commit to user 23
benda, tindak pidana pemalsuan, tindak pidana terhadap nama baik, terhadap kesusilaan dan lain sebagainya.
k. Dari sudut berapa kali perbuatan untuk menjadi suatu larangan, dibedakan antara tindak pidana tunggal enkelvoudige delicten dan tindak pidana
berangkai samengestelde delicten.
4. Tinjauan Tentang Upaya Hukum
a. Pengertian Upaya Hukum Upaya hukum adalah hak terdakwa atau Penuntut Umum untuk
tidak menerima putusan pengadilan yang berupa perlawanan atau banding atau kasasi atau hak terpidana untuk mengajukan permohonan peninjauan
kembali dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini Pasal 1 butir 12 KUHAP.
b. Jenis Upaya Hukum 1 Upaya Hukum Biasa
Upaya hukum biasa terdiri dari dua bagian, bagian kesatu tentang pemeriksaan banding dan bagian kedua tentang pemeriksaan
kasasi. a Pemeriksaan Tingkat Banding
Kalau Pasal 233 ayat 1 KUHAP ditelaah dan dihubungkan dengan Pasal 67 KUHAP, maka dapat disimpulkan bahwa semua
putusan pengadilan tingkat pertama Pengadilan Negeri dapat dimintakan banding ke pengadilan tinggi oleh terdakwa atau yang
khusus dikuasakan untuk itu atau penuntut umum dengan beberapa kekecualian. Kekecualian untuk mengajukan banding menurut Pasal
67 KUHAP tersebut ialah : 1 Putusan bebas Vrijspraak
2 Lepas dari segala tuntutan hukum yang menyangkut kurang tepatnya penerapan hukum
3 Putusan pengadilan dalam acara cepat
commit to user 24
Sebenarnya tujuan banding itu ada dua : 1 Menguji
putusan pengadilan
tingkat pertama
tentang ketepatannya;
2 Untuk pemeriksaan baru untuk keseluruhan perkara itu Oleh sebab itu banding sering disebut juga revisi.
Pemeriksaan banding sebenarnya merupakan suatu penilaian baru judicium novum. Jadi, dapat diajukan saksi-saksi baru, ahli-ahli
dan surat-surat baru. Yang berhak mengajukan banding ialah terdakwa atau yang
dikuasakan khusus untuk itu atau penuntut umum. Waktu untuk mengajukan banding ialah tujuh hari sesudah putusan dijatuhkan atau
setelah putusan diberitahukan kepada terdakwa yang tidak hadir Pasal 233 ayat 1 dan 2 KUHAP. Jika waktu tujuh hari telah
lewat tanpa diajukan banding oleh yang bersangkutan dianggap telah menerima putusan Pasal 234 ayat 1 KUHAP. Dalam hal ini
panitera mencatat dan membuat akta mengenai hal itu serta melekatkan akta tersebut pada berkas perkara Pasal 234 ayat 2
KUHAP. Berhubung dengan tidak diperkenankannya banding terhadap
putusan bebas vrijspraak itu, perlu diperhatikan adanya istilah “bebas murni” dan “bebas tidak murni” zuivere vrijspraak en
nietzuivere vrijspraak dan “ lepas dari segala tuntutan hukum terselubung bedekte ontslag van rechtsvervolging. Istilah-istilah
tersebut sangat penting karena telah berkembang suatu yurisprudensi yang mengatakan bahwa bebas dari dakwaan vrijspraak tidak boleh
dibanding berarti yang bebas murni zuivere vrijspraak. Sedangkan yang bebas tidak murni niet-zuivere vrijspraak dapat dibanding.
b Kasasi Tujuan kasasi ialah untuk menciptakan kesatuan penerapan
hukum dengan jalan membatalkan putusan yang bertentangan
commit to user 25
dengan Undang-undang atau keliru dalam menerapkan hukum Andi Hamzah, 2000:292. Kemudian dalam perundang-undangan Belanda
tiga alasan untuk melakukan kasasi yaitu : 1 Apabila terdapat kelalaian dalam acara vormverzuim
2 Peraturan hukum tidak dilaksanakan atau ada kesalahan pada pelaksanaannya
3 Apabila tidak dilaksanakan cara melakukan peradilan menurut cara yang ditentukan Undang-undang.
Pemeriksaan dalam tingkat kasasi dilakukan oleh Mahkamah Agung atas permintaan para pihak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 244 dan Pasal 248 guna menentukan : 1 Apakah benar suatu peraturan hukum tidak diterapkan atau
diterapkan tidak sebagaimana mestinya; 2 Apakah benar cara mengadili tidak dilaksanakan menurut
ketentuan Undang-undang; 3 Apakah benar pengadilan telah melampaui batas wewenangnya.
