Peran guru ekonomi dalam mewujudkan suasana belanja yang kondusif di SMA Negeri 4 Tangerang Selatan

(1)

PERAN GURU EKONOMI DALAM MEWUJUDKAN

SUASANA BELAJAR YANG KONDUSIF

DI SMA NEGERI 4 TANGERANG SELATAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

(S.Pd)

RENNY PARAMITA PERMATASARI L. NIM : 106015000470

JURUSAN PENDIDIKAN IPS

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2010


(2)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

PERAN GURU EKONOMI DALAM MEWUJUDKAN SUASANA BELAJAR YANG KONDUSIF DI SMA NEGERI 4 TANGERANG SELATAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan IPS Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh :

RENNY PARAMITA PERMATASARI L. NIM : 106015000470

Pembimbing

Dra. Ulfa Fajarini M.Si NIP. 19670828 199303 2 006

JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul: ”Peran Guru Ekonomi Dalam Mewujudkan Suasana Belajar Yang Kondusif Di SMA Negeri 4 Tangerang Selatan” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah, 16 Desember 2010 dihadapan dewan penguaji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan IPS.

Jakarta, 23 Desember 2010 Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal Tanda Tangan Ketua Panitia (Ketua Jurusan Pendidikan IPS)

Drs. H.Nurochim, M.M.

NIP. 19590715 198403 1 003 ... ... Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi Pendidikan IPS)

Dr. Iwan Purwanto, M.Pd

NIP. 19730424 200801 1 012 ………… ……….

Penguji I

Drs. H.Nurochim, M.M.

NIP. 19590715 198403 1 003 ... ... Penguji II

Dra. Zahara Idris, M.Pd.

... ... Mengetahui:

Dekan

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. NIP. 19571005 198703 1 003


(4)

LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Renny Paramita Permatasari Litiloli NIM : 106015000470

Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Judu : Peran Guru Ekonomi Dalam Mewujudkan Suasana Belajar Yang Kondusif di SMA Negeri 4 Tangerang Selatan

Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya penulis sendiri dan belum pernah diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan penulis dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau ditertibkan oleh orang lain atau suatu lembaga, kecuali bagian-bagian tertentu yang secara tertulis disajikan sebagai sumber acuan dalam skripsi ini dan disebutkan dalam footnote dan daftar pustaka.

Demikian pernyataan ini dibuat, apabila terbukti pernyataan ini tidak benar, maka sepenuhnya menjadi tanggungjawab menjadi tanggungjawab penulis.

Jakarta, 01 Desember 2010 Yang Membuat Pernyataan

Reni Paramitha Permatasari L. 106015000470


(5)

ABSTRAK

RENNY PARAMITA PERMATASARI L. (106015000470). Peran Guru Ekonomi Dalam Mewujudkan Suasana Belajar Yang Kondusif Di SMA Negeri 4 Tangerang Selatan. Skripsi Jurusan Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Desember 2010.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran guru ekonomi dalam mewujudkan suasana belajar yang kondusif di SMA Negerim 4 Tangerang Selatan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai Desember 2010 dengan subjek penelitian 41 siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif terdiri dari tiga kali observasi dengan mengamati cara guru dalam mengajar dan mengkondisikan kelas (dalam hal ini mengamati peran guru), penelitian ini beracuan pada pedoman observasi, wawancara dan angket. Dari hasil pengamatan/observasi dapat diketahui bahwa dari proses pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan tersebut adalah baik. Karena sebagian besar komponen-komponen tersebut telah dilaksanakan dengan baik. Meskipun ada beberapa komponen yang belum terlaksana dengan baik.

Dari hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah bahwa peran seorang guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar dapat mendukung terwujudnya suasana belajar yang baik, nyaman, dan menyenangkan bagi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran (dalam artian suasana pembelajaran yang dihasilkan akan kondusif). Dari hasil penelitian ini diharapkan agar para guru dapat menjalankan perannya sebagai pengajar dan pembimbing dengan baik dan benar.


(6)

KATA PENGANTAR

Bismillaah, alhamdulillah, wash shalaatu wassalaamu ‘ala rasulillaah!

Alhamdulillahirabbil’alamin segala Puji dan syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT , yang telah menganugerahkan nikmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam juga semoga tercurahkan kepada Baginda Rosullullah SAW, keluarga dan para sahabatnya yang telah menjadi jalan bagi umatnya dalam menempuh hidup di dunia dan di akhirat.

Skripsi ini merupakan perjalanan akhir Penulis setelah sekian tahun menuntut ilmu di bangku perkuliahan guna memenuhi persyaratan unutk mencapai gelar Sarjana Strata (SI) di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selama penyusunan skripsi ini penullis banyak menemukan kesulitan yang dirasakan menghambat penyelesaian skripsi ini, namun berkat do’a, dorongan, dan bantuan dari berbagai pihak penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Oleh karena itu, dengan segala hormat dan kerendahan hati kepada semua yang membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, maka penulis mengucapkan banyak terimakasih yang sebesar-besarnya, kepada:

1. Orang Tua tercinta, Ibunda Sofia Tutupoho, S.Pd dan Ayahanda Muhammad Litilolli S.Pd. Terimakasih kepada ibundaku atas semua limpahan kasih sayangnya, motivasi moril dan materilnya, jerih payahnya untuk kelangsungan studi penulis dan doa yang tak pernah putus untuk kesuksesan penulis. Semoga alunan do’a dan jerih payahnya menjadi saksi bahwa mama telah berjuang membimbing dan melaksanakan amanah dari Allah SWT. Untuk mama tercinta, “mah, maksih banyak atas perhatian, dorongan, dan semangat yang telah mamah berikan, dan yang terpenting adalah doa yang setiap waktu terucapkan untuk penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan .

3. Bapak Drs. H. Nurochim, M.M, sebagai Ketua Jurusan P.IPS.

4. Ibu Drs. Ulfa Fajarini, M. Si sebagai pembimbing tunggal yang senantiasa meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, pengarahan, serta saran dengan penuh perhatian dan kesabaran selama penyusunan skripsi ini.


(7)

5. Para Dosen dan Staf Administrasi Pendidikan IPS yang telah memberikan ilmu dan pelayanannya.

6. Para dosen dan Staf Administrasi FITK yang telah memberikan ilmu dan pelayanannya.

7. Kepada kakakku yang tercinta Lia Chrisnawati dan saudara-saudara ku, om, tante dan untuk keponakan-keponakanku tersayang Caesar dan Laqsya, dan sepupuku ain yang telah memberikan perhatian dan dukungan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

8. Untuk Adi Nugroho Putranto yang tersayang terimakasih atas dukungan, bantuan yang tak henti-hentinya kamu berikan, dan doa yang tak pernah putus kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar.

9. Untuk sahabat-sahabat “Gossip Maker” yang tersayang: Rizki “ndut “, debi, tami, evi, febriyani, amel, ani, bariah, sri, rifa, leni, inta, yang selalu memberikan semangat, inspirasi, bantuan yang dapat menyemangati penulis dalam pembuatan skripsi ini.

10.Untuk sahabat-sahabat d’dutch tersayang Putiri Elvana Lies Surahman, Sakinah Salman Sungkar, atas dukungan dan doanya kepada penulis. 11.Teman-teman IPS seperjuanganku yang tak bisa penulis sebutkan satu

persatu yang sama-sama berjuang untuk kelulusan kita, terutama Rosmiati yang telah membantu kelancaran penelitian ini. Semoga kita semua menjadi orang yang sukses dan berguna untuk diri sendiri, orang tua, agama dan sesama. Amin .

Kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi rasa hormat penulis. Penulis hanya bisa mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas bantuan dan dorongan yang telah diberikan kepada penulis. Semoga Allah membalas amal ibadah kalian dan menganugerahi keberkahan. Amin.

Wassalamu’ alaikum warahmatullahi wabarokatuh

Jakarta, 1 Desember 2010


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH ... iii

KATAPENGANTAR ... iv

DAFTARISI ... vi

DAFTARTABEL ... ix

DAFTARLAMPIRAN ... xi

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Perumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 9

BABII KAJIANTEORIDANKERANGKABERPIKIR A. Kajian Teori ... 10

1. Hakekat Guru ... 10

a. Pengertian Guru ... 10

b. Tugas Guru dalam Pendidikan ... 11

c. Kompetensi Guru ... 12


(9)

2. Kompetensi Kepribadian ... 14

3. Kompetensi Profesional ... 14

4. Kompetensi Sosial ... 15

5. Peran Guru dalam Proses Belajar Mengajar ... 15

a. Pengertian Peran Guru ... 15

b. Pengertian Proses Belajar Mengajar ... 16

c. Peran Guru dalam Proses Pembelajaran ... 17

d. Keterampilan Dasar Mengajar Guru ... 19

e. Macam-Macam Peran Guru dalam Proses Balajar Mengajar ... 22

2. Hakikat Belajar Mengajar ... 29

a. Pengertian Belajar ... 29

b. Tujuan Belajar ... 32

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 34

3. Suasana Belajar Kondusif ... 42

B. Kerangka Berpikir ... 51

BABIII METODOLOGIPENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian ... 53

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 54


(10)

D. Teknik Pengumpulan Data ... 56 E. Definisi Konseptual, Definisi Operasional,

dan Kisi-Kisi Instrumen ... 59 F. Teknik Analisis Data ... 64

BABIV HASILPENELITIAN

A. Gambaran Umum Sekolah ... 66 B. Deskripsi Data Hasil Observasi ... 77 C. Analisis dan Interpretasi Data hasil Observasi ... 78

