaran

b. Mampu memilih soal berdasarkan tingkat pembeda

c. Mampu memperbaiki soal yang tidak valid d. Mampu m

e. Mampu mengklasifikasikan hasil-hasil penelitian

f. Mampu mengolah dan menganalisis hasil penilaian

g. Mampu membuat interpretasi kecenderungan hasil penil

h. Mampu menentukan korelasi anatar soal berdasarkan hasil peni

i. Mampu mengidentifikasi tingkat variasi hasil penilaian

j. Mampu menyimpulkan dari hasil pen secara jelas dan logis

4. Pelaksanaan tindak la hasil penilaian p belajar peserta didi

ram tindak lanjut hasil siswa

kan tindak lanjut asi tindak lanjut

is hasil evaluasi program tindak njut a. Manyusun prog

restasi

b. Mengklasifikasikan kemampuan k c

penilaian

. Mengidentifikasi kebutuhan tindak lanjut hasil penilaian

d. Melaksana e. Mengevalu f. Menganalis

lanjut hasil penilaian Komponen Kompetensi Pengembangan Potensi

KOMPETENSI INDIKATOR

5. Pengembangan profesi uti informasi perkembangan IPTEK

n buku pelajaran/ karya erbagai model

seach)

n karya seni

b pelatihan terakreditasi a. Mengik

yang mendukung profesi melalui berbagai kegiatan ilmiah

b. Mengalihbahasaka ilmiah

c. Mengembangkan b pembelajaran

d. Menulis makalah

e. Menulis/menyusun diklat pelajaran f. Menulis buku pelajaran

g. Menulis modul h. Menulis karya ilmiah

i. Melakukan penelitian ilmiah (action re j. Menemukan teknologi tepat guna k. Membuat alat praga/ media l. Menciptaka


(19)

n. Mengikuti pendidikan kualifikasi

pengembangan o. Mengikuti kegiatan

kurikulum Kompenen Kompetensi Penguasaan Akademik

KOMPETENSI INDIKATOR 6. Pemahaman wawas

um dan hasil an a. Memahami visi dan misi

b. Memahami hubungan pendidikan dan pengajaran

c. Memahami konsep pendidikan dasar dan menengah

d. Memahami fungsi sekolah

n um e. Mengidentifikasi permasalaha

oses pendidikan dalam hal pr pendidikan

f. Membangun sistem yang menunjukan keterkaitan pendidikan dan luar sekolah 7. Penguasaan bahan kajian a. M

akademik

emahami struktur pengetahuan b. Menguasai substansi materi

c. Menguasai substansi kekuasaan sesuai dengan jenis pelajaran yang dibutuhkan siswa Sumb

petensi pedagogik, kompetensi kepribadian, petensi sosial”.13 Hal ini dipaparkan sebagai berikut:

1)

erintah No.19 Tahun 2005 tentang Standa

dikemu

didik, perancangan dan pelaksanaan belajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan        

er : (Ditentik-Depdiknas, 2004)12

Di dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28 ayat 3, menjelaskan bahwa kompetensi yang harus dimiliki guru sebagai agen pembelajaran jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi “kom

kompetensi profesional, dan kom

Kompetensi Pedagogik Dalam Peraturan Pem

r Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir a kakan bahwa:

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman

rhadap peserta te

pem         

.

6.

12

Abdul Majid. Perencanaan Pembelajaran; Mengembangkan Standar Kompetensi Guru..., h. 7-9

5

Abdul Majid. Perencanaan Pembelajaran; Mengembangkan Standar Kompetensi Guru..., h. 6.

13

UU RI No. 14 Th.2005 tentang Guru dan Dosen Serta UU RI No. 20 Th.2003 tentang SISDIKNAS, …, h.185-18


(20)

peserta didik untu

14

k mengaktualisasikan berbagai potensi

2)

ampuan kepribadian yang mantap, stabil, awa, menjadi teladan bagi peserta didik dan ber

3)

g memungkinkan membimbing standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standa

4)

ra efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar”.17

       

yang dimilikinya. Kompetensi Kepribadian

Dalam Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan “kompetensi kepribadian adalah kem

dewasa, arif, dan berwib akhlak mulia”.15 Kompetensi Profesional

Dalam Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan “Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yan

peserta didik memenuhi

r Nasional Pendidikan”.16 Kompetensi Sosial

Dalam Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan ”Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul seca

 

14

UU RI No. 14 Th.2005 tentang Guru dan Dosen Serta UU RI No. 20 Th.2003 tentang SISDIKNAS, …, h. 252.

15

UU RI No. 14 Th.2005 tentang Guru dan Dosen Serta UU RI No. 20 Th.2003 tentang SISDIKNAS, …, h. 252.

16

UU RI No. 14 Th.2005 tentang Guru dan Dosen Serta UU RI No. 20 Th.2003 tentang SISDIKNAS, …, h.252.

17

UU RI No. 14 Th.2005 tentang Guru dan Dosen Serta UU RI No. 20 Th.2003 tentang SISDIKNAS, …, h. 252-253.


(21)

Adapun kompetensi dasar guru menurut Sardiman adalah

ajar

jar mengajar

9) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah

diagnosis tingkah laku siswa, (c) kema

g

a pilan menumbuhkan semangat belajar para siswa,       

sebagai berikut:

1) Menguasai bahan

2) Mengelola program belajar meng 3) Mengelola kelas

4) Menggunakan media /sumber 5) Menguasai landasan pendidikan 6) Mengelola interaksi bela

7) Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran

8) Mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan sekolah,

10) Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian kependidikan guna keperluan pengajaran.18

Menurut Grasser dalam B. Uno, mengemukakan empat kompetensi yang harus dikuasai guru, yakni “(a) menguasai bahan pelajaran, (b) kemampuan men

mpuan melaksanakan proses pengajaran, dan (d) kemampuan mengukur hasil belajar siswa”.19

Sementara Nana Sudjana dalam B. Uno, membagi kompotensi uru dalam ketiga bagian, yaitu sebagai berikut:

a) Kompetensi bidang kognitif, artinya kemampuan intelekstual seperti penguasaan mata pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku individu, pengetahuan bimbingan penyuluhan, pengetahuan tentang administrasi kelas, pengetahuan tentang cara menilai hasil belajar siswa, dan pengetahuan tentang kemasyarakatan serta pengetahuan umum lainnya. b) Kompetensi bidang sikap, artinya kesiapan dan kesediaan

guru terhadap berbagai hal berkenaan dengan tugas dan profesinya.

c) Kompetensi perilaku/performance, kemampuan guru dalam berbagai keterampilan/berprilaku, seperti keterampilan mengajar, membimbing, menilai, menggunakan alat abntu pengajaran, bergaul atau berkomunikasi dengan siswa, keter m

      

18

Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, …, h.164.

