Setelah keempat model tersebut dicoba, dilakukan pemilihan model dengan prosedur sebagai berikut :
Suatu model acak X
1
, X
2
, ………, X
n,
yang diduga menyebar berdasarkan famili ke i f
i
, dengan ciri fungsi kemungkinan maksimum L f
i
; X, maka prosedur pemilihan modelnya adalah dengan cara :
= maksimum ln L f
i
; X, i = 1, 2, 3, 4 maka X ~ F
j
≠ maksimum ln L f
i
; X, i = 1, 2, 3, 4 maka X ~ selain F
j
dimana F
j
adalah famili sebaran ke j Apabila setiap satuan percobaan petak contoh telah diperoleh famili
sebarannya, maka selanjutnya dilihat kecenderungannya dalam menerima famili sebaran lainnya. Prosedur ini diterapkan untuk setiap kelompok jenis yang diteliti.
Famili sebaran yang terbaik adalah famili yang memiliki nilai fungsi kemungkinan maksimum tertinggi. Jika ditemukan kasus mayoritas satuan
percobaan cenderung menerima famili sebaran ke m, sedangkan satuan percobaan yang lain menerima famili sebaran ke m+1, maka permasalahan ini dapat
diputuskan melalui nilai fungsi kemungkinan maksimumnya. Misalnya famili sebaran yang terpilih adalah famili sebaran ke m+1, sedangkan famili sebaran
ke m memiliki nilai fungsi kemungkinan maksimum kedua terbesar yang selisihnya dengan nilai fungsi kemungkinan maksimum tertinggi sangat kecil
sehingga dapat diabaikan. Dengan demikian famili sebaran ke m dapat diterima sebagai famili sebaran terbaik. Apabila persyaratan ini tidak terpenuhi, maka
famili sebaran yang terpilih tetap adalah famili sebaran yang memiliki nilai fungsi kemungkinan maksimum tertinggi.
c. Pengujian Keabsahan Model
Prosedur pengujian tingkat keabsahan model famili sebaran, dicobakan
untuk seluruh setiap kelompok jenis pohon yang diikutsertakan dalam penelitian ini dengan berdasarkan data yang diperoleh dari petak ukur gabungan dari setiap
petak contoh. ln Lfi ; X
Suatu model dianggap memiliki tingkat keabsahan yang tinggi jika cukup fakta adanya konsistensi penerimaan model tersebut, yaitu jika ia diterima oleh
lebih dari 60 anggota populasi yang diselidiki untuk kelompok jenis pohon yang sama.
d. Penerapan Model Struktur Tegakan Hutan
1. Penentuan kerapatan tegakan
Kerapatan tegakan dapat ditentukan dengan rumus :
1 p
i i
N N
=
=
∑
pohon per ha
2 2
- 2
2 min
. -
. 10
10
k i
k i
x k
k x
i i
i xmaks
x
f x dx N
p x x
x N
N x p x
f x dx
+
≤ ≤ +
=
= ≥
≥
∫ ∫
pohon per ha
Dimana : N = kerapatan pohon tegakan rata-rata per hektar.
fx = fungsi kepekatan dari famili sebaran terpilih. x
i
= diameter tengah kelas diameter ke-i. k = selang kelas diameter.
N
i
= kerapatan pohon pada kelas diameter ke-i. 2.
Penentuan luas bidang dasar tegakan Luas bidang dasar tegakan dapat ditentukan dengan rumus :
2
. . 4
i i
D xi N
π
=
m
2
ha
Dimana Di = luas bidang dasar tegakan kelas diameter ke-i. x
i 2
= diameter tengah pohon pada kelas diameter ke-i. N
i
= nilai kerapatan pohon kelas diameter ke-i.
Sehingga luas bidang dasar tegakan total adalah :
2 1
. 4
p i
i i
D x
N π
=
=
∑
m
2
ha
Dimana p = jumlah kelas diameter pohon untuk masing-masing klasifikasi tebaran data yang diamati.
3. Penentuan volume tegakan
Volume tegakan kelas diameter ke-i ditentukan dengan rumus :
.
i i
i
V v N
=
m
3
ha Dimana : V
i
= volume tegakan kelas diameter ke-i. N
i
= kerapatan pohon tegakan pada kelas diameter ke-i. v
i
= tabel volume lokal untuk jenis pohon torem dibuat berdasarkan data hasil penelitian dengan menggunakan
persamaan regresi sederhana berbentuk non linier, yaitu
1
b
V b D
= Husch et al. 2003.
Sehingga besarnya nilai volume tegakan total adalah :
1
.
p i
i i
V v N
=
=
∑
m
3
ha Dimana p = banyaknya kelas diameter
e. Pengujian kesesuaian model