Suatu permohonan kasasi dapat diterima atau ditolak untuk diperiksa oleh Mahkamah Agung, Menurut KUHAP, suatu
permohonan ditolak jika : 1 Putusan yang dimintakan kasasi ialah putusan bebas Pasal 244
KUHAP . Senada dengan ini putusan Mahkamah Agung tanggal 19-9-1956 Nomor. 70 KKr1956.
2 Melewati tenggang waktu penyampaian permohonan kasasi kepada panitera pengadilan yang memeriksa perkaranya, yaitu
empat belas hari sesudah putusan disampaikan kepada terdakwa Pasal 245 KUHAP. Senada dengan itu, putusan mahkamah
Agung tanggal 12-9-1974 Nomor. 521KKr1975. 3 Sudah ada keputusan kasasi sebelumnya mengenai perkara
tersebut. Kasasi hanya dilakukan sekali Pasal 247 ayat 4 KUHAP
commit to user 26
4 Permohonan tidak mengajukan memori kasasi Pasal 248 ayat 1 KUHAP, atau tidak memberitahukan alasan kasasi kepada
panitera, jika pemohon tidak memahami hukum Pasal 248 ayat 2 KUHAP, atau pemohon terlambat mengajukan memori
kasasi, yaitu empat belas hari sesudah mengajukan permohonan kasasi Pasal 248 ayat 1 dan 4 KUHAP.
5 Tidak ada alasan kasasi atau tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 253 ayat 1 KUHAP tentang alasan kasasi.
Selain syarat-syarat yang ditentukan oleh KUHAP tersebut, juga perlu ditinjau yurisprudensi Mahkamah Agung yang berkaitan
dengan penolakan kasasi seperti: 1 Permohonan diajukan oleh seorang kuasa tanpa kuasa khusus
Putusan Mahkamah Agung tanggal 11 September 1958 Nomor. 117 K Kr1958.
2 Permohonan kasasi diajukan sebelum ada putusan akhir Pengadilan Tinggi Putusan Mahkamah Agung tanggal 17 Mei
1958 Nomor. 66 KKr1958. 3 Permohonan kasasi terhadap putusan sela Putusan Mahkamah
Agung tanggal 25 Februari 1958 Nomor. 320 KKr1957. 4 Permohonan kasasi dicap jempol tanpa pengesahan oleh pejabat
berwenang Putusan Mahkamah Agung tanggal 5 Desember 1961 Nomor. 137 KKr1961.
2 Upaya Hukum Luar Biasa a Pemeriksaan Tingkat Kasasi demi Kepentingan Hukum
Dalam peraturan lama kasasi demi kepentingan hukum ini telah diatur bersama kasasi biasa dalam satu Pasal, yaitu Pasal 17
Undang-undang Mahkamah Agung Undang-Undang Nomor. 1 Tahun 1950 yang mengatakan bahwa kasasi dapat dilakukan atas
permohonan pihak yang berkepentingan atau atas permohonan Jaksa Agung karena jabatannya, dengan pengertian bahwa kasasi atas
permohonan Jaksa Agung hanya semata-mata untuk kepentingan
commit to user 27
hukum dengan tidak dapat merugikan pihak-pihak
yang berkepentingan. Jadi hanya dibedakan kasasi pihak dan kasasi karena
jabatan Jaksa Agung. Kasasi karena jabatan inilah yang sama dengan kasasi demi kepentingan hukum sebagai upaya hukum luar biasa
menurut Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana. Menurut Pasal 259 ayat
1 KUHAP, Jaksa Agung dapat mengajukan satu kali permohonan kasasi terhadap semua putusan yang telah memperoleh
kekutan hukum tetap dari pengadilan lain selain daripada Mahkamah Agung, demi kepentingan hukum. Sebagai upaya hukum luar biasa,
kasasi demi kepentingan hukum itu maksudnya ialah untuk mencapai kesatuan penafsiran hukum oleh pengadilan.
Kasasi demi kepentingan hukum diajukan jika sudah tidak ada upaya hukum biasa yang dapat dipakai. Permohonan kasasi
diajukan oleh Jaksa Agung kepada Mahkamah Agung melalui panitera yang telah memutus perkara tersebut dalam tingkat pertama,
disertai risalah yang menjadi alasan, kemudian panitera meneruskan kepada yang berkepentingan Pasal 260 KUHAP. Salinan keputusan
Mahkamah Agung disampaikan kepada Jaksa Agung dan kepada pengadilan yang bersangkutan, disertai berkas perkara Pasal 261
KUHAP. Ketentuan tentang kasasi demi kepentingan hukum bagi pengadilan dalam lingkungan peradilan umum berlaku juga bagi
peradilan militer Pasal 262 KUHAP. Jadi, pada umumnya sama saja dengan kasasi biasa, kecuali dalam kasasi demi kepentingan
hukum ini penasihat hukum tidak lagi dilibatkan. Jika Mahkamah Agung menerima permohonan kasasi demi kepentingan hukum maka
Mahkamah Agung membatalkan putusan pengadilan yang lebih rendah, dan dengan demikian terjawablah keragu-raguan atau hal
yang dipermasalahkan itu.
