commit to user 53
mengadili perkara ini banyak keterangan saksi-saksi dan alat bukti lainnya yang tidak dijadikan pertimbangan dalam menjatuhkan putusan yaitu sebagai
berikut : Dalam uraian putusan Hakim Pengadilan Negeri Purbalingga yang
memeriksa dan mengadili perkara ini banyak keterangan saksi-saksi dan alat bukti lainnya yang tidak dijadikan pertimbangan dalam menjatuhkan putusan
yaitu sebagai berikut : a. Dalam putusannya Hakim tidak mempertimbangkan replik dari Penuntut
Umum tetapi dalam putusannya Hakim lebih banyak mempertimbangkan pembelaan dari Terdakwa sehingga hal tersebut tidak terjadinya
keseimbangan dalam membuat pertimbangan dalam memutus perkara ; b. Dalam putusannya Hakim tidak mempertimbangkan keterangan saksi-
saksi dan alat bukti surat yang mempunyai nilai pembuktian justru hakim mempertimbangkan saksi-saksi yang mempunyai kepentingan atas perkara
ini.
7. Pembahasan
Pemeriksaan pada tingkat kasasi, dimaksudkan untuk meneliti apakah dalam pemeriksaan yang dilaksanakan oleh pengadilan bawahan terdapat hal
apakah benar peraturan hukum tidak diterapkan atau diterapkan tidak sebagaimana mestinya; apakah benar cara mengadili tersebut tidak
dilaksanakan menurut ketentuan undang-undang atau apakah benar pengadilan bawahan tersebut dalam mengadili melampaui batas wewenangnya. Ketiga hal
tersebut dikatakan sebagai alasan kasasi karena hal-hal tersebutlah yang dapat dijadikan dasar pemeriksaan pada tingkat kasasi. Mengajukan alasan lain
untuk meminta pemeriksaan kasasi atas putusan pengadilan bawahan tidak dapat dibenarkan. Dengan kata lain alasan-alasan kasasi tersebut bersifat
limitatif. Mengajukan permohonan kasasi, pemohon kasasi wajib mengajukan
memori kasasi yang memuat alasan permohonan kasasi dan dalam waktu 14 empat belas hari setelah mengajukan permohonan kasasi, pemohon harus
commit to user 54
sudah menyerahkannya kepada panitera, dan atas penyerahan itu, panitera memberikan surat tanda terima. Surat tanda terima yang dibuat panitera atas
penerimaan memori kasasi tersebut, dalam praktek dikenal sebagai Akta Penerimaan Risalah Kasasi. Kewajiban pemohon kasasi untuk mengajukan
memori kasasi dalam tenggang waktu yang ditentukan tersebut bersifat imperatif. Bila pemohon kasasi tidak menyerahkan memori kasasi atau
menyarahkan memori kasasi melampaui tenggang waktu yang ditentukan, maka hak untuk mengajukan permohonan kasasi gugur.
Kasasi sebagai upaya hukum karena kasasi adalah salah satu bentuk dari upaya hukum yang dapat ditempuh oleh terdakwa atau penuntut umum
apabila ia tidak dapat menerima putusan pengadilan pada tingkat terakhir. Kasasi sebagai upaya hukum dapat berbentuk kasasi biasa yang diajukan oleh
terdakwa atau penuntut umum dan kasasi demi kepentingan hukum yang diajukan oleh Jaksa Agung sebagai upaya hukum luar biasa. Kasasi biasa
diajukan terhadap putusan pengadilan yang belum memperoleh kekuatan hukum tetap, sedangkan kasasi demi kepentingan hukum diajukan terhadap
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Kasasi demi kepentingan hukum hanya dapat diajukan oleh Jaksa Agung.
Putusan bebas dalam pengertian bebas murni” yang telah diputuskan oleh judexfactie sesungguhnya tidak dapat dilakukan upaya hukum, baik
upaya hukum biasa maupun upaya hukum luar biasa. Ketentuan ini ditegaskan di dalam Pasal 244 KUHAP, yang berbunyi “Terhadap putusan perkara pidana
yang diberikan pada tingkat terakhir oleh pengadilan lain selain dari pada Mahkamah Agung, terdakwa atau penuntut umum dapat mengajukan
permintaan pemeriksaan kasasi kepada Mahkamah Agung kecuali terhadap putusan bebas.”