19

Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet.III, h. 131.


(22)

keterampilan menyusun persiapan/perencanaan mengajar, keterampilan melaksanakan administrasi kelas, dan lain-lain.20

Dari sekian banyaknya kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki seorang guru, maka guru diharapkan dapat mampu menjalankan tugasnya sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, dan penilai agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang

d. Upaya Gu 1)

paikan suatu maksud atau upaya juga d

untuk melakukan sesuatu hal atau kegiatan belajaran untuk mencapai tujuan

2)

ion) ialah “proses atau upaya yang

dilakuk lain (dalam hal ini

murid)

n, terdiri       

optimal.

ru dalam Pembelajaran Pengertian Upaya Guru

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “upaya adalah usaha atau syarat untuk menyam

iartikan sebagai usaha untuk melakukan suatu hal atau kegiatan yang bertujuan”. 21

Sedangkan dalam penelitian ini upaya yang dimaksud adalah upaya guru. Sehingga dapat penulis simpulkan bahwa upaya guru adalah usaha guru

yang bertujuan, yaitu kegiatan pem yang telah ditentukan.

Pengertian Pembelajaran Pembelajaran (instruct

an seseorang (misal guru) agar orang melakukan belajar”.22

Oemar Hamalik Menjelaskan, bahwa:

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari dari siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material, meliputi buku-buku, papan tulis, dan kapur, fotografi, slide dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapa

      

20

Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, …, h. 131.

21

Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), Cet. I, h. 995.

22


(23)

dari ruang kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer. , meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya.

Prosedur

an bahwa pembelajaran adalah

paya yang dilakukan guru agar siswa dapat melakukan kegiatan belajar

lingkungan belajar.

3)

o adalah sebagai ujuan, Bahan Pelajaran, Kegiatan Belajar-Mengajar,

Metode 25

a)

engajaran yang lainnya seperti bahan pelajaran, engajar, pemilihan metode, alat, sumber, dan evalu

b)

       

23

Sedangkan di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 dinyatak

”proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.24

Dengan demikian, berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat penulis simpulkan bahwa pembelajaran adalah u

atau interaksi dengan sumber belajar dan

Komponen-Komponen Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu sistem. Sebagai suatu sistem, proses pembelajaran terdiri dari beberapa komponen yang satu sama lain saling berinteraksi. Komponen-komponen tersebut menurut Pupuh Faturahman dan Sobry Sutikn

berikut: “T

, Sumber Belajar, Alat, dan Evaluasi”. Tujuan

Tujuan adalah “komponen yang dapat mempengaruhi komponen p

kegiatan belajar m

26

asi”. Bahan Pelajaran

 

, 1995), Cet. I. h. 57.

an Konsep Islami, (Bandung: Refika Aditama, 2007), Cet. I, h. 13.

23

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara

24

Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Th. 2005), …, h. 4.

25

Pupuh Fatuhurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar; Melalui Penenman Konsep Umum d

26

Syaiful Bahri Djmarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet.3, h. 42.


(24)

Bahan pelajaran merupakan “medium untuk mencapai pengajaran yang harus dipahami oleh peserta didik”. tujuan

c) Kegia

engajar adalah inti kegiatan dalam ndidikan, segala sesuatu yang telah diprogramkan akan

ksanakan dalam proses belajar mengajar. Dalam

d)

isikan bahwa metode adala

k didik. Deng

si dan kondisi. Penggunaan metode

       

27

tan Belajar Mengajar Kegiatan belajar m pe

dila

kegiatan belajar mengajar, guru dan anak didik terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya. Dalam interaksi itu peserta didiklah yang aktif, bukan guru.28

Metode

Metode pembelajaran adalah “cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara individual atau secara kelompok”.29

Syaiful Bahri Djamarah mendefin

h ”suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”.30 Dalam kegiatan belajar mengajar metode sangat diperlukan oleh guru, dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Dalam kegiatan belajar mengajar, guru tidak harus terpaku dengan menggunakan satu metode, tetapi sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi agar jalannya pengajaran tidak membosankan tetapi dapat menarik perhatian ana

an memiliki pengetahuan mengenai sifat berbagai metode maka seorang guru akan lebih mudah menetapkan metode yang paling sesuai dengan situa

mengajar sangat bergantung pada tujuan pembelajaran.

 

27

Pupuh Fatuhurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar; Melalui Penenman Konsep Umum dan Konsep Islam, … , h. 14.

28

Syaiful Bahri Djmarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, …, h. 44.

29

Ahmad Sabri, Quantum Teaching; Strategi Belajar Mengajar; Micro Teaching, (Ciputat: Ciputat Press, 2010), Cet. III, h. 49.

30


(25)

Oleh karena itu ada beberapa syarat yang harus diperhatikan seorang guru dalam penggunaan metode

belajaran, antara lain: pem

tuk mewujudkan hasil karya. (4) etode harus dapat menjamin perkembangan kegiatan

kepribadian siswa.

e) Alat

pai mencapai tujuan, dan ”.

lis, batu tulis, batu kapur, gambar, diagr

f)

a mendefinisikan bahwa “sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh siswa untuk

      

(1) Metode yang digunakan harus dapat membangkitkan motif, minat atau gairah belajar siswa.

(2) Metode yang digunakan dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut.

(3) Metode yang digunakan harus dapat memberikan esempatan bagi siswa un

k M

(5) Metode yang digunakan harus dapat mendidik siswa dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha sendiri.

(6) Metode yang digunakan harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap dalam kehidupan sehari-hari.31

Alat adalah “segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Dalam proses pengajaran alat mempunyai fungsi sebagai perlengkapan, alat sebagai pembantu mempermudah usaha menca

32

alat sebagi tujuan

Alat dibagi menjadi dua macam, yaitu alat verbal dan alat bantu non verbal. Alat bantu verbal berupa suruhan, perintah, larangan, dan sebagainya. Sedangkan alat bantu non verbal berupa globe, papan tu

am, slide, video, dan sebagainya. Sumber Belajar

Wina Sanjay

      

31

Ahmad Sabri, Quantum Teaching; Strategi Belajar Mengajar;, ....…, h. 49-50.

32


(26)

mempelajari bahan dan pengalaman belajar sesuai dengan tujuan yang hen

Beb

ses pembelajaran di dalam kelas dian

an

ngaja dirancang oleh , n

, sekolah, dan masyarakat) ajalah, surat kabar, radi, TV, dan lain-n (buku pelajaralain-n, peta, gambar, kaset,

       

dak dicapai”.33

erapa sumber belajar yang bisa dimanfaatkan oleh guru khususnya dalam setting pro

taranya:

(1) Manusia sebagai Sumber

Manusia merupakan sumber utama dalam proses pembelajaran. Dalam usaha pencapaian tujuan pembelajaran, guru dapat memanfaatkan dalam setting proses belajar-mengajar.