commit to user 28
b Peninjauan Kembali Putusan Pengadilan yang Telah Memperoleh Kekuatan Hukum Tetap
Mengenai perkara pidana, diatur dalam Pasal 9, yang mengatakan bahwa Mahkamah Agung dapat meninjau kembali suatu
putusan pidana yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap yang mengandung pemidanaan, dengan alasan :
1 Apabila dalam putusan-putusan yang berlainan terdapat keadaan- keadaan yang dinyatakan terbukti, akan tetapi satu sama lain
bertentangan. 2 Apabila terdapat sesuatu keadaan, sehingga menimbulkan
persangkaan yang kuat, bahwa apabila keadaan itu diketahui pada waktu sidang masih berlangsung, putusan yang akan dijatuhkan
akan mengandung pembebasan terpidana dari tuduhan, pelepasan dari tuntutan hukum atas dasar perbuatan bahwa perbuatan yang
akan dijatuhkan itu tidak dapat dipidana, pernyataan tidak dapat diterimanya tuntutan jaksa untuk menyerahkan perkara ke
persidangan pengadilan atau penerapan ketentuan-ketentuan pidana lain yang lebih ringan.
Dibanding dengan ketentuan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana yang tersebut pada Pasal 263 ayat 2 KUHAP, maka
terlihat keduanya hampir sama. Ketentuan dalam Kitab Undang- undang Hukum Acara Pidana itu mengatakan :
Permintaan peninjauan kembali dilakukan atas dasar : 1 Apabila terdapat keadaan baru yang menimbulkan dugaan kuat,
bahwa jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih berlangsung, hasilnya akan berupa putusan bebas atau putusan
lepas dari segala tuntutan hukum atau tuntutan penuntut umum tidak dapat diterima atau terhadap perkara itu diterapkan
ketentuan pidana yang lebih ringan; 2 Apabila dalam pelbagai putusan terdapat pernyataan bahwa
sesuatu telah terbukti, akan tetapi hal atau keadaan sebagai dasar
commit to user 29
dan alasan putusan yang dinyatakan telah terbukti itu, ternyata telah bertentangan satu dengan yang lain;
3 Apabila putusan itu dengan jelas memperlihatkan suatu kekhilafan hakim atau suatu kekeliruan yang nyata.
Kemudian, ayat 3 Pasal 273 KUHP tersebut mengatakan bahwa atas dasar alasan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap dapat diajukan permintaan peninjauan kembali apabila dalam putusan itu suatu perbuatan yang didakwakan telah
dinyatakan terbukti akan tetapi tidak diikuti oleh suatu pemidanaan. Pasal 266 ayat 2 KUHAP ditentukan bahwa dalam hal
Mahkamah Agung berpendapat bahwa permintaan peninjauan kembali dapat diterima untuk diperiksa, berlaku ketentuan sebagai
berikut : 1 Apabila mahkamah Agung tidak membenarkan alasan pemohon,
Mahkamah Agung menolak permintaan peninjauan kembali dengan menetapkan bahwa putusan yang dimintakan peninjauan
kembali itu tetap berlaku disertai dasar pertimbangannya. 2 Apabila Mahkamah Agung membenarkan alasan pemohon,
Mahkamah Agung membatalkan putusan yang dimintakan peninjauan kembali itu dan menjatuhkan putusan yang dapat
berupa : a Putusan bebas
b Putusan lepas dari segala tuntutan hukum c Putusan tidak dapat menerima tuntutan penuntut umum
d Putusan dengan menetapkan ketentuan pidana yang lebih ringan.
commit to user 30
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 1.1 Skematik Kerangka Pemikiran
Penjelasan :
Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, sebagai negara hukum Indonesia menerima hukum sebagai ideologi untuk menciptakan
ketertiban, keamanan, keadilan serta kesejahteraan bagi warga negaranya. Konsekuensi dari dianutnya hukum sebagai ideologi oleh suatu negara adalah
bahwa hukum mengikat setiap tindakan yang dilakukan oleh warga negara Indonesia, maka hukum juga wajib memberikan timbal balik terhadap negara
yang menerimanya sebagai ideologi, dengan cara memperhatikan kebutuhan dan kepentingan-kepentingan
anggota-anggota masyarakat
serta memberikan
pelayanan kepada masyarakat. Negara Hukum
Perkara Sumpah Palsu
Proses Pengadilan
Upaya Hukum
Pengajuan Kasasi Alasan Kasasi
Putusan