BABV KESIMPULANDANSARAN

A. Kesimpulan ... 104 B. Saran ... 105

DAFTARPUSTAKA


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Waktu Kegiatan Penelitian ... 55

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen ... 62

Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana SMAN 4 Tangerang Selatan ... 67

Tabel 4.2 Daftar Tenaga Kependidikan dan Tata Usaha ... 70

Tabel 4.3 Struktur Kurikulum IPA SMAN 4 Tangerang Selatan ... 71

Tabel 4.4 Struktur Kurikulum IPA Program IPA SMAN 4 Tangerang Selatan ... 72

Tabel 4.5 Struktur Kurikulum Program IPS SMAN 4 Tangerang Selatan ... 72

Tabel 4.6 Data Siswa SMAN 4 Tangerang Selatan ... 73

Tabel 4.7 Data Guru dan Karyawan SMAN 4 Tangerang Selatan ... 74

Tabel 4.8 Program Muatan lokal SMAN Tangerang Selatan ... 84

Tabel 4.9 Guru Berinteraksi Dengan Cara Menyapa ... 90

Tabel 4.10 Guru Mengatur Ruangan Sebelum Pelajaran Dimulai ... 91

Tabel 4.11 Guru Mengisi Absen Sebelum Pelajaran Dimulai ... 91

Tabel 4.12 Guru Menegur Siswa yang Terlambat Masuk Kelas ... 92

Tabel 4.13 Guru Memberikan Hukuman Bagi Siswa yang Melanggar Aturan ... 92

Tabel 4.14 Guru Memberikan Hadiah Bagi Siswa yang Menaati Aturan ... 93


(12)

Tabel 4.16 Guru Menyampaikan Materi Dengan Jelas Tanpa Hambatan ... 94

Tabel 4.17 Guru Menyampaikan Materi Dengan Semangat ... 94

Tabel 4.18 Guru Mengulang Materi yang Belum Dipahami ... 95

Tabel 4.19 Guru Menggunakan Metode Setiap Menyampaikan Meteri ... 95

Tabel 4.20 Guru Mengajak Siswa Berpikir Agar Lebih Berkonsentrasi ... 96

Tabel 4.21 Guru Menggunakan Media Pembelajaran dalam Setiap Pelajaran ... 96

Tabel 4.22 Guru Memberikan Motivasi Kepada Siswa dalam Belajar ... 97

Tabel 4.23 Guru Memberikan Kesempatan Kepada Siswa untuk Bertanya ... 98

Tabel 4.24 Guru Memberikan Tugas Pada Setiap Pembahasan ... 98

Tabel 4.25 Guru Mengevaluasi Materi Pelajaran yang Telah Dibahas ... 99

Tabel 4.26 Guru Meluangkan Waktu Untuk Mengatasi Masalah Belajar ... 99

Tabel 4.27 Guru Mengetahui Kendala/hambatan yang dihadapi siswa ... 100

Tabel 4.28 Guru Mencari Solusi Pada Setiap Masalah Belajar ... 100

Tabel 4.29 nilai persepsi siswa ... 101


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Pedoman Wawancara LAMPIRAN 2 Lembar Observasi LAMPIRAN 3 Angket Persepsi Siswa LAMPIRAN 4 Hasil Wawancara LAMPIRAN 5 Hasil Observasi I LAMPIRAN 6 Hasil Observasi II LAMPIRAN 7 Hasil Observasi III

LAMPIRAN 8 Hasil Angket Persepsi Siswa

LAMPIRAN 9 Hasil Data Angket Persepsi Siswa Dalam Pelaksanaan Pembelajaran

LAMPIRAN 10 Foto-Foto Suasana Pelaksanaan Pembelajaran LAMPIRAN 11 Perhitungan Rentang Kategori Penilaian Hasil Angket LAMPIRAN 12 Lembar Uji Referensi


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap proses belajar mengajar mempunyai tujuan untuk meningkatkan keberhasilan dalam pembelajaran. Dalam proses tersebut, terdapat indikasi yang menunjukan berhasil atau tidaknya sebuah penyelenggaraan dalam kegiatan belajar mengajar. Oleh sebab itu, seorang guru bertugas sebagai mediator yang berwenang mendisain bagaimana terciptanya proses pembelajaran sehingga mencapai tujuan yang diinginkan, juga guru harus menciptakan suasana pembelajaran yang baik/kondusif.

Dalam undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional diterangkan bahwa “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan”.1

Hal terpenting dalam proses pembelajaran adalah terletak pada interaksi guru dengan peserta didik. Selain menerima materi pelajaran dari guru, siswa juga diharapkan bisa berpartisipasi aktif untuk mendukung terciptanya komunikasi pembelajaran yang interaktif. Partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran di kelas merupakan salah satu penentu dalam keberhasilan belajar. Selain itu guru juga harus menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, agar siswa dapat menyerap semua materi pelajaran yang diberikan oleh guru dengan baik melalui pendidikan.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan pengendalian diri, kepribadian,

1

Tim Redaksi Sinar Grafika, Undang-undang RI NO. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas 2003, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), h. 4


(15)

kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Ini sesuai dengan perumusan Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Th. 2003 pasal 1 ayat 1. 2

Sedangkan menurut pasal 3, “pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab”.3

Pada dasarnya pendidikan seperti eksperimen yang tidak pernah selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini. Dikatakan demikian karena pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia yang terus berkembang. Hal ini sejalan dengan pembawaan manusia yang memiliki potensi.

Menurut Ngalim Purwanto, “pendidikan sebagai usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohani kearah kedewasaan. Orang dewasa melakukan tindakan terhadap anak-anak dengan tujuan untuk menolong anak yang masih memerlukan pertolongan dalam membentuk dirinya sendiri”.4

Komponen pendidikan terdiri atas guru, siswa materi pembelajaran, metode pembelajaran, media, sarana prasarana, kurikulum serta lingkungan pembelajaran. Pengembangan pendidikan melalui tiap komponen harus benar-benar dilakukan secara cermat dan saling berkaitan. Peningkatan kualitas pendidikan tersebut menjadi tanggung jawab para praktisi pendidikan yaitu pemerintah, masyarakat, dan khususnya guru.

Pendidikan berkenaan dengan perkembangan dan perubahan kelakuan anak didik. Pendidikan bertalian dengan transmisi pengetahuan,

2

UU RI No. 20 Th. 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I Pasal 1 ayat 1, (Bandung: Fokusmedia, 2003), Cet. I, h. 2

3

UU RI No. 20 Th 2003, Tentang Sistem..., Bab II Pasal 3, h. 5. 4


(16)

sikap, kepercayaan, keterampilan, dan aspek-aspek kelakuan lainnya kepada generasi muda.

Menurut S. Nasution “pendidikan adalah proses mengajar dan belajar pola-pola kelakuan manusia menurut apa yang diharapkan oleh masyarakat. Kelakuan manusia pada hakekatnya hampir seluruhnya bersifat sosial, yakni dipelajari dalam interaksi dengan manusia lainnya”.5

Sekolah sebagai tempat untuk mewariskan nilai-nilai lahiriyah, kebudayaan dan mentransformasikannya ke kehidupan duniawi dan ukhrawi (akhirat) kepada anak didik agar menjadi manusia yang berakhlak mulia, cerdas, kreatif, mandiri, dan berguna bagi pembangunan bangsa dan negara di masa mendatang.

Sekolah sebagai institusi pendidikan merupakan tempat berkumpulnya siswa yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Baik dari segi ekonomi, adat istiadat, agama, keluarga, kepribadian, maupun dari segi bakat dan minatnya masing-masing. Sehingga tidak mustahil akan timbul berbagai macam permasalahan yang mereka hadapi dalam menjalani proses pendidikan. Fungsi sekolah adalah tempat membentuk manusia sosial, yang dapat bergaul dengan sesama manusia. Ia juga harus dapat menyesuaikan diri dalam situasi sosial (strata) yang berbeda-beda. Untuk itulah manusia perlu belajar.

Menurut Irwanto, “belajar membantu manusia menyesuaikan diri (adaptasi), dengan lingkungannya”. 6

Menurut S. Nasution, fungsi sekolah yang utama ialah pendidikan intelektual, yakni mengisi otak anak dengan berbagai macam pengetahuan. Sekolah dalam kenyataan masih mengutamakan latihan mental-formal, yaitu suatu tugas yang pada umumnya tidak dapat dipenuhi oleh keluarga atau lembaga lain, maka gurulah yang memegang peranan utama dalam pendidikan formal dengan cara mengontrol reaksi dan respon murid. Guru

5

S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), Ed.2, Cet. 1. h. 10 6


(17)

selalu berusaha untuk menarik minat anak, menggunakan paksaan/ macam-macam usaha ekstrinsik. 7

Kenyataannya sangat nampak didalam kegiatan belajar yang dialami oleh siswa bahwa belajar tidak selalu berjalan dengan baik dan tidak semua siswa yang berhasil dalam belajar dikarenakan banyak faktor yang menjadi penyebab kegagalan mereka dalam proses belajar mengajar. Faktor-faktor yang menyebabkan hal tersebut antara lain: Faktor keluarga, ekonomi, dan lingkungan sosial. Untuk itu, maka di perlukanlah peranan guru guna mendukung keberhasilan proses belajar mengajar.