(2) Alat dan Bahan Pelajaran

Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk membantu guru; sedangkan bahan pelajaran adalah

egala sesuatu yang mengandung pesan yang ak s

disampaikan kepada siswa. (3) Berbagai Aktivitas dan Kegiatan

Adalah segala perbuatan yang se

guru untuk memfasilitasi kegiatan belajar siswa monstrasi, simulasi, melakuka seperti diskusi, de

percobaan, dan lain sebagainya. (4) Lingkungan atau Setting

Adalah segala sesuatu yang dapat memungkinkan siswa belajar. Misalnya gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, taman, kantin, dan lain sebagainya.34 Menurut Ny. Dr. Roestiyah, N.K. dalam Djamarah, mengatakan bahwa sumber belajar adalah:

(1) Manusia (dalam keluarga (2) Buku/perpustakaan (3) Mass media (m

lain)

(4) Alat pengajara

tape, papan tulis, spidol, dan lain-lain)

(5) Museum (tempat penyimpanan benda-benda kuno)35  

33

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta,

ina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,……., h. 175-1

Kencana Prenada Media Group, 2008), Cet. V, h. 174.

34

W 76.

35


(27)

Sedangkan menurut Udin Saripudin Winataputra dalam Djamarah, berpendapat bahwa terdapat sekurang-kurangnya lima macam sumber belajar, yaitu:

Manusia

Buku/perpustakan

g)

enurut Muhibbin Syah, evaluasi merupakan “penilaian te

t Tardif dalam Muhibbin berarti prestasi yang dicapai seorang

karena tercapa

onen dalam proses pembelajar

proses pem (1)

        (1) (2)

(3) Media massa

(4) Alam lingkungan: alam lingkungan terbuka, alam lingkungan sejarah dan alam lingkungan manusia. (5) Media pendidikan36

Sumber belajar sesungguhnya banyak sekali terdapat di mana-mana. Pemanfaatan sumber belajar tersebut tergantung pada kreativitas guru, waktu, biaya, serta kebijakan-kebijakan lainnya.

Evaluasi M

rhadap keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program”.37 Padanan kata evaluasi adalah assessment yang menuru

“proses penilaian untuk menggambarkan

siswa sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.”38 Oleh itu, evaluasi berperan sebagai barometer untuk mengukur

i atau tidaknya tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Ahmad Bahri ada empat komp

an yang harus dilakukan seorang guru agar tujuan dari belajaran tercapai, yaitu:

Menentukan tujuan yang spesifik

Tujuan pembelajaran harus dirumuskan secara spesifik jar. Setiap pendidik dalam bentuk perilaku akhir pela

harus menyadari bahwa penentuan tujuan dalam proses pembelajaran adalah penting. Perumusan tujuan itu harus

 

36

Syaiful Bahri Djmarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, …, h. 49-50.

37

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, …, h. 139

38


(28)

jelas yaitu bagaimana seharusnya pelajar berprilaku pada akhir pembelajaran.

(2) Mengadakan penilaian pendahuluan

ini didasarkan atas konsep belajar yang dimanifestasikan

l ini untuk mengetahui ada atau iri siswa dengan membandingkan ondisi akhir setelah belajar.

(3 an

erencanakan program

(

uk mengukur tercapai atau tidaknya tujuan yang telah ditetapkan. 39 4) Ta

a)

rasional tentang sasaran dan rilaku

bagai upaya pencapaian tujuan tersebut dengan memanfaatkan se

       

Dalam mengadakan penilaian pendahuluan, terlebih dahulu guru memeriksa perilaku awal siswa, langkah dalam perubahan. Ha

tidaknya perubahan d antara kondisi awal dengan k ) Merencanakan program pengajar

Pada langkah ini guru m

pembelajaran yang dapat mengantarnya untuk mencapai tujuan-tujuan yang dikehendaki.

Tujuan yang telah dirumuskan dengan jelas sangat membantu guru dalam membuat program perencanaan. 4) Evaluasi

Evaluasi berperan sebagai barometer unt

hapan Dalam Pembelajaran Tahapan Perencanaan Pembelajaran

Wina Sanjaya berpendapat bahwa:

Perencanaan pembelajaran adalah proses pengambilan ara

keputusan hasil berpikir sec

tujuan pembelajaran tertentu, yakni perubahan pe serta rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan se

gala potensi dan sumber belajar yang ada.40

Untuk menyusun perencanaan pembelajaran perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

(a) Pemetaan standar kompetensi

(b) Penentuan topik/tema dan materi pokok pembelajaran (c) Perumusan kompetensi dasar ke dalam indikator yang

sesuai dengan topik/tema (d) Pengembangan silabus

(e) Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran41

 

39

Ahmad Sabri, Quantum Teaching; Strategi Belajar Mengajar; …, h. 33-34.

40

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), Cet. I, h. 28.

41


(29)

Perencanaan pembelajaran memainkan peranan penting dalam memandu guru untuk melaksanakan tugas profesionalnya sebagai pendidik dalam melayani kebutuhan belajar para siswanya. Perencanaan pengajaran juga dimaksudkan sebagai

belajaran berlangsung. Seorang guru

b) Tahap

rupakan “proses r mengajar di sekolah yang merupakan inti da

pe da

penggunaan strategi mengajar. Maksudnya ialah bahwa setiap penggunaan strategi mengajar harus selalu merupakan rangkaian y

pre te , sebagai berikut:

(a) P

untuk m ajaran yang akan dilaksanakan.

       

langkah awal sebelum proses pem

sebelum masuk ke ruang kelas, sudah mempersiapkan sejumlah materi dan bahan ajar yang akan disampaikan kepada siswa, agar penyampaian suatu perencanaan yang fleksibel dan matang.

Ahmad Sabri menjelaskan rencana pembelajaran minimal harus memuat lima unsur, yaitu “tujuan instruksional, bahan pembelajaran, kegiatan belajar, metode dan alat bantu, dan evaluasi/penilaian”.42

Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran me berlangsungnya belaja

ri kegiatan kependidikan”.43 Dalam pelaksanaannya mbelajaran harus melalui tiga tahapan, dimana tahapan-tahapan lam proses mengajar memiliki hubungan erat dengan

ang utuh dalam tahapan-tahapan mengajar.

Umumnya pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga hal:” st, proses, dan post test”44

Pre Test (tes awal)

elaksanaan pembelajaran biasanya dimulai dengan pre test, enjajagi proses pembel

 

42

Ahmad Sabri, Quantum Teaching; Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching, …, h. 116.

