2.2.1 Beberapa Pola Sebaran Spasial 2.2.1.1 Pola Sebaran Poisson
Bliss 1953 yang diacu dalam Susanti 2000 menyatakan bahwa jika setiap unit dalam suatu seri memiliki peluang yang sama untuk ditempati oleh individu,
maka pola sebaran spasialnya akan mengikuti pola sebaran spasial poisson, dimana setiap unit memiliki rata-rata populasi yang sama seperti frekuensi
dugaannya. Jika beberapa individu memiliki kelompok secara acak dan independen
terhadap individu lain, dan total jumlah individu di dalam kelompok jauh lebih kecil daripada total jumlah kelompok yang ada, maka jumlah kelompok dengan
jumlah individu adalah merupakan variasi sebaran poisson Poole 1974. Untuk sebaran populasi acak, model poisson memberikan probabilitas untuk
jumlah individu per unit contoh, sesuai keadaan berikut : 1 setiap unit contoh memiliki peluang penyebaran individu yang sama, 2 keberadan individu dalam
unit contoh tidak dipengaruhi oleh keberadaan individu lain, 3 setiap unit contoh tersedia secara sama, 4 jumlah individu per unit contoh relatif rendah terhadap
jumlah maksimum yang mungkin ada di dalam unit contoh Greig-Smith 1983; Ludwig dan Reynold 1988.
2.2.1.2 Pola Sebaran Binomial Negatif
Pola sebaran binomial negatif adalah pola sebaran spasial yang secara lengkap didefenisikan oleh dua parameter yaitu rata-rata m dan eksponen positif
k. Selain itu, pola sebaran spasial binomial negatif adalah suatu perluasan dari seri poisson dimana rata-rata populasi, yang merupakan parameter sebaran
poisson, tidak konstan tetapi bervariasi secara kontinyu dalam proporsi distribusi terhadap X
2
Bliss 1953; Susanti 2000. Dijelaskan pula bahwa jika kehadiran suatu individu dalam suatu divisi
meningkatkan peluang individu lain berada pada divisi tersebut, maka binomial negatif akan dapat menggambarkannya dengan jelas.
2.2.1.3 Pola Sebaran Positif Binomial
Bliss 1953 yang diacu dalam Susanti 2000 menyatakan bahwa jika kehadiran suatu individu dalam suatu areal menurunkan peluang individu lain
berada pada areal tersebut, maka pola sebaran positif binomial akan dapat menerangkannya dengan jelas. Sementara itu Iwao 1972 yang diacu dalam
Susanti 2000 menyatakan bahwa setiap kuadrat memiliki probabilitas yang sama untuk ditempati oleh individu tetapi kapasitas kuadrat terbatas, maka kita
memiliki pola sebaran positif binomial.
2.2.1.4 Indeks Morisita
Indeks Morisita merupakan salah satu metode yang dapat dipakai untuk melihat pola penyebaran individu dalam suatu ekosistem Morisita 1962;
Krebs 1989. Dalam penelitiannya, Myers 1978 yang diacu dalam Krebs 1989 mengatakan bahwa standarisasi indeks Morisita merupakan salah satu indeks
terbaik dalam mengukur penyebaran karena tidak bergantung pada kerapatan populasi dan ukuran sampel. Jika nilai indeks lebih besar dari satu, maka
penyebaran akan menggerombol atau teragregasi. Jika penyebaran seragam dan teratur, maka indeks kurang dari satu Michael 1994.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Seng et al. 2004 pada hutan Dipterocarpaeae dataran tinggi di Peninsular Malaysia menunjukkan bahwa pola
sebaran jenis Shorea curtissii pada petak coba sebelum penebangan adalah kelompok dengan nilai I
δ
= 1,63 pada selang kepercayaan 5. Dari hasil penelitiannya, Hanum et al. 2007 mengemukakan bahwa pola sebaran jenis
pohon pada kedua hutan primer yakni di Pahang dan Johor Malaysia adalah acak dan berkelompok.
Fordjour et al. 2008 mempelajari pola sebaran dari beberapa jenis tumbuhan pemanjat di Hutan Hujan Gugur Daun KNUST Botanic Garden, Ghana
dan mendapatkan bahwa hampir sebagian besar yakni 82 jenis tumbuhan pemanjat memiliki pola sebaran kelompok, 16 berpola seragam dan 2 berpola
acak. Pola seragam pada jenis dominan dan kodominan penyusun hutan kerangas bekas kebakaran di Taman Nasional Danau Sentarum Kalimantan Barat juga
dilaporkan oleh Onrizal, dkk 2005. Dikemukan bahwa pola seragam yang terjadi disebabkan karena adanya persaingan dalam mendapatkan hara dan ruang.
2.3 Keadaan Umum Torem Manilkara kanosiensis 2.3.1 Ciri Umum Torem