Menurut Zahara Idris dan Lisma Jamal, “peran guru yang utama yaitu memberikan pengetahuan, sikap dan nilai, serta keterampilan kepada peserta didik”.8

Menurut Ahmad Tafsir, “Guru berupaya mengerahkan tenaga dan pikiran untuk mengeluarkan anak didik dari terali kebodohan. Maka dari itu tugas guru ialah membuat persiapan belajar, mengajar, dan mengevaluasi hasil pengajaran”.9

Menurut Nana Sudjana, “guru bertugas untuk membimbing kegiatan siswa belajar, mengatur dan mengorganisir lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan siswa melakukan kegiatan belajar”. 10

Sedangkan menurut Sardiman A. M, bahwa peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar meliputi: informator, organisator, motivator, pengarah inisiator, transmitter, fasilisator, mediator, dan evaluator”.11

7

S. Nasution, Sosiologi Pendidikan..., h. 13s. 8

Zahara Idris, Lisma Jamal, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992), h

9

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h. 86.

10

Nana Sudjana, Apa dan Bagaimana Mengajar, (Bandung: Ideal, 1975), h. 3. 11

Sardiman A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rajawali Pers, 2010), h. 144.


(18)

Pentingnya peran guru dalam pendidikan tidak terlepas dari kemampuan guru dalam menyampaikan materi pada siswa. Oleh karena itu dala proses pembelajaran guru harus memiliki empat kompetensi yaitu pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial. Kompetensi pedagogik dan profesional dalah kompetensi yang terhubung dengan penyelesaian tugas-tugas keguruan dan pembelajaran.

Dalam proses belajar mengajar, keaktifan peserta didik merupakan hal yang sangat penting dan perlu diperhatikan oleh pakar guru sehingga proses pembelajaran tersebut mendapatkan hasil yang diinginkan. Dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua anak didik mampu berkonsentrasi dalam waktu yang cukup lama, daya serap anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan juga bermacam-macam ada yang cepat, sedang dan juga lambat. Terhadap perbedaan daya siswa tersebut maka guru harus dapat menentukan media, satrategi, dan metode pembelajaran yang tepat, selain itu guru juga dituntut untuk menciptakan suasana pembelajaran yang mmenyenangkan sehingga suasana pembelajaran tersebut menjadi kondusif. Salah satu contoh dari hasil penelitian menyatakan bahwa kondisi pembelajaran ekonomi masih kurang kondusif karena guru masih kurang tepat dalam menggunakan metode, strategi dalam penyampaian materi, juga guru belum bisa menciptakan suasana pembelajaran ekonomi yang kondusif, dan menyenangkan, akibatnya siswa terkadang merasa bosan dalam menyimak pelajaran ekonomi yang penuh dengan angka/hitungan.12

Selama ini pembelajaran ekonomi dianggap sebagai mata pelajaran yang kurang menyenagkan karena di dalamnya terdapat perhitungan-perhitungan seperti pajak, PPH, PBB, dan lain sebagainya. Bagi siswa yang kurang suka dengan hitungan mereka menganggap pelajaran ekonomi itu adalah pelajaran yang sukar, tetapi bagi yang menyukainya mereka senang-senang saja dengan pelajaran ekonomi. Mereka tekadang juga merasa bosan

12

http://aminmunar.wordpress.com/2010/08/12/ptk-peningkatan-prestasi-belajara-ekonomi-dengan-metode-resitasi-melalui-bahan-ajar-lember-kerja-siswa-work-sheet/ (kamis, 26 Agustus 2010, 20.00 WIB)


(19)

dengan suasana pembelajaran yang sama saja setiap harinya, dengan metode ceramah yang digunakan oleh guru dalam penyamapaian materi, dan tidak ada penyegar suasana misalnya dengan adanya games.

Hal diatas sesuai dengan hasil penelitian M. Safroni yang menyatakan bahwa kebanyakan dari siswa yang menganggap ekonomi itu pelajaran yang membosankan dan sukar karena guru hanya menerangkan materi dengan kata-kata (ceramah) dan tidak ada relaksasi seperti selingan games yang berhubungan dengan mata pelajara ekonomi, atau metode yang berbeda dengan biasanya dipakai oleh guru. Dan guru juga kurang melakukan perannya sebagai informator, transmitter, katalisator, terlebih menjadi fasilitator dan mediator yang baik sebagai guru ekonomi dalam proses pembelajaran, guru cenderung hanya menyampaikan materi, memberikan solusi tanpa memikirkan hal-hal lain seperti penggunaan metode, strategi, yang variatif. 13

Melihat kondisi seperti itu maka di perlukan usaha dan peran guru sebagai pengajar dalam mewujudkan suasana belajar yang kondusif dalam proses pembelajaran. Dengan kompetensi dan perannya sebagai pengajar, maka guru harus dapaat mengemas proses pembelajaran dengan dan menjalankan perannya sebagai informator, director, organisator, transmitter, inisiator, motivator, fasilitator, mediator, dan evaluator juga mewujudkan suasana pembelajaran yang mengaktifkan dan menambah kreatifitas siswa dan menjadikan pembelajaran itu efektif dan menyenangkan agar siswa merasa nyaman mengikuti proses pembelajaran ekonomi.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, mendorong penulis untuk meneliti tentang “Peran Guru Ekonomi dalam Mewujudkan Suasana Belajar yang Kondusif siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 4 Tangerang Selatan.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat ditemukan beberapa masalah diantaranya:

13

http.perpustakaan.upi.edu/artikel/administrasi/upload/21.M.safroni fpips.pdf, (kamis,26 Agustus 2010, 20.30 WIB)


(20)

1. Kurangnya peran guru ekonomi dalam proses pembelajaran. 2. Kurangnya tugas guru ekonomi dalam proses pembelajaran.

3. Masih kurangnya guru ekonomi dalam menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif.

4. Suasana pembelajaran yang kurang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan bagi siswa.

5. Kurangnya peranan guru sebagai fasilisator, mediator, informator, katalisator, dan organisator.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat banyaknya masalah yang berhasil diungkapkan, maka penelitian ini memerlukan spesifikasi kajian agar pembahasan lebih fokus. Oleh karena itu penulis membatasi permasalahan sebagai berikut:

1. Peran guru ekonomi sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola, demonstrastor, pembimbing, motivator, dan evaluator.

2. Upaya guru dalam menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan bagi siswa.

D. Perumusan Masalah

Sesuai dengan identifikasi masalah dan pembatasan masalah tersebut, maka dapat di kemukakan rumusan masalahnya sebagai berikut: a. Bagaimana peran guru ekonomi sebagai sumber belajar, fasilitator,

pengelola, demonstrator, pembimbing, motivator, dan evaluator?

b. Bagaimana upaya guru dalam mewujudkan suasana belajar aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan?


(21)

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui peran guru ekonomi dalam proses pembelajaran di SMA Negeri 4 Kota Tangerang Seatan.

2. Untuk mengetahui susana pembelajaran yang diciptakan oleh guru ekonomi di SMA Negeri 4 Kota Tangerang Selatan.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, baik secara teoritis maupun praktis kepada berbagai pihak sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis untuk khazanah intelektual, diharapkan penelitian ini menjadi sebuah sumbangsih gagasan dan sebagai pertimbangan solusi terhadap guru untuk mewujudkan suasana belajar yang kondusif. 2. Manfaat praktis kepada pihak-pihak yang terkait, meliputi:

a. Bagi peneliti, dari hasil penelitian ini nantinya akan mengetahui apakah guru ekonomi dalam menciptakan susana belajar yang kondusif.

b. Bagi guru Ekonomi, dapat meningkatkan lagi perannya sebagai fasilisator, organisator, mediator, dan fasilitator bagi siswa, juga dapat lebih mengeksplorasi media yang tepat dengan bahan ajar dalam proses pembelajaran.

c. Bagi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khususnya jurusan pendidikan ekonomi dapat memberikan masukan dan sarana untuk


(22)

lebih memperhatikan mahasiswanya dalam mempelajari kondisi lingkungan perguruan tinggi di dalam pembelajaran.

BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Kajian Teori

1. Hakikat Guru

a. Pengertian Guru

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Balai Pustaka pengertian “guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencaharian, profesinya) mengajar”.14

Sedangkan di dalam BAB I mengenai ketentuan umum pasal I Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen dijelaskan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.15

14

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ketiga, Pustaka Bahasa Depdiknas, Balai Pustaka, Jakarta: 2001, h. 324

15

Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Th. 2005), (Jakarta: PT. Redaksi Sinar Grafika, 2010), Cet. I, h. 2


(23)

b. Tugas Guru Dalam Pendidikan

Menurut Daoed Yoesoef bahwa “seorang guru mempunyai tiga tugas pokok yaitu tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan (sivic missi)”.16

Jika dikaitkan pembahasan tentang kebudayaan, maka tugas pertama berkaitan dengan logika dan estetika, tugas kedua dan ketiga berkaitan dengan etika.

Pertama, tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu meneruskan atau mentransmisi ilmu pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis yang belum diketahui anak dan seharusnya diketahui oleh anak.

Kedua, tugas manusiawi adalah tugas-tugas membantu anak didik agar dapat memenuhi tugas-tugas utamanya dan tugas-tugas sebagai manusia kelak dengan sebaik-baiknya. Tugas-tugas manusiawi itu adalah transformasi diri, identifikasi diri sendiri dan pengertian tentang diri sendiri.17

Usaha membantu kearah ini seharusnya diberikan dalam rangka pengertian bahwa manusia hidup dalam satu kesatuan dalam keseluruhan integralitasnya seperti yang telah digambarkan diatas. Hal ini berarti bahwa tugas pertama dan kedua harus dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu. Guru seharusnya melalui pendidikan mampu membantu anak didik untuk mengembangkan daya pikir atau penalaran sedemikian rupa sehingga mampu untuk turut serta secara kreatif dalam

16

http:www.ut.ac.id/28 Agustus 2010 17


(24)

proses transformasi kebudayaan kearah keadaban demi kebaikan hidupnya sendiri dan kehidupan seluruh masyarakat dimana dia hidup.