43

Ahmad Sabri, Quantum Teaching; Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching, …, h. 116.

44

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. I, h. 103-106.


(30)

Karena itu, pre test memegang peranan yang cukup penting proses pembelajaran, yang berfungsi antara lain sebagai dalam

berikut:

ngetahui tingkat kemajuan peserta didik sehubungan dengan proses pembelajaran yang dilakukan, dengan cara membandingkan hasil pre

(b)

dimaksudkan sebagai kegiatan inti dari pelaksanaan ran dan pembentukan kompetensi peserta didik.

elajaran

test antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut ini:        

(1) Untuk menyiapkan peserta didik dalam proses belajar, karena dengan pre test maka pikiran mereka akan terfokus pada soal-soal yang harus mereka jawab/kerjakan.

(2) Untuk me

test dengan pos test.

(3) Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki peserta didik mengenai kompetensi dasar yang akan dijadikan topik dalam proses pembelajaran.

(4) Untuk mengetahui dari mana seharusnya proses pembelajaran dimulai, kompetensi dasar mana yang telah dimiliki peserta didik, dan tujuan-tujuan mana yang perlu mendapat penekanan dan perhatian khusus.45

Proses Proses pembelaja

Proses pembelajaran dan pembentukan kompetensi perlu dilakukan dengan tenang dan menyenangkan, hal tersebut tentu saja menuntut aktivitas dan kreativitas guru dalam menciptakan lingkungan yang kondusif. Proses pemb

dan pembentukan kompetensi dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik terlibat secara aktif, baik mental, fisik maupun sosial.

(c) Post Test

Pada umumnya proses pembelajaran diakhiri dengan pos test. Seperti halnya pre test, pos test memilki banyak kegunaan, terutama dalam melihat keberhasilan pembelajaran. Fungsi pos

 

45


(31)

(1) Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah ditentukan, baik secara individu maupun kelompok. Hal ini dapat diketahui dengan membandingkan hasil pre test

. Sehubungan dengan ini, apabila sebagian besar belum menguasainya maka perlu dilakukan

t kesulitan ukan perbaikan

tiga tahapan/kegiatan dalam pr

intru (a)

kegiatan yang dapat dilakukan oleh

dapat dijadikan salah satu tolok ukur

tuk mengecek atau menguji kembali ingatan siswa terhadap materi pelajaran yang telah dipelajarinya.

       

dengan pos test.

(2) Untuk mengetahui kompetensi dasar dan tujuan-tujuan yang dapat dikuasai oleh peserta didik, serta kompetensi dasar dan tujuan-tujuan yang belum dikuasainya

pembelajaran kembali (remedial teaching).

(3) Untuk mengetahui peserta didik yang perlu mengikuti kegiatan remedial, dan yang perlu mengikuti kegiatan pengayaan serta untuk mengetahui tingka

belajar.

(4) Sebagai bahan acuan untuk melak

terhadap proses pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik yang telah dilaksanakan, baik terhadap perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi.46

Menurut Ahmad Sabri ada

oses pelaksanaan pembelajaran yaitu “tahap praintruksional, ksional, serta tahap evaluasi dan tindak lanjut”.47

Tahap praintruksional/kegiatan pendahuluan

Tahap praintruksional adalah “langkah persiapan yang ditempuh guru pada saat mulai memasuki kelas hendak mengajar”.48 Beberapa

guru pada tahap ini antara lain:

(1)Guru menanyakan kehadiran siswa, dan mencatat siapa yang tidak hadir. Kehadiran siswa dalam pengajaran,

kemempuan guru mengajar

(2)Guru bertanya kepada siswa sampai di mana pembahasan pelajaran sebelumnya, hal ini dilakukan oleh guru un

 

46

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, …, h. 106.

47

Ahmad Sabri, Quantum Teaching; Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching, …, h. 4.

48


(32)

(3)Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang bahan pelajaran yang sudah diberikan sebelumnya, hal ini dilakukan untuk mengetahui sampai dimana pemahaman siswa terhadap materi yang telah

elah diterima oleh siswa, dan menumbuhkan nya dengan pelajaran yang

(b) Tahap

nal adalah “tahap inti dalam proses

n

pokok materi yang akan dibahas pada hari itu, yang telah disesuaikan dengan silabus dan        

diberikan.

(4)Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan pelajaran yang belum dikuasainya dari pengajaran yang telah dilaksanakan sebelumnya.

(5)Mengulang kembali materi pelajaran sebelumnya secara singkat tapi mencakup semua aspek bahan yang telah dibahas sebelumnya.49

Tujuan tahapan ini, pada hakikatnya adalah mengungkapkan kembali tanggapan siswa terhadap materi pelajaran yang t

kondisi belajar dalam hubungan

segera akan diajarkan. Kegiatan ini penting untuk dilakukan, sebab kegiatan belajar dan memahami materi pelajaran itu kebanyakan bergantung pada pengenalan siswa terhadap hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan yang akan diajarkan.

Intruksional/Kegiatan Inti Tahap intruksio

pengajaran”.50 Pada tahap ini guru menyajikan materi pelajaran (pokok bahan) yang disusun lengkap dengan persiapan model, metode dan strategi mengajar yang dianggap cocok.

Secara umum dapat diidentifikasi beberapa kegiata sebagai berikut:

(1)Menjelaskan kepada siswa tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa

(2)Menuliskan  

49

Ahmad Sabri, Quantum Teaching; Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching, …, h. 3-5.

50


(33)

tujuan pembelajaran, sebab materi bersumber dari tujuan.

(3)Membahas pokok materi yang telah dituliskan tadi (4)Pada setiap pokok materi yang dibahas sebaiknya

diberikan contoh-contoh konkret.

(5)Penggunaan alat bantu pengajaran untuk emperjelas pembahasan setiap pokok materi sangat

nya oleh para siswa.51

baiknya

(c) iatan Penutup

tang materi yang dibahas tadi, maka guru dapat memberikan tugas atau pekerjaan rumah yang ada        

m

diperlukan.

(6)Menyimpulkan hasil pembahasan dari semua pokok materi pelajaran yang telah dipelajari. Kesimpulan ini dibuat oleh guru dan sebaiknya pokok-pokoknya ditulis di papan tulis untuk dicatat oleh siswa, jika waktu memungkinkan penulisan kesimpulan ada baik

Kegiatan yang ditempuh dalam tahapan ini, se

dititik beratkan kepada siswa yang harus lebih aktif melakukan kegiatan belajar. Untuk itu haruslah dipilih pendekatan mengajar yang berorientasi kepada cara belajar siswa aktif.

Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut/Keg

Tahap terakhir proses mengajar terdiri atas “kegiatan evaluasi dan tindak lanjut (follow up)”.52 Pada tahap ini guru melakukan penilaian keberhasilan belajar siswa yang berlangsung pada tahap intruksional.

Kegiatan pada tahapan ini antara lain:

(1)Mengajukan pertanyaan kepada seluruh siswa atau kepada beberapa siswa, mengenai semua pokok materi pelajaran yang telah dibahas pada tahapan kedua.

(2)Apabila pertanyaan yang diajukan belum dapat dijawab oleh siswa kurang dari 70 % (persen), maka guru harus mengulang kembali materi yang belum dikuasai oleh siswa.

(3)Untuk memperkaya pengetahuan siswa ten

        

r Mengajar dan Micro Teaching, …, h. 116-1

52

Muhibbin Syah,Psikologi Pendidikan…., h. 214.

51

Ahmad Sabri, Quantum Teaching; Strategi Belaja 17.


(34)

hubungannya dengan topik atau pokok materi yang telah dibahas tadi.

(4)Akhiri pelajaran dengan menjelaskan atau memberitahukan pokok materi yang akan dibahas pada pelajaran berikutnya. Informasi ini perlu dilakukan agar siswa dapat mempelajari bahasan tersebut dari sumber-sumber yang dimilikinya.53

tahap yang telah dibahas di atas, merupakan sua

c)

Syah evaluasi merupakan “penilaian terhad

ah program”.54 Sedangkan menurut Ali uatu proses menentukan nilai

t siswa

      

Ketiga

tu rangkaian kegiatan yang terpadu, tidak terpisahkan satu sama lain. Guru dituntut untuk mampu dan dapat mengatur waktu dan kegiatan secara fleksibel, sehingga ketiga rangkaian tersebut diterima oleh siswa secara utuh.

Evaluasi/Penilaian

Menurut Muhibbin

ap keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebu

Imron pengertian evaluasi adalah “s

seseorang dengan menggunkan patokan-patokan tertentu untuk mencapai suatu tujuan”.55

Berdasarkan pengertian di atas, maka evaluasi memiliki tujuan sebagai berikut:

(a)Merangsang kegia an

(b)M emukan sebab kemajuan atau kegagalan belajar

(c)Memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan dan bakat masing-masing siswa

(d)Memperoleh bahan laporan tentang perkembangan siswa yang diperlukan orang tua dan lembaga pendidikan

(e)Untuk memperbaiki mutu pelajaran/cara belajar dengan metode mengajar.56

Merujuk pada tujuan evaluasi seperti dikemukakan di atas, maka pelaksanaan evaluasi mempunyai manfaat yang sangat        

en

 

53

Ahmad Sabri, Quantum Teaching; Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching, …, h. 8-9.

54

Muhibbin Syah,Psikologi Pendidikan…., h. 139.

55

Ali Imron, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1986), Cet. I, h. 114.

56


(35)

besar

ng diberikan oleh guru. E

man bela indi

alah “alat

enjadi dua macam yaitu:

pada aspek analisis, sintesis, dan valuasi”.60

      

baik berkaitan dengan proses belajar mengajar maupun berkenaan dengan produk suatu pendidikan dan desain proses belajar mengajar di masa yang akan datang, karena dengan evaluasi kita dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan seorang guru memberikan materi dan sejauh mana siswa dapat menyerap materi ya

valuasi/penilaian dilakukan untuk mengetahui sejauh a keberhasilan kegiatan pembelajaran berlangsung, kemajuan jar tersebut dapat diidentifikasi dengan mengacu kepada kator pencapaian yang telah ditentukan. Pada umumnya ada dua tekhnik evaluasi yaitu dengan menggunakan tes dan non tes. (a) Tes

Menurut Pupuh Fathurrohman tes ad

pengukuran berupa pertanyaan, perintah, dan petunjuk yang ditunjukan kepada testee untuk mendapatkan respon sesuai petunjuk itu”.57 Ditinjau dari bentuknya maka tes terbagi atas:

(1) Tes tertulis ialah “tes yang soal dan jawaban diberikan oleh siswa berupa bahasa tertulis”.58 Secara umum tes tertulis dibedakan m

a) Tes essai disebut “juga tes uraian, karena menuntut anak untuk menguraikan jawabannya dengan kata-kata sendiri dan caranya sendiri”.59 Dan ini memiliki keunggulan dari tes pilihan ganda, “tes essai mengembangkan kemampuan berpikir siswa tingkat tinggi, khusus

e

      

57

Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar…, h. 77.

58

Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar…, h. 79.

59

Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar…, h. 79.

60

Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2004), Cet. II, h. 156.


(36)

b) Tes objektif ialah “tes yang itemnya dapat dijawab denga

sehin

ereka yang

objek

1)

eragaman dan kepastian tentang jawaban yang sesuai pertanyaan.

serta didik dapat memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Yang termasuk dalam bentuk tes ini adalah

benar-bannya menggunakan akan mengucapkan jawaban d

d (b) Non

lai hasil belajar, ada yang bisa diukur dengan men

Hal-(1)

kan hasil engamatan terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang

rjadi.        

n memilih jawaban yang sudah tersedia gga peserta didik menampilkan keberagaman

baik yang menjawab benar maupun m data,

menjawab salah”.61 Ada dua macam tes tif, yaitu:

Free response items

Penyusunan tes objektif, jawaban bebas secara umum sama dengan seluruh objektif, yakni munculnya kes

2) Fixed response items

Merupakan bentuk tes objektif karena butir-butir soal yang diberikan kepada peserta didik disertai dengan alternatif jawaban sehingga pe

salah, pilihan ganda, menjodohkan, dan latihan penyusunan.62

(2)Tes lisan ialah “tes soal dan jawa bahasa lisan. Peserta didik

engan kata-katanya sendiri sesuai dengan perintah yang iberikan”.63

tes Dalam meni

ggunakan tes dan ada pula yang tidak bisa dengan tes. hal yang termasuk non tes seperti:

Unjuk kerja (performance)

Penilaian unjuk kerja adalah penilaian berdasar p

te  

61

Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar…, h. 81.

62

Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar…, h. 81.

63


(37)

(2) Produk

Penilaian hasil kerja meliputi pula penilaian terhadap kemampuan siswa membuat produk-produk teknologi nilaian produk ini tidak hanya melihat hasil

(3)

ng arai dengan yang diwawancarai”.64

(4)

(5)

aftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang

(6)

a menilai karya-karya individu untuk s

gaimana yang dikehendaki oleh pembuat angket”.68

       

dan seni. Pe

akhirnya saja tetapi juga proses pembuatannya.