Namun dalam praktiknya JaksaPenuntut Umum selalu tidak mengindahkan ketentuan ini, hampir semua putusan bebas bebas murni oleh
Penuntut Umum tetap dimajukan kasasi. Jika dicermati sebenarnya di dalam Pasal 244 KUHAP tidak membedakan apakan putusan bebas tersebut murni
commit to user 55
atau tidak, yang ada hanya “Putusan Bebas”. Tapi dalam praktiknya telah dilakukan dikotomi, yaitu putusan bebas murni atau bebas tidak murni.
Adapun tentang alasan JaksaPenuntut Umum yang tetap mengajukan kasasi terhadap putusan bebas murni selalu mengambil berdalih, antara lain :
1 Pengadilan Negeri atau Pengadilan Tinggi Judexfactie telah salah menerapkan hukum pembuktian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 185 ayat
3 dan ayat 6 KUHAP ; 2 Cara mengadili yang dilakukan Judexfactie tidak dilaksanakan menurut ketentuan Undang-undang ; 3 Putusan Judexfactie
bukan merupakan putusan bebas murni vrijspraak, melainkan putusan “bebas tidak murni”.
Sedangkan dalil hukum yang digunakan JaksaPenuntut Umum dalam memajukan kasasi terhadap putusan bebas adalah selalu sama yaitu mengacu
pada Keputusan Menteri Kehakiman RI No.M.14-PW.07.03 tahun 1983 tanggal 10 Desember 1983 tentang Tambahan Pedoman Pelaksanaan KUHAP
TPP KUHAP yang di dalam butir ke-19 TPP KUHAP tersebut ada menerangkan, “ Terdahadap putusan bebas tidak dapat dimintakan banding;
tetapi berdasarkan situasi dan kondisi, demi hukum, keadilan dan kebenaran, terhadap putusan bebas dapat dimintakan kasasi. Hal ini didasarkan
yurisprudensi ”. Intinya TPP KUHAP ini menegaskan perlunya Yurisprudensi yang dijadikan rujukan atau referensi untuk mengajukan kasasi terhadap
putusan bebas. Secara hukum dapat dipastikan TPP KUHAP dan Yurisprudensi tidak
cukup kuat atau tidak dapat dijadikan dalil hukum bagi JaksaPenuntut Umum untuk melakukan kasasi terhadap putusan bebas sebagaimana dimaksud di
dalam Pasal 244 KUHAP, karena TPP KUHAP yang merupakan produk Keputusan Menteri Kehakiman dan Putusan Hakim yang berkekuatan hukum
tetap Yurisprudensi bukan merupakan sumber tertib hukum yang berlaku di Indonesia. Dalam TAP MPR RI No. III tahun 2000 telah menetapkan Sumber
Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan sebagai Sumber Tertib Hukum yang berlaku di Indonesia, yaitu : 1 UUD 1945 ; 2 Ketetapan
MPR RI ; 3 Undang-undang ; 4.Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
commit to user 56
undang perpu ; 5.Peraturan Pemerintah ; 6 Keputusan Presiden yang Bersifat Mengatur ; dan 7. Peradturan daerah ;.Yurisprudensi dalam putusan
bebas tidak dapat dijadikan dalil hukum oleh JaksaPenuntut Umum, apalagi jika mengingat banyaknya Hakim di dalam memutuskan suatu perkara
menganut asas “opportunity” yang pada gilirannya mengakibatkan tidak tegasnya apakah yurisprudensi dapat menjadi sumber hukum atau tidak M
Sofyan Lubis, Kasasi terhadap Putusan Bebas Murni, diakses di : http:sofyanlubis.blogspot.com
. Menurut Penulis alasan yang digunakan oleh Penuntut Umum
Kejaksaan Negeri Purbalingga dalam permohonan kasasi ke Mahkamah Agung dalam perkara sumpah palsu sudah sesuai dengan ketentuan KUHAP,
khususnya Pasal 253 yaitu apakah benar suatu putusan hakim tidak diterapkan atau diterapkan tidak sebagaimana mestinya, apakah benar cara mengadili
tidak dilaksanakan menurut ketentuan undang-undang dan apakah benar pengadilan telah melampaui batasan wewenangnya.
Berdasarkan alasan tersebut, menurut Pasal 255 KUHAP, maka putusan pengadilan yang dimintakan Kasasi dapat dibatalkan karena :
a. Peraturan hukum tidak diterapkan atau diterapkan tidak sebagaimana mestinya, maka Mahkamah