Ketiga, tugas kemasyarakatan merupakan konsekuensi guru sebagai warga negara yang baik, turut mengemban dan melaksanakan apa-apa yang telah digariskan oleh bangsa dan negara lewat UUD 1945. Ketiga tugas guru itu harus dilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan organis, harmonis, dan dinamis. Seorang guru tidak hanya mengajar di dalam kelas saja tetapi seorang guru harus mampu menjadi katalisator, motivator dan dinamisator pembangunan tempat dimana ia bertempat tinggal. Ketiga tugas ini jika dipandang dari segi anak didik maka guru harus memberikan nilai-nilai yang berisi pengetahuan masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang, pilihan nilai hidup dan praktek-praktek komunikasi. Pengetahuan yang kita berikan kepada anak didik harus mampu membuat anak didik berkomunikasi dengan sesamanya di dalam masyarakat, karena anak didik tersebut tidak akan hidup mengasingkan diri.

Dalam pendidikan jika di lihat dari penjelasan di atas, sebagai aplikasinya dalam pembelajaran guru juga harus membuat suasana pembelajaran menjadi sesuatu yang menyenangkan untuk di ikuti oleh peserta didik guru juga harus mewujudkan suasana pembelajaran menjadi kondusif dan membuat anak didik menjadi aktif dan kreatif dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas, dan itu menjadi tugas seorang guru.

c. Macam-Macam Kompetensi Guru

Abdul Majid menjelaskan bahwa;

Kompetensi guru adalah seperangkat tindakan intelegen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki oleh seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu. Sifat intelegen harus


(25)

ditunjukan sebagai kemahiran, ketetapan, dan keberhasilan bertindak. Sifat tanggung jawab harus di tunjukan sebagai kebenaran tindakan baik di pandang dari sudut ilmu pengetahuan, teknologi, maupun etikan. Dalam arti tindakan itu benar di tinjau dari sudut ilmu pengetahuan, efisien, efektif, dan memiliki daya tarik dari sudut teknologi, dan di tinjau dari sudut etika.18

Dengan demikian kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukan kualitas guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru. Artinya guru bukan saja harus pintar tetapi juga pandai mentransfer ilmunya kepada peserta didik.

Adapun satandar kompetensi guru yang meliputi tiga komponen kompetensi, yaitu:

Pertama, kompetensi pengolahan pembelajaran yang mencakup: (1) penyusunan perencanaan pembelajaran; (2) pelaksanaan interaksi belajar mengajar; (3) penilaian prestasi belajar peserta didik; (4) pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian. Kedua, komponen kompetensi pembanguanan potensi yang diorientasikan pada pembangunan profesi. Ketiga, komponen kompetensi penguasaan akademik yang mencangkup: (1) pemahaman wawasan kependidikan; (2) penguasaan bahan kajian akademik (Depdiknas, 2004: 9).19

Dalam penelitian ini yang dimaksud adalah bagaimana guru merencanakan pembelajaran yang akan di transfer kepada peserta didik dan pada proses pelaksanaan interaksinya guru harus menciptakan suasana belajar yang aktif, efektif, kreatif, dan menyenangkan bagi peserta didik agar tercipta suasana pembelajaran yang kondusif. Penilaian disini guru hanya melihat apakah materi yang disampaikan kepada anak didik tersebut dapat di mengerti dan di cerna dengan baik

18

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. Ke-8, h. 37-65

19


(26)

sehingga siswa mampu menyerap materi yang telah di jelaskan oleh guru.

Di dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 2 ayat 3, menjelaskan bahwa kompetensi yang harus di miliki guru sebagai agen pembelajaran jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi “kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial”. 20

Hal ini dipaparkan sebagai berikut: 1. Kompetensi Pedagogik

Dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir a, dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik, perancangan, dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

2. Kompetensi Kepribadian

Dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir b, di kemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

3. Kompetensi Profesional

20


(27)

Dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir c, di kemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.

4. Kompetensi Sosial

Dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir d, di kemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi mdan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga pendidik, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

Adapun kompetensi dasar guru menurut Sardiman adalah sebagai berikut:

1) Menguasai bahan ajar

2) Mengelola program belajar mengajar 3) Mengelola kelas

4) Menggunakan media/sumber 5) Menguasai landasan pendidikan 6) Mengelola interaksi belajar mengajar

7) Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran

8) Mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan sekolah

9) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah

10) Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian kependidikan guna keperluan pengajaran.21

d. Peran Guru Dalam Proses Belajar Mengajar

21

Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), Edisi ke-I, h. 143-144.


(28)

1)Pengertian Peran Guru

Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, “peran adalah pemain atau sesuatu yang menjadi bagian atau yang memegang pimpinan yang terutama dalam terjadinya sesuatu hal atau peristiwa”.22

Sedangkan dalam penelitian ini peran yang dimaksud adalah peran guru. Sehingga dapat penulis simpulkan bahwa peran guru adalah pemain yang terlibat (guru) dalam melakukan suatu hal atau kegiatan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

2)Pengertian Proses Belajar Mengajar

Proses belajar mengajar sebagai suatu proses dapat mengandung dua arti, yaitu urutan tahapan/fase dalam mempelajari sesuatu dan sebagai urutan kegiatan perencanaan oleh guru. Proses belajar mengajar meliputi kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh guru mulai dari perencanaan (planning), pelaksanaan kegiatan, sampai dengan evaluasi dan program tindak lanjut. Semuanya berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran.

Sebagai suatu sistem instruksional belajar mengajar mengandung sejumlah komponen antara lain: tujuan, bahan/ materi, siswa, guru, metode, situasi, dan evaluasi.

Proses belajar mengajar dapat diartikan juga sebagai suatu proses pembelajaran dimana terjadi suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia yang terlibat dalam proses belajar mengajar (pembelajaran) terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga

22


(29)

laboratorium. Material, meliputi buku-buku, papan tulis dan kapur, fotografi, slide dan film, audio dan vidio tape. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari ruang kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur, meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian, dan sebagainya.23

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 dinyatakan pembelajaran adalah “proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lengkungan belajar”.24

Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik.

3)Peran Guru Dalam Proses Pembelajaran

Sekolah memiliki fungsi utama yaitu pendidikan intelektual, dalam arti mengisi otak anak dengan berbagai macam pengetahuan. Sekolah dalam kenyataan masih mengutamakan latihan mental-formal, yaitu suatu tugas yang pada umumnya tidak dapat dipenuhi oleh keluarga atau lembaga lain, oleh sebab memerlukan tenaga yang khusus yaitu guru.

Menurut S. Nasution, “guru adalah sebagai pengontrol atas reaksi dan respons para siswa. Guru selalu berusaha untuk menarik minat anak, menggunakan paksaan atau macam-macam motivasi ekstrinsik”. 25

Berdasarkan Undang-Undang RI No. 20 Th. 2003, tentang Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, Guru yang

23

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. I. h. 57

24

UU. SPN No. 23 Tahun 2003,..., h. 4 25


(30)

dimaksud adalah pendidik yang merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. 26

Pada hakikatnya seorang pendidik adalah seorang fasilisator. Fasilisator baik dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Seorang pendidik seharusnya mampu membangun suasana belajar yang kondusif untuk belajar mandiri (self- diricted learning). Ia juga hendaknya mampu menjadikan proses pembelajaran sebagai kegiatan eksplorasi diri. 27

“Seorang pendidik yang efektif, tidak hanya efektif dalam kegiatan belajar mengajar di kelas saja (transfer of knowladge), tetapi lebih-lebih dalam relasi pribadinya dan modelingnya (transfer of attitude and values), baik pada peserta didik maupun kepada seluruh anggota komunitas sekolah”. 28

“Mendidik tidak sekedar mentransfer ilmu pengetahuan, melatih keterampilan verbal kepada peserta didik, namun merupakan bantuan pada peserta didik agar dapat menumbuhkembangkan dirinya secara optimal”. 29

Mendidik yang efektif pada dasarnya merupakan kemampuan seseorang menghadirkan diri sedemikian sehingga pendidik memiliki relasi bermakna pendidikan dengan para peserta didik, sehingga mereka mampu menumbuhkembangkan dirinya menjadi pribadi yang dewasa dan matang. Pendidikan yang efektif adalah yang berpusat pada siswa atau pendidikan (bagi) siswa. Dasar pendidikannya adalah apa yang menjadi minat, dan kebuthan-kebutuhan peserta didik. Pendidik membantu peserta didik untuk menemukan, mengembangkan, dan mencoba

26

UU RI No. 20 Th. 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab XI pasal 39 ayat 2,(Bandung: Citra Umbara, 2006), h. 96

27

http://www.ut.ac.id/,28 Agustus 2010 28

http://www.ut.ac.id/,28 Agustus 2010 29


(31)

mempraktikan kemampuan-kemampuan yang mereka miliki (the learners-centered teaching). 30

Sehubungan dengan fungsinya sebagai pengajar, pendidik, dan pembimbing, maka diperlukan adanya berbagai peranan pada diri guru. Peranan guru ini akan senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksinya, baik dengan siswa, sesama guru maupun dengan staf yang lain. Dari berbagai kegiatan interaksi belajar mengajar, dapat dipandang sebagai sentral bagi peranannya. Sebab baik disadari atau tidak bahwa sebagian dari waktu dan perhatian guru banyak dicurahkan untuk menggarap proses belajar mengajar dan berinteraksi dengan siswanya.