Wawancara

Wawancara adalah “komunikasi langsung antara ya mewawanc

Skala sikap

Skala sikap merupakan “kumpulan pertanyaan-pertanyaan mengenai suatu objek”.65

Checklist

“Suatu d

akan diamati disebut dengan checklist (daftar cek)”.66 Portofolio

Portofolio adalah “kumpulan pekerjaan seseorang dalam bidang pendidikan berarti kumpulan dan tugas-tugas siswa. Pada dasarny

uatu mata pelajaran tertentu”.67 (7) Angket

Angket adalah “suatu instrumen yang berisi daftar pertanyaan yang ditujukan kepada responden dengan maksud agar responden memberikan jawaban, informasi dan keterangan seba

 

64

Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar…, h. 86.

65

Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar…, h. 86.

66

Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar…, h. 86.

67

Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, …, h. 159.

68


(38)

Dari berbagai macam evaluai di atas, evaluasi/penilaian tertulis seperti jawaban benar-salah, isian singkat dan menjodohkan merupakan alat yang hanya menilai kemampuan berpikir rendah, yaitu kemampuan mengingat (pengetahuan). Alat pi

evaluasi/penilaian tertulis dalam bentuk esa

mi me

evaluasi/penilaian itu semua, maka ktu pelaksanaannya, tes digolongkan me

(1)

k mengetahui k bahasan yang baru saja diberikan telah

(2)

alam waktu tertentu. Tujuannya a

mengetahui daya serap siswa terhadap keseluruhan pokok bahasan yang dipaketkan untuk satu periode tertentu”.71

       

lihan ganda dapat digunakan untuk menilai kemampuan mengingat dan memahami.

Sedangkan alat

i digunakan untuk menilai berbagai jenis kemampuan, salnya mengemukakan pendapat, berpikir logis, dan

nyimpulkan.

Untuk melakukan dapat dilihat dari segi wa

njadi beberapa jenis penilaian, yaitu: Penilaian formatif

Formatif adalah “jenis penilaian yang dilaksanakan setelah selesai pokok bahasan tertentu, yaitu untu

seberapa jauh poko diserap oleh siswa”.69 Penilaian sub-sumatif

Sub-sumatif ini meliputi “sejumlah pengajaran tertentu yang telah diajarkan d

dalah untuk memperoleh gambaran daya serap siswa agar meningkatkan hasil prestasi belajar siswa”.70

(3) Penilaian sumatif

Penilaian sumatif adalah “tes yang dilaksankan pada akhir periode tertentu, untuk

 

69

Ali Imron, Belajar dan Pembelajaran, …, h. 140-141.

70

Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar…, h. 114.

71


(39)

Perlu diingat bahwa penilaian dilakukan untuk hasil belajar siswa yang dapat

2. Hakikat Pemahaman Siklus Akuntansi Perusahaan Dagang a. Pengertian Pemahaman

afektif, dan ranah psikom

man merupakan tipe hasil

Purw kema konse tidak terhad

      

memperoleh informasi tentang

digunakan sebagai diagnosis dan untuk menetapkan tindak lanjut yang perlu dilakukan guru dalam rangka meningkatkan pencapaian kompotensi siswa.

Klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu “ranah kognitif, ranah otorik”.72 Dari ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.

“Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi”.73

Dalam domain kognitif (Bloom) “pemaha

belajar yang lebih tinggi dari pada pengetahuan”.74 Ngalim anto menjelaskan “Pemahaman (comprehention) adalah tingkat mpuan yang menuntut siswa mampu memahami arti atau

p, situasi serta fakta yang diketahuinya”. 75 Dalam hal ini siswa hanya menghafal secara verbalitis, tetapi mengerti atau paham

ap konsep atau fakta yang ditanyakan. Sedangkan Sardiman menjelaskan bahwa:       

72

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdaka

didikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosdaka

rya, 2009), Cet.XIV, h. 24.

73

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, …, h. 24.

74

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, …, h. 24.

75

Ngalim Purwanto, Ilmu Pen rya, 1986), edisi ke-2, h. 45-46.


(40)

Pemahaman atau comprehension merupakan salah satu unsur psikologis dalam belajar. Pemahaman dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Karena itu belajar berarti harus mengerti secara mental makna dan filosofinya, maksud dan implikasinya serta aplikasi-aplikasinya, sehingga me

memahami suatu situasi. Hal ini sangat

nyebabkan siswa dapat penting bagi siswa yang

sion atau sar yang

pemahaman

d m

an ke dalam tiga kategori, yaitu:

han, yaitu , misalnya

mbedakan yang pokok dan

b. F

agian dari tipe hasil belajar yang

par

       

belajar. Memahami maksudnya, menangkap maksudnya, adalah tujuan akhir dari setiap belajar. Comprehen

pemahaman, memiliki arti yang sangat menda

meletakkan bagian-bagian belajar proporsinya. Tanpa itu, skill pengetahuan dan sikap tidak akan bermakna.76

Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa

adalah kemampuan memaknai suatu materi atau informasi yang ipelajari lebih dari sekedar mengingat, tetapi mampu menerapkan,

enganalisis, mensintesis dan mengevaluasi.

Adapun jenis-jenis pemahaman, di mana dalam Nana Sudjana man dapat dibedak

pemaha

1. Tingkat terendah adalah pemahaman terjema mulai dari terjemahan dalam arti yang sebenarnya dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia.

2. Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yaitu menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, me

yang bukan pokok.

3. Tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah pemahaman akstrapolasi.77

aktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Siswa Pemahaman sebagai b

merupakan objek penilaian guru karena berkaitan dengan kemampuan a siswa dalam menguasai isi bahan pelajaran. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah:

a. Faktor Intern; faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, yaitu:

1) Faktor jasmaniah; faktor kesehatan, dan cacat tubuh.

 

76

Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, …, h. 42.

77


(41)

2) Faktor psikologis; intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.

3) Faktor kelelahan.

Faktor Ekstern; faktor yang ada di luar individu.

asyarakat; keadaan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan

78

di atas, Muhibbin

s

d ukan kegiatan mempelajari

materi-m

mem

baik yang bersifat bawaan

ologis baik yang bersifat bawaan maupun yang

ecakapan nyata: prestasi yang telah dimiliki r kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri.

3. Faktor kematangan fisik dan psikis. b.

1) Faktor keluarga; cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan. 2) Faktor sekolah; kurikulum, kemampuan guru dalam

merancang proses pelaksanaan pembelajaran, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, tugas rumah.

3) Faktor m masyarakat.