4) Keterampilan Dasar Mengajar Guru

Keterampilan dasar mengajar bagi guru sangat diperlukan agar guru dapat melaksanakan perannya dalam pengelolaan proses pembelajaran, dan dapat menciptakan suasana belajar menjadi kondusif, efektif dan efesien. Disamping itu keterampilan dasar guru merupakan sayarat mutlak agar guru bisa mengimplementasikana berbagai strategi pembelajaran yang akan di gunakan dalam pembahasan mater-materi belajar. 31

Keterampilan-keterampilan tersebut yaitu “keterampilan dasar bertanya, keterampilan dasar memberi penguatan, keterampilan variasi stimulus, keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan mengelola kelas”.32

a. Keterampilan Dasar Bertanya

Keterampilan bertanya bagi seorang guru merupakan keterampilan yang paling penting untuk di kuasai karena,

30

http://www.ut.ac.id/,28 Agustus 2010 31

Wina Sanjaya, M.Pd, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: PT. Kencana, 2006), Edisi I, Cet. Ke-5, h. 32-46

32


(32)

dengan adanya pertanyaan yang di berikan oleh guru kepada siswa dapat meningkatkan partisipasi siswa, meningkatkan kemampuan berpikir, meningkatan rasa ingin tahu siswa, dan dapat memusatkan siswa pada masalah yang sedang dibahas.

b. Keterampilan Dasar Memberikan Penguatan

(reinforcment)

Keterampilan dasar penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respon yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi siswa atas perbuatan dan responsnya.

Melalui keterampilan ini maka siswa akan terdorong selamanya untuk memberikan respons setiap kali muncul stimulus dari guru. Penguatan tersebut dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu penguatan secara verbal, dan non verbal. Penguatan secara verbal dalah penguatan yang dilakukan dengan kata-kata, yaitu kata-kata pujian dan penghargaan atau kata-kata koreksi. Penguatan nonverbal adalah penguatan yang di lakukan dengan bahasa isyarat, misalnya dengan menganggukan kepala tanda setuju, gelengkan kepala tanda tidak setuju, dan lain sebgainya.

c. Keterampilan Variasi Stimulus

Variasi stimulus adalah keterampilan guru untuk menjaga agar iklim pembelajaran teteap menarik perhatian, tidak membosankan, sehingga siswa menunjukan sikap antusias dan ketekunan, penuh gairah dan berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. Variasi stimulus tersebut dapat berupa, variasi bertatap muka dalam proses


(33)

pembelajaran, variasi dalam menggunakan media/alat bantu pembelajaran, dan variasi dalam melakukan pola interaksi.

d. Keterampilan Membuka dan Menutup Pembelajaran

Keterampilan membuka pelajaran atau set induction adalah usaha yang dilakukan oleh guru dalam mempersaiapkan mental dan perhatian siswa agar siswa terpusat pada hal-hal yang akan di pelajari.

Keterampilan tersebut mencakup: (1) Menarik perhatian siswa misalnya dengan meyakinkan siswa bahwa materi yang akan di sampaikan berguna bagi dirinya, (2) Menumbuhkan motivasi siswa dengan membangun suasana akrab sehingga siswa merasa dekat dengan menyapa, (3) Memberikan acuan atau rambu-rambu tentang pembelajaran yang akan di lakukan, misalnya dengan mengemukakan tujuan yang akan di capai serta tugas-tugas yang harus di lakukan sehubungan dengan pencapaian tujuan.

Menutup pelajaran adalah kegiatan yang di lakukan oleh guru unuk mengakhiri pelajaran dengan maksud untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah di pelajari siswa. Kegiatan itu terdiri dari merangkum kesimpulan/garis besar pembelajaran, mengonsolidasi siswa terhadap hal-hal pokok, memberikan tindak lanjut serta saran-saran untuk memperluas wawasan siswa.


(34)

Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru dalam menciptakan dan memelihara suasana/kondisi belajara yang kondusif dan mengembalikannya manakala terjadi hal-hal yang dapat mengganggu suasana pembelajaran.

5) Macam-macam Peran Guru Dalam Proses Belajar Mengajar

Mengenai peran guru itu ada beberapa pendapat yang di kutip oleh Sardiman, adalah sebagai berikut:

1. Havighurst, menjelaskan bahwa peran guru di sekolah sebagai pegawai (employee) dalam hubungan kedinasan, sebagai bawahan (subordinat) terhadap atasannya, sebagai kolega dalam hubungannya dengan teman sejawat, sebagai mediator dalam hubungannya dengan anak didik, sebagai pengatur disiplin, evaluator, dan pengganti orang tua

2. Prey Katz, menggambarkan peranan guru sebagai komunikator, sahabat yang dapat memberikan nasihat-nasihat, motivator sebagai pemberi inspirasi dan dorongan, pembimbing, dalam pengembangan sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai, orang yang, menguasai bahan yang diajarkan.

3. Federasi dan Organisasi Professional Guru sedunia, mengungkapkan bahwa peranan guru di sekolah, tidak hanya sebagai transmitter dari ide tetap juga berperan sebagai transformer dan katalisator dari nilai dan sikap.

4. James W. Brown, mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antara lain: menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa.

5. WF Connell (1972) membedakan tujuh peran seorang guru yaitu: pendidik (nurturer), model, pengajar dan pembimbing, pelajar (learner), komunikator terhadap masyarakat setempat, pekerja administrasi, serta kesetiaan terhadap lembaga. 33

33

Parsono, Anton Sukarno, Djono R, Buharjo, Landasan Kependidikan, (Jakarta: Karunika Jakarta, 1990), modul 5 , h. 33-34


(35)

Sedangkan Wina Sanjaya mengemukakan “peran guru sebagai berikut: (1) Guru sebagai sumber belajar, (2) Guru sebagai fasilitator, (3) Guru sebagai pengelola, (4) Guru sebagai demonstrator, (5) Guru sebagia pembimbing, (6) Guru sebagai motivator, (7) Guru sebagai evaluator”.34

Peran guru sebagai sumber belajar merupakan peran yang sangat penting. Peran sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi pelajaran. Karena guru yang baik adalah guru yang dapat menguasai materi pelajaran, sehingga ia dapat dengan benar berperan sebagai sumber belajar bagi anak. Semua yang tidak di ketahui oleh anak dapat di jawab oleh guru oleh guru dengan penuh keyakinan. Adapun hal-hal yang dapat di lakukan oleh guru sebagai sumber belajar siswa yaitu, guru harus memiliki bahan referensi yang lebih banyakm dibandingkan siswa, guru dapat menunjukan sumber belajar yang dapat di pelajari oleh siswa, guru harus melakukan pemetaan tentang materi pelajaran.

Peran guru sebagai fasilitator, guru berperan dalam memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. Fasilitas yang di berikan oleh guru tersebut selain berupa media pembelajaran, metode, dan penguasaan materi agar siswa dapat dengan mudah mendapat informasi mengenai materi belajar yang tidak di pahami oleh siswa dan di dapat pada guru.

Peran guru sebagai pengelola (learning manajer), guru berperan dalam menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman. Melalui pengelolaan kelas yang baik guru dapat menjaga kelas agar tetap kondusif untuk terjadinya proses belajar bagi seluruh siswa. Dalam melakukan pengelolaan pembelajaran ada dua macam yang harus di laksanakan oleh guru

34


(36)

yaitu, mengelola sumber belajar dan melaksanakan peran sebagai sumber belajar itu sendiri.

Sebagai manajer guru memiliki empat fungsi yaitu merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengawasi kegiatan pembelajaran. Dalam fungsinya sebagai perencana guru harus melakukan kegiatan-kegiatan yang meliputi: memperkirakan tuntutan dan kebutuhan, menentukan tujuan, menulis silabus, menentukan topik-topik, mengalokasikan serta menentukan sumber-sumber yang diperlukan.

Peran guru sebagai demonstrator, yang dimaksud guru sebagai demonstrator adalah peran untuk mempertunjukan kepada siswa segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang disampaikan. Ada dua konteks guru sebagai demonstrator. Pertama, guru harus harus menunjukan sikap-sikap yang terpuji karena guru merupakan sosok ideal dalam setiap aspek kehidupan. Apa yang di lakukan oleh guru akan ditiru oleh setiap sanak didiknya. Kedua, guru harus dapat menunjukan bagaimana caranya agar setiap materi pelajaran bisa lebih dipahami dan dihayati oleh setiap siswa. Oleh karena itu sebagai demonstrator erat kaitannya dengan pengaturan strategi pembelajaran yang lebih efektif.

Peran guru sebagai pembimbing. Kepribadian setiap siswa beragam dari bakat, minat, kemampuan, dan sebagainya. Disamping itu manusia adalah makhluk yang sedang berkembang dan perkembangan para siswa itu tidaklah sama. Perbedaan itulah yang menuntut guru harus berperan sebagai pembimbing. Disinilah peran guru membimbing para siswa agar dapat menemukan berbagai potensi yang dimilikinya sebagai bekal hidup mereka, membimbing siswa


(37)

agar dapat mencapai dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan mereka.

Agar guru berperan sebagai pembimbing yang baik, maka ada beberapa hal yang harus dimiliki diantaranya: Pertama, guru harus memiliki pemahaman tentang anak yang sedang di bimbingnya. Misalnya kebiasaan tentang gaya dan kebiasaan belajar serta pemahaman tentang potensi dan bakat yang dimilikinya. Kedua, guru harus memahami dan terampil dalam merencanakan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai maupun merencanakan proses pembelajaran.