Selain faktor intern dan ekstern

menamb hkan satu poin faktor yang mempengaruhi hasil belajar a iswa, yaitu “Faktor Pendekatan Belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang

igunakan siswa untuk melak ateri pelajar n”a . 79

Sedangkan Abu Ahmadi menggolongkan faktor-faktor yang pengaruhi hasil belajar, sebagai berikut:

a. Yang tergolong faktor internal: 1. Faktor jasmaniah (fisiologi)

maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya. 2. Faktor psik

diperoleh terdiri atas: a) Faktor intelektif:

- Faktor potensial: kecerdasan dan bakat - Faktor k

b) Faktor non-intelektif, yaitu unsur-unsu

      

mpengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), C

ibbin Syah,Psikologi Pendidikan…., h. 129

78

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Me et. V, h. 54-72.

79


(42)

b.

an keluarga, an lingkungan

m

pelajaran, berartinya bahan pelajaran, berat

a guru harus mampu dalam merancang pelaksanaan pembelajaran, yaitu menyusun perencanaan, n, menentukan metode, strategi, media dan al

perencanaan, pelaks

      

Yang tergolong faktor eksternal:

1. Faktor sosial yang terdiri atas: lingkung lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, d kelompok.

2. Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian.

3. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim.

4. Faktor lingkungan spiritual dan keamanan.80

Kemudian Abu Ahmadi juga menggolongkan faktor yang empengaruhi hasil belajar menjadi tiga macam, yaitu:

a. Faktor stimulus belajar; panjangnya bahan pelajaran, kesulita bahan n

ringannya tugas, suasana lingkungan eksternal.

b. Faktor-faktor metode; kegiatan berlatih atau praktek,

overlearning dan drill, resitasi selama belajar, pengenalan

tentang hasil-hasil belajar, belajar dengan keseluruhan dan dengan bagian-bagian, penggunaan modalitas indra, bimbingan dalam belajar, kondisi-kondisi intensif,

c. Faktor-faktor individual; kematangan, faktor usia kronologis, faktor perbedaan jenis kelamin, pengalaman sebelumnya, kapasitas mental, kondisi kesehatan jasmani, dan motivasi.81

Dari sekian banyak faktor di atas, maka untuk mencapai hasil belajar siswa pada tingkat pemahaman, salah satunya dapat dipengaruhi oleh faktor guru. Di man

proses pelaksanaan pembelajara

at evaluasi. Untuk itu guru harus melakukan upaya-upaya dalam proses pembelajaran, bagaimana menentukan

anaan, dan evaluasi pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi siswa agar mencapai tingkat pemahaman yang optimal dalam memahami suatu materi yang diajarkan.

      

80

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), Cet. II, h. 138.

81


(43)

c.

gungjawabkan”.83 Kata akuntansi sebenarnya diserap dari kata

an dalam menjalankan profesinya. Sebagai bidan

kegiatan-kegiatan suatu organisasi”.85 Sedangkan

apabi n

, penggolongan, peringkasan, pelaporan

“tahap-tahap

      

Pengertian Siklus Akuntansi

Siklus merupakan “proses berjalan terus-menerus dan berulang kembali sehingga merupakan suatu arus berputar”.82

Dari segi istilah, “kata akuntansi berasal dari kata bahasa Inggris

to account yang berarti memperhitungkan atau

mempertang

accountancy yang berarti hal-hal yang bersangkutan dengan

accountant (akuntan) atau bersangkutan dengan hal-hal yang

dikerjakan oleh akunt

g pengetahuan, istilah yang umum digunakan adalah accounting yang mempunyai pengertian lebih luas dari pada accountancy (yang lebih berkaitan dengan profesi atau implementasi pengetahuan akuntansi).

Definisi akuntansi dapat dirumuskan dari dua sudut pandang, yaitu “definisi dari sudut pandang pemakai jasa akuntansi dan dari proses kegiatannya”.84

Ditinjau dari sudut pandang pemakainya akuntansi dapat didefinisikan sebagai “disiplin ilmu yang menyediakan informasi yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efisien dan mengevaluasi

la ditinjau dari sudut kegiatannya, akuntansi dapat didefinisika sebagai “proses pencatatan

dan penganalisaan data keuangan suatu organisasi”.86 Siklus akuntansi (accounting cycle) adalah

kegiatan mulai dari terjadinya transaksi sampai dengan penyusunan

      

82

Soemarso S.R. Akuntansi Suatu Pengantar, (Jakarta: Salemba Empat, 2004), edisi ke-5 revisi, h.90.

rlangga, 2006), h. 53.

83

Indra Bastian, Akuntansi Pendidikan, (Jakarta: E

84

Indra Bastian, Akuntansi Pendidikan, …, h. 53.

85

Indra Bastian, Akuntansi Pendidikan, …, h. 53.

86


(44)

laporan keuangan sehingga siap untuk pencatatan transaksi periode

87

berikutnya”.

Siklus akuntansi terdiri dari kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

losing trial

balance)

7) Pembuatan jurnal balik (reversing entries)88 Be

sik pe tra bu sal

lap angan dan penutupan pembukuan secara keseluruhan, serta persiapa

1)

a dua pihak (penjual dan

       

a) Tahap Pencatatan

1) Pembuatan atau penerimaan bukti transaksi 2) Pencatatan dalam jurnal ( buku harian) 3) Pemindah-bukuan (posting) ke buku besar b) Tahap Pengikhtisaran

1) Pembuatan neraca saldo (Trial Balance)

2) Pembuatan jurnal penyesuaian (adjusting entries) 3) Penyusunan kertas kerja (work sheet) atau neraca lajur 4) Penyusunan laporan keuangan

5) Pembuatan jurnal penutup (closing entries) 6) Pembutan neraca saldo penutup (post c

rdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa lus akuntansi adalah tahap-tahap kegiatan akuntansi dalam satu riode, yang terdiri dari tahap pencataan mulai dari pembuatan bukti

nsaksi, pencatatan dalam jurnal, pemindah-bukuan (posting) ke ku besar sampai pada tahap pengikhtisaran yaitu pembuatan neraca

do, pembuatan neraca lajur dan jurnal penyesuaian, penyusunan oran keu

n untuk pencatatan transaksi periode selanjutnya.

Pembuatan atau Penerimaan Bukti Transaksi Transaksi adalah “suatu pertemuan antar

pembeli) yang saling menguntungkan, yang berdasarkan data/bukti/dokumen pendukung lalu dimasukan ke jurnal setelah melalui pencatatan”.89 Dalam istilah akuntansi, transaksi dapat dikatakan sebagai suatu kejadian yang dapat mempengaruhi posisi

 

, h. 90.

87

Soemarso S.R. Akuntansi Suatu Pengantar, …, h. 90

88

Soemarso S.R. Akuntansi Suatu Pengantar, …

89


(1)

b. Memberikan penilaian terhadap hasil belajar siswa dan proses pembelajaran.