Peran guru sebagai motivator, dalam proses pembelajaran motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya yang kurang, tetapi di karenakan tidak adanya motivasi untuk belajar sehingga ia tidak berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannya. Dengan demikian guru dituntun untuk lebih kreatif dalam membangkitkan motivasi belajar siswa. Diantaranya dengan memperjelas tujuan yang ingin di capai, membangkitkan minat siswa, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dalam belajar, memberi pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilah siswa, berikan penilaian, berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa, dan ciptakan persaingan dan kerjasama antar siswa dan guru.

Peran guru sebagai evaluator. Sebagai evaluator guru berperan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan. Terdapat dua fungsi dalam memerankan fungsinya sebagai evaluator. Pertama, untuk menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Kedua, untuk menentukan keberhasilan guru dalam melaksanakan seluruh kegiatan yang telah di programkan.


(38)

Dari beberapa pendapat di atas, maka secara rinci peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar, secara singkat dapat disebutkan sebagai berikut:

a. Informator

Sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.

b. Organisator

Guru sebagai organisator, pengelola kegiatan akademik, silabus, workshop, jadwal pelajaran dan lain-lain. Komponen-komponen yang berkaitan dengan kegiatan belajar-mengajar, semua diorganisasikan sedemikian rupa, sehingga dapat mencapai efektivitas dan efisien dalam belajar pada diri siswa.

c. Motivator

Peranan guru sebagai motivator ini penting artinya dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa. Guru harus memberikan dorongan untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan aktivitas dan daya cipta sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar.

d. Pengarah/director

Jiwa kepemimpinan bagi guru dalam peranan ini lebih menonjol. Guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.


(39)

Guru sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar. Sudah tentu ide-ide itu merupakan ide-ide yang kreatif yang dapat dicontoh oleh anak didiknya.

f. Transmitter

Dalam kegiatan belajar guru juga akan bertindak selaku penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan.

g. Fasilisator

Dalam hal ini guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-mengajar, misalnya saja dengan menciptakan suasana kegiatan belajar yang sedemikian rupa, serasi dengan perkembangan siswa, sehingga interaksi kegiatan belajar-mengajar akan berlangsung secara efektif.

h. Mediator

Guru dapat diartikan sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa. Misanya dengan menengahi atau memberikan jalan keluar atau kemacetan dalam kegiatan diskusi kelas. Mediator juga diartikan sebagai penyedia media, cara memakai dan mengorganisasikan penggunaan media.

i. Evaluator

“Kecenderungan guru dalam perannya sebagai evaluator, guru harus mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademis maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak”. 35

Selain peran guru yang telah di sebutkan diatas bebarapa para pakar di Barat telah melakukan penelitian tentang peran guru yang harus

35


(40)

dilakukan. Peran guru yang beragam telah di definisikan dan di kaji oleh Pullias dan Young (1988), Manan (1990), serta Yelon dan Weinstein (1997).

Adapun peran-peran tersebut adalah sebagai berikut:

1) Guru Sebagai Pendidik, 2) Guru Sebagai Pengajar, 3) Guru Sebagai Pembimbing, 4) Guru Sebagai Pelatih, 5) Guru Sebagai Penasehat, 6) Guru Sebagai Pembaharu (Inovator), 7) Guru Sebagai Model dan Teladan, 8) Guru Sebagai Pribadi, 9) Guru Sebagai Peneliti, 10) Guru Sebagai Pendorong Kreativitas, 11) Guru Sebagai Pembangkit Pandangan, 12) Guru Sebagai Pekerja Rutin, 13) Guru Sebagai Pemindah Kemah, 14) Guru Sebagai Pembawa Cerita, 15) Guru Sebagai Aktor, 16) Guru Sebagai Emansipator, 17) Guru Sebagai Evaluator, 18) Guru Sebagai Pengawet, 19) Guru Sebagai Kulminator.36

Dari semua peranan guru yang di jelaskan di atas, pada hakikatnya peranan guru di sekolah ialah membimbing proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Dengan kata lain tugas dan peranan guru bukan hanya mengajar akan tetapi juga mendidik.

Menurut Zahara Idris, “setiap guru hendaknya berusaha mendidik anak didik menjadi manusia biasa yang pancasilais”. 37

Peranan guru dalam proses pembelajaran dalam hal mengajar dan mendidik, guru juga mempunyai tugas managerial didalam kelas, yaitu guru bertugas membina disiplin dan menyelenggarakan tata usaha kelas. Disiplin kelas ialah tata tertib kelas, yaitu guru dan anak didik dalam satu kelas tunduk dalam tata tertib yang telah ditetapkan dengan sebanar-benarnya.38

Tata usaha kelas ialah kegiatan atau pekerjaan catat-mancatat dan lapor melapor secara sistematis mengenai informasi atau keterangan-keterangan tentang kelas. Seperti catatan mengenai anak didik, catatan

36

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: Rosdakarya, 2009), Cet. Ke-8, h. 37-65

37

Zahara Idris, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta: Angkasa Raya, 2001), cet. III, h. 15

38


(41)

guru untuk kepentingan efektivitas kerjanya (silabus, metode mengajar, media, sistem evaluasi, alat peraga, buku pegangan).

Peranan managerial guru di luar kelas antara lain:

a. Memperhatikan dan menyelesaikan masalah yang dihadapi disekolahnya.

b. Ikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sosial yang terjadi di masyarakat.

2. Hakikat Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun dilingkungan rumahnya atau keluarganya sendiri.

Belajar secara sederhana diartikan sebagai proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu, yang terjadi dalam jangka waktu tertentu.

Berbagai pendapat para ahli psikologi yang mengacu dari para peneliti dan ilmuwan mengajukan bermacam-macam teori tentang belajar.

Menurut Slameto, “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk mengubah tingkah laku yang baru secara


(42)

keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. 39

Menurut Gagne belajar merupakan interaksi antara “keadaan internal dan proses kognitif siswa dengan stimulus dari lingkungan”. Dan proses kognitif tersebut menghasilkan suatu hasil belajar yang telah di berikan oleh guru dalam materi yang telah diajarkan. 40

Menurut Robert M. Gagne ada lima macam kemampuan hasil dari belajar , yaitu: 1) keterampilan intelektual, 2) strategi kognitif seperti “cara belajar” dan berpikir seseorang dalam arti seluas-luasnya, termasuk kemampuan memecahkan masalah, 3) informasi verbal, kemampuan dalan informasi dan fakta, 4) keterampilan motorik, yang diperoleh dari sekolah antara lain keterampilan menulis, mengetik, dll, 5) sikap dan nilai, berhubungan dengan arah serta intensitas emosional yang dimiliki seseorang.41

Hilgrad mengatakan “leraning is the prosses by wich an activity originates or is changed through training procedures (wheter in the laboratory or in the natural environment) as distinguished from changes by factors not attributable to training”. Diterjemahkan oleh S. Nasution kedalam bahasa Indonesia bahwa belajar adalah “proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan (apakah dalam laboratorium atau dalam lingkungan alamiah) yang dibedakan dari perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang tidak termasuk latihan”. 42 Menurut Harold Speares, “learning is observe, to read, to imitate, to try something themeselves, to listen, to follow direction”. Diterjemahkan oleh Alisuf Sabri, bahwa belajar adalah “mengamati, membaca meniru, mencoba sendiri, mendengar, dan mengikuti petunjuk”. 43

39

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), Cet. IV, h. 2

40

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya,...h. 2 41

J.J. Hasibuan, Dip. Ed., Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, cet. 6, h. 5

42

S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2000), Ed. 2, Cet.2, h. 35.

43


(43)

Dalam pengertian lain, menurut Nana Sudjana, belajar adalah suatu proses yang diatandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari prose belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar”. 44

Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah/ berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.

Dari berbagai pengertian belajar diatas, menurut Muhibbin Syah dalam bukunya psikologi pendidikan dengan pendekatan baru, menyebutkan ciri-ciri belajar, dalam belajar seseorang akan melakukan perilaku dengan ciri-ciri khusus yaitu:

a. Perubahan yang intesional, dalam arti perubahan yang terjadi karena intensitas pengalaman, praktik, atau latihan.

b. Perubahan menuju ke arah yang positif, dalam arti sesuai dengan yang diharapkan baik oleh guru, siswa maupun lingkungan sosial. c. Perubahan yang efektif, dalam arti membawa pengaruh dan makna

tertentu bagi siswa. Setidaknya sampai batas waktu tertentu. Baik demi alasan penyesuaian diri maupun demi mempertahankan kelangsungan hidupnya. 45

Menurut Drs. H. M. Alisuf Sabri, ciri-ciri orang yang menunjukan bahwa seseorang melakukan kegiatan belajar di tandai dengan adanya:

a. Perubahan tingkah laku yang aktual atau potensial. Aktual berarti perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil belajar itu nyata dapat dilihat seperti: hasil belajar keterampilan motorik (psikomotorik) misalnya anak bisa menulis, membaca, dan sebagainya.

44

Nana Sudjana, CBSA Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung, Sinar Baru, 1989), Cet. III, h. 5

45

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Jemmars, 1986), Ed. III, h. 50.


(44)

b. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar diatas bagi individu merupakan kemampuan batu dalam bidang kognitif, atau afaektif, atau psikomotorik.

c. Adanya usaha atau aktifitas yang sengaja dilakukan olrh orang yang belajar dengan pengalaman (memperhatikan, mengamati, memikirkan mersakan, menghayatim dan sebagainya) atau dengan latihan (melatih, menirukan). 46

b. Tujuan Belajar

Sebagai suatu sistem instruksional belajar mengajar mengandung sejumlah komponen antara lain: tujuan, bahan/ materi, siswa, guru, metode, situasi, dan evaluasi.

Menurut Winarno S. Tujuan belajar lebih diajukan kepada “pengumpulan pengetahuan, penanaman konsep dan kecekata, serta pembentukan sikap dan perbuatan”. 47

Dalam pencapaian tujuan belajar diperlukan adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif. Lingkungan ini dipengaruhi oleh beberapa komponen, misalnya tujuan belajar yang hendak dicapai, dan materi yang diajarkan oleh guru serta siswa memainkan peran dalam hubungan sosial disekolah, jenis kegiatan yang dilakukan disekolah, serta sarana dan prasarana belajar mengajar yang telah tersedia.

Menurut Robert M. Gagne, yang dikutip oleh Damiyati dan Mudjiono, tujuan belajar adalah mengelompokan kondisi-kondisi belajar (sistem lingkungan belajar) sesuai dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Gagne mengemukakan delapan macam yang kemudian disederhanakan menjadi lima lima macam kemampuan manusia yang merupakan hasil belajar sehingga, pada gilirannya, membutuhkan sekian macam kondisi belajar untuk memcapai tujuannya. 48

46

Alisuf Sabri, Psikolog..., h. 56-57 47

Winarno Surakhmad, Metodologi Pengajaran Nasional, (Bandung: Jemmars, 1986), Ed. III, h, 50

48

J.J. Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), h. 5


(45)

Kelima macam kemampuan hasil belajar tersebut adalah:

1. Keterampilan intelektual (yang merupakan hasil belajar terpenting dari sistem lingkungan skolastik).

2. Strategi kognitif, mengatur “cara belajar” dan berpikir seseorang di dalam arti seluas-luasnya, termasuk kemampuan memecahkan masalah.

3. Informasi verbal, kemampuan dalam arti informasi dan fakta. Kemampuan ini umumnya dikenal dan tidak jarang.

4. Keterampilan motorik yang diperoleh di sekolah, antara lain keterampilan menulis, mengetik, menggunakan jangka, dan sebagainya.

5. Sikap dan nilai berhubungan dengan arah serta intensitas emosional yang dimiliki seseorang, sebagaimana dapat disimpulkan dari kecenderungannya bertingkah-laku terhadap orang, barang, atau kejadian. 49

“Secara garis besarnya tujuan belajar dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu:

a. Untuk mendapatkan pengetahuan b. Penanaman kosep dan keterampilan c. Pembentukan sikap dan perbuatan”. 50

Pemikiran pengetahuan, kemampuan berpikir dan faktor yang berkaitan. kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan tidak berarti apa-apa. Cara yang dapat dilakukan untuk mempereoleh pengetahuan adalah dengan melakukan upaya tugas membaca.

Tujuan belajar yang kedua yaitu, penanaman konsep dan merumuskan konsep, untuk itu maka memerlukan keterampilan baik yang bersifat jasmani maupun rohani. Keterampilan jasmani adalah

49

J.J. Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar..., h. 5 50

Sardiman A. M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), h. 26-29.


(46)

keterampilan motorik yang berkaitan dengan tubuh siswa yang sedang belajar.

Tujuan belajar yang ketiga yaitu untuk menumbuhkan sikap mental perbuatan/perilaku dan pribadi siswa yang bijak dan hati-hati dalam pendekatannya, dan berupaya memberikan motivasi kepada siswanya.

Tujuan belajar tersebut dalam dunia pendidikan kita sekarang lebih dikenal dengan tujuan pendidikan menurut Taksonomi Bloom, yaitu tujuan belajar siswa diarahkan untuk mencapai tiga ranah yaitu, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Menurut Mulyono, “problema belajar (learning problems) termasuk faktor eksternal, yaitu antara lain berupa strategi pembelajaran yang keliru, pengelolaan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar anak, dan pemberian ulangan penguatan (reinfocement) yang tidak tepat”.

Sedangkan menurut Muhibbin Syah, “secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu faktor internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan belajar, diantaranya faktor internal dan faktor eksternal.”51

Adapun penjelasannya sebagai berikut: a. Faktor internal siswa

Faktor internal siswa yaitu hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa tersebut, yaitu

51

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 2001), Cet. III, h. 130-132


(47)

1) Faktor fisiologis

Faktor fisiologis adalah faktor yang secara langsung berhubungan dengan jasmani dan fisik anak. Kodisi jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalan mengikuti pelajaran. Diantaranya, karena sakit, karena cacat tubuh, cacat tubuh dibedakan atas dua bagian: yang pertama caact tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan, dan untuk anak penderita cacat tubuh yang tetap seperti buta, tuli hilang tangannya dan kakinya. Maka harus masuk pendidikan khusus, seperti SLB.

2) Faktor Psikologis

Faktor psikologis yaitu berhubungan dengan kejiwaan (psikis) atau rohani. Belajar membutuhkan kesiapan rohani, ketenangan yang baik. Faktor psikologis ini diantaranya sebagai berikut:

a. Intelegensi

Menurut M. Alisuf Sabri, “faktor intelegensi adalah faktor endogen yang sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar anak. Intelegensi merupakan kemampuan intelektual yang berdaya guna untuk berbuat atau bertindak dalam suatu situasi atau dalam menyelesaikan suatu masalah”.52

Tak dapat dipungkiri bahwa anak-anak memang memiliki taraf kecerdasan (I.Q) yang berbeda-beda dari tingkat intelegensi tinggi sampai tingkat intelegensi rendah. Menurut Woodworth dan Marques, kecerdasan itu dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

52

M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional IAIN Fakultas Tarbiyah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet. II, h. 116


(48)

1) 140-ke atas : Luar biasa, genius

2) 120-130 : Sangat cerdas, very superior 3) 110-119 : Cerdas, superor

4) 90-109 : Normal atau rata-rata, average 5) 80-89 : Bodoh, dull average

6) 70-79 : Batas Potensi, border line 7) 50-69 : Debil, moron

8) 30-49 : Ambisil, embicile 9) Dibawah 30 : Idiot. 53

b. Bakat

Menurut Sukardi, “bakat adalah potensi dasar yang dibawa sejak lahir”.54

Pada hakikatnya bahwa setiap manusia dilahirkan kedunia ini dilengkapi dengan dengan bakat dan kemampuan yang dimiliki seseorang tidak sama, ada yang mempunyai kemampuan dan bakat dalam bidang berpikir, memahat, melukis, dan lain-lain. Orang yang mempunyai bakat dalam berpikir belum tentu dapat melukis.

Dalam kegiatan kegiatan belajar, faktor bakat juga mempunyai peranan penting untuk berhasilnya kegiatan belajar yang telah didasari atas bakat tersebut. Maka harus ada faktor penunjangnya. Faktor penunjang tersebut diantaranya yaitu fasilitas atau sarana termasuk juga pembiayaan, dorongan

53

Sabri, Psikologi..., h.134 54


(49)

moral ari orang tua, dan adanya minat yang dimiliki oleh orang tersebut.

c. Minat

Menurut Alisuf Sabri, “minat adalah sikap senang kepada sesuatu hal, atau suatu kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus. Minat ini akan berfungsi sebagai pendorong orang untuk berbuat dalam mencapai suatu tujuan”.55

Dengan seringnya latihan dan latihan dan mengulangi sesuatu, maka kecakapan anak dan pengetahuan yang dimilikinya dapat menjadi makin mendalam dan dikuasai. Sebaliknya, tanpa latihan pengalaman yang dimilikinyadapat menjadi hilang atau berkurang. Karena dengan latihan dan seringnya mengalami sesuatu maka seseorang dapat timbul minatnya kepada sesuatu itu.56

Apabila siswa tidak berminat pada bahan/mata pelajaran dan kepada guru yang mengajarnya maka dapat menimbulkan permasalahan seperti kesulitan dalam belajarnya. Oleh karena itu siswa yang tidak berminat sebaiknya dibangkitkan sikap positif (sikap menerima) kepada pelajaran dan kepada gurunya, agar siswa mau memperhatikan pelajaran. Seorang anak yang belajar tanpa minat, dapat diindikasikan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya diantaranya: tidak sesuai dengan bakatnya, kecakapannya, dan kebnutuhan si anak. Sehingga dampaknya terlihat pada materi yang diberikan guru bahwa anak tidak dapat menyerap pelajaran.

d. Motivasi

55

Sabri, Psikologi..., h. 54-55 56


(50)

Motivasi berasal dari kata motivum (latin), motivasi sebagai faktor inner (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya.

Menurut Purwanto, secara umum dapat dikatakan bahwa “tujuan motivasi adalah untuk menggerakan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil dan tujuannya”.57

Motivasi sangat berperan dalam belajar. Dengan motivasi siswa menjadi tekun dalam proses belajar. Siswa yang dalam proses belajar mempunyai motivasi yang kuat dan jelas pasti akan tekun dan berhasil belajarnya.