3. Kisi-Kisi Instrumen

Tabel 3.2

Upaya Guru dalam Meningkatkan Pemahaman Siklus Akuntansi Melalui Kegiatan Pelaksanaan Pembelajaran.

Dimensi Indikator

Upaya Guru dalam meningkatkan pemahaman siklus akuntansi Tahap perencanaan pembelajaran

a. Mempersiapkan kondisi belajar siswa b. Memberikan informasi / pelajaran tentang

masalah tugas

c. Mempersiapkan sarana / prasarana untuk melakukan pembelajaran (tempat, peserta, dan waktu)

Tahap pelaksanaan pembelajaran

a. Penyajian, guru menyampaikan bahan pelajaran (metode ceramah)

b. Asosiasi / komparasi, artinya memberi

kesempatan pada siswa untuk menghubungkan dan membandingkan materi ceramah yang diterimanya melalui tanya jawab (metode tanya jawab)

c. Generalisasi / kesimpulan, memberikan tugas kepada siswa untuk membuat kesimpulan melalui hasil ceramah (metode tugas) Tahap

evaluasi/ penilaian/ tindak lanjut

Mengadakan penilaian terhadap pemahaman siswa mengenai materi yang telah diterima melalui: a. Tes tertulis (paper and pen)

b. Benar salah (true-false)

c. Pilihan ganda (multiple-choice) d. Menjodohkan (matching) e. Melengkapi (completion) f. Essay

g. Unjuk kerja (performance) h. Penugasan (project) i. Hasil kerja (product) j. Sikap

k. Uraian l. Isian terbatas m. Tes perbuatan


(2)

  69

       

F. Tekhnik Analisa Data

Menurut Sugiyono analisis data adalah

Proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain.9

Miles and Huberman (1984) yang dikutip oleh Sugiyono, mengemukakan bahwa “aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification”.10

a. Data Reduction (Reduksi data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.

b. Data Display (Penyajian data)

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar katogori, flowcart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles and Huberman (1984) yang dikutip oleh Sugiyono, menyatakan “the most frequent from of display data for qualitative research data in the past has been narrative tex”. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

c. Conclusion Drawing/verifikasi

Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.

  9

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D,…, h. 335

10

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D,…, h.337-345


(3)

Cet. II, 2004.

Bastian, Indra, Akuntansi Pendidikan, Jakarta: Erlangga, 2006.

B. Uno, Hamzah, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, Cet.III, 2008.

Djmarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. III, 2006.

Fatuhurrohman, Pupuh dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar; Melalui Penenman Konsep Umum dan Konsep Islami, Bandung: Refika Aditama, Cet. I, 2007.

Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. I. 1995.

Hasil Observasi I saat Pembelajaran di Kelas Terkait Mata Pelajaran Akuntansi, di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan, 13 Oktober 2010.

Hasil Observasi II saat Pembelajaran di Kelas Terkait Mata Pelajaran Akuntansi, di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan, 20 Oktober 2010.

Hasil Observasi III saat Pembelajaran di Kelas Terkait Mata Pelajaran Akuntansi, di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan, 27 Oktober 2010.

Imron, Ali, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, Cet. I, 1986.

Jusup, Al Haryono, Dasar-Dasar Akuntansi, Yogyakarta: Bagian Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Cet. I, 2001.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ketiga, Pustaka Bahasa DepdikNas, Jakarta: Balai Pustaka, 2001.

Majid, Abdul, Perencanaan Pembelajaran; Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007.

Mulyasa, E., Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. I, 2007.

_______, Menjadi Guru Profesional; Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: Rosdakarya, Cet. VIII, 2009.


(4)

  119

Profil SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan

Purwanto, Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1986.

Rudianto, Pengantar Akuntansi Konsep dan Teknik Penyusunan Laporan Keuangan, Jakarta: Erlangga, 2009.

Ruhyati, Yati, Wawancara, di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan, 30 September 2010.

Sabri, Ahmad, Strategi Belajar Mengajar; Micro Teaching. Ciputat: Ciputat Press, Cet. III, 2010.

Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, Cet. V, 2008a.

______, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Cet. I, 2008b.

Sardiman A.M, Interaksi dan motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : Rajawali Pers, 2010.

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, Cet. V, 2010.

Soemarso S.R. Akuntansi Suatu Pengantar, Jakarta: Salemba Empat, 2004.

Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet. XIV, 2004.

Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet.XIV, 2009.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, Bandung: Alfabeta, Cet. X, 2010.

Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. IX, 2004.

Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Th. 2005), Jakarta: Redaksi Sinar Grafika, Cet. I, 2006.

UU RI No. 14 Th.2005 tentang Guru dan Dosen Serta UU RI No. 20 Th.2003 tentang SISDIKNAS, Bandung: Citra Umbara, 2006.

Usman, Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007.


(5)

Winarni, F. dan G. Sugiyarso, Konsep Dasar dan Siklus Akuntansi, Yoyakarta: Media Pressindo, Cet. III, 2006.

Yamin, Martinis, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta: Gaung Persada Press, Cet. II, 2004.

______, dan Maisah, Standarisasi Kinerja Guru, Jakarta: Gaung Persada Press Jakarta, Cet. I, 2010.

http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASHd6bb.dir/doc.pdf, 01 Oktober 2010. 

http://aliusmanhs.wordpress.com/2010/07/14/ptk-peningkatan-prestasi-belajar- akuntansi-dengan-metode-resitasi-melalui-bahan-ajar-lembar-kerja-siswa-student-work-sheet/ , 13 Oktober 2010. 

http://perpustakaan.upi.edu/artikel/administrasi/upload/21._imas_purmanasari__f pips_.pdf, 01 Oktober 2010.

http://massofa.wordpress.com/2008/01/13/prosedur-umum-pembelajaran/, 15 Oktober 2010.

Eli Sukri Gozali, Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di

MTs Negeri Kadugede.

http://mts-alhidayah.blogspot.com/2008/11/proposal-penelitian-skripsi.html, 13 Nopember 2010, 11.05 WIB.


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Pedoman Wawancara LAMPIRAN 2 Lembar Observasi LAMPIRAN 3 Angket Persepsi Siswa LAMPIRAN 4 Hasil Wawancara LAMPIRAN 5 Hasil Observasi I LAMPIRAN 6 Hasil Observasi II LAMPIRAN 7 Hasil Observasi III

LAMPIRAN 8 Hasil Angket Persepsi Siswa

LAMPIRAN 9 Hasil Data Angket Persepsi Siswa tentang Guru Akuntansi dalam Melakukan Kegiatan Proses Pelaksanaan Pembelajaran Akuntansi

LAMPIRAN 10 Lembar Uji Referensi

LAMPIRAN 11 Perhitungan Rentang Kategori Penilaian Hasil Observasi, dan Hasil Angket