Kepastian itu dimungkinkan oleh sebab adanya ketiga fungsi motivasi sebagai berikut:

a. Pendorong orang untuk berbuat dalam mencapai tujuannya. b. Penentu arah perbuautan yaitu kearah tujuan yang hendak

dicapai.

c. Penseleksi perbuatan sehingga perbuatan orang yang mempunyai motivasi senantiasa selektif dan tetap terarah pada tujuan yang hendak dicapai.58

3) Faktor kesehatan mental

Dalam belajar tidak hanya menyangkut segi intelek, tetapi juga menyangkut segi kesehatan mental dan emosional. Hubungan

57

Purwanto, Psikologi..., h. 73 58


(51)

kesehatan mental dengan belajar adalah timbal balik. Kesehatan mental dan ketenangan emosi akan menimbulkan hasil belajar yang baik. Individu didalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan dan dorongan seperti: memperoleh penghargaan, kepercayaan, rasa aman, dan lain-lain. Apabila kebutuhan itu tidak terpenuhi maka akan membawa masalah emosional. Seperti kenakalan, merusak alat-alat sekolah, dan lain sebagainya.

b. Faktor eksternal siswa

Selain faktor internal siswa, ada pun faktor eksternal yang juga mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam menentukan berhasil atau tidaknya seseorang dalam kegiatan belajarnya. Faktor eksternal siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor-faktor ekstern ini meliputi:

1. Faktor keluarga

Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama. Tetapi juga dapat sebagai faktor penyebab kesulitan belajar. Di dalam keluarga anak mulai menerima nilai-nilai baru dan dari keluargalah anak mulai mensosialisasikan diri. Yang termasuk dalam faktor ini antara lain adalah:

a) Faktor orang tua

Hubungan orang tua dan anak jika diberikan kasih sayang maka akan menimbulkan mental yang sehat bagi anak. Tetapi sebaliknya, kurangnya kasih sayang akan menimbulkan emosional. Orang tua yang otoriter akan


(52)

memperlakukan anak-anaknya secara otoriter. Sebagai kelanjutannya ialah bahwa anak tersebut akan tumbuh dan berkembang sebagai anak yang otoriter dan keras kepala. b) Suasana rumah atau keluarga

Dalam suasana keluarga yang sangat ramai dan gaduh, tidak mungkin anak dapat belajar dengan baik. Untuk itu hendaknya suasana di rumah selalu dibuat menyenangkan, tentram, damai, harmonis, agar anak nyaman tinggal dirumah.

c) Keadaan Ekonomi

Keadaan ekonomi yang kurang akan menimbulkan kurangnya sarana dan prasarana seperti alat-alat belajar, kurangnya biaya yang disediakan orang tua, tidak mempunyai tempat belajar yang baik, maka sangat jelas keadaan tersebut akan menghambat kemajuan belajar anak.

2. Faktor sekolah

Lingkungan sekolah merupakan salah satu faktor terpentingan pula yang menyebabkan berbagai hambatan dalam kegiatan belajar mengajarnya. Sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan itu kepada anak-anak didiknya, turut menentukan hasil belajar yang dapat dicapai anak.

Hubungan guru dengan murid yang kurang baik, guru tidak memiliki kecakapan dalam usaha diagnosis kesulitan belajar, guru-guru menuntut standar pelajaran diatas kemampuan anak. Begitu juga dengan kondisi gedung, alat


(53)

pelajaran yang kurang lengkap, kurikulum yang kurang baik dan lemahnya kedisiplinan.

3. Faktor media masa dan lingkungan sosial

a) Faktor media mas meliputi: Bioskop, TV, surat kabar, majalah, buku-buku komik. Media ini berada di sekeliling kita, apabila semua media ini digunakan terlalu banyak akan menyita waktu bagi anak maka akan sangat menghambat waktu belajar hingga lupa tugas belajar. b) Lingkungan sosial meliputi: teman bergaul, lingkungan

tetangga, dan sebagainya.

Faktor eksternal yang mempengaruhi belajar siswa yaitu: c. Faktor Pendekatan Belajar

Faktor pendekatan belajar yaitu segala cara atau strategi yang digunakan siswa untuk menunjang keefektifan dan efesiensi dalam proses pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu (Lawson, 1991).59

Faktor pendekatan belajar tersebut terdiri dari: (1) pendekatan belajar tinggi ( yaitu, speculative dan achieving), (2) pendekatan belajar menengah (yaitu, anallitical dan deep), (3) pendekatan belajar rendah (yaitu, reproductive dan surface).

Disamping faktor-faktor internal dan eksternal siswa sebagaimana yang telah dipaparkan diatas, faktor pendekatan belajar juga bepengaruh terhadap taraf keberhasilan proses pembelajaaran siswa tersebut. Misalnya seorang siswa yang terbiasa mengaplikasikan pendekatan belajar deep mungkin sekali

59

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 2001), Cet. III, h. 140


(1)

Lampiran 11

Perhitungan Rentang Untuk Penilaian Angket

Nilai ideal 80 Rentang = --- = --- = 20

Jumlah Alternatif Jawaban 4

Kategori Penilaian Angket

Tingkat Persepsi Rentang Nilai

Baik 61 – 80

Cukup baik 41 – 60

Kurang baik 21 – 40


(2)

Lampiran 12

LEMBAR UJI REFERENSI

Nama : Renny Paramita Permatasari L NIM : 106015000470

Jurusan : Pendidikan IPS

Judul Skripsi : Peran Guru Ekonomi Dalam Mewujudkan Suasana Belajar Yang Kondusif di SMA Negeri 4 Tangerang Selatan

No Referensi Paraf

pembimbing 1 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran:

Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. Ke-8

2 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam,

(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001)

3 Ahmad Mudzakir dan Joko Sutrisno, Psikologi Pendidikan

Untuk Fakultas Tarbiyah Komponen MKDK, “(Bandung:

Pustaka Setia, 1997), cet. I

4 Ahmad Sabri, Quantum Teaching Strategi Belajar

Mengajar: Micro Teaching, (Ciputat: Ciputat Press,

2010), Cet. III

5 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakart: Pedoman Ilmu Jaya, 1995), Cet. 3

6 Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003)

7 Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1999), Cet. II


(3)

9 Dr. Wina Sanjaya, M.Pd, Strategi Pembelajaran

Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: PT.

Kencana, 2006), Edisi I, Cet. Ke-5

10 Drs. J.J. Hasibuan, Dip. Ed., Drs. Moedjiono, Proses

Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, cet. 6

11 Drs. Parsono, Drs. Anton Sukarno, Drs. Djono R, Drs. Buharjo, M. Pd, Landasan Kependidikan, (Jakarta: Karunika Jakarta, 1990), modul 5

12 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan

Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung:

Rosdakarya, 2009), Cet. Ke-8

13 Hadari Nawawi, M. Martini Hadari, Instrumen Penelitian

Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press, 2006)

14 Hasil observasi I pada saat pembelajaran ekonomi di SMA Negeri 4 Tangerang Selatan, 1 No 2010, 08.30-11.00 WIB 15 Hasil observasi II pada saat pembelajaran ekonomi di SMA

Negeri 4 Tangerang Selatan, 13 Oktober 2010, 09.00-10.45 WIB

16 Hasil observasi III pada saat pembelajaran ekonomi di SMA Negeri 4 Tangerang Selatan, 25 Oktober 2010, 10.45-11.35

17 http://aminmunar.wordpress.com/2010/08/12/ptk- peningkatan-prestasi-belajara-ekonomi-dengan-metode-resitasi-melalui-bahan-ajar-lember-kerja-siswa-work-sheet/ (kamis, 26 Agustus 2010, 20.00 WIB)

18 http.perpustakaan.upi.edu/artikel/administrasi/upload/21.M .safroni fpips.pdf, (kamis,26 Agustus 2010, 20.30 WIB) 19 http:www.ut.ac.id/28 Agustus 2010


(4)

=com_content&view =article&id= 46: penataan-lingkungan-belajar-dalam-pakem&catid= 44:pengelolaan pembelajaran& Itemid =64, 27 Aguatus 2010

21 http://www.schoolparents. Canberra.net.au/effektive schools, 28 Agustus 2010

22 http://abah 123.blogspot.com/2007/11/,28 Agustus 2010 23 J.J. Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar,

(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya)

24 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ketiga, Pustaka Bahasa Depdiknas, Balai Pustaka, Jakarta: 2001

25 Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kuantitatif,

(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. XVIII 26 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 1985)

27 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan

Baru, (Bandung: Jemmars, 1986), Ed. III

28 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 2001), Cet. III

29 M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan

Kurikulum Nasional IAIN Fakultas Tarbiyah, (Jakarta:

Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet. II

30 Masruroh, Wawancara Guru Ekonomi, di SMA Negeri 4 Tangerang Selatan, Jumat 27 September 2010, 11.00 WIB 31 Nana Sudjana, Apa dan Bagaimana Mengajar, (Bandung:

Ideal, 1975)

32 Nana Sudjana, CBSA Dalam Proses Belajar Mengajar,

(Bandung, Sinar Baru, 1989), Cet. III

33 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995)


(5)

(Jakarta: PT. Rajawali Pers, 2010)

35 S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), Ed.2, Cet. 1

36 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang

Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003)

37 S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2000), Ed. 2, Cet.2

38 SMA Negeri 4 Tangerang Selatan, Data Profil Sekolah

SMA Negeri 4 Tangerang Selatan, di SMA Negeri 4

Tangerang Selatan, 5 September 2010, 11. 00

39 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D,(Bandung: Alfabeta, 2010), cet. X

40 Tim Redaksi Sinar Grafika, Undang-undang RI NO. 20

Tahun 2003 Tentang Sisdiknas 2003, (Jakarta: Sinar

Grafika, 2007)

41 UU RI No. 20 Th. 2003, Tentang Sistem Pendidikan

Nasional, (Bandung: Fokusmedia, 2003), Cet. I

42 Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Th. 2005), (Jakarta: PT. Redaksi Sinar Grafika, 2010), Cet. I 43 Winarno Surakhmad, Metodologi Pengajaran Nasional,

(Bandung: Jemmars, 1986), Ed. III

44 Zahara Idris, Lisma Jamal, Pengantar Pendidikan,

(Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992) 45 2B-Bahan Puzzle-indikator sekolah efektif

Jakarta, 1 Desember 2010 Dosen Pembimbing


(6)

Drs. Ulfa Fajarini M.Si NIP . 19670828 199303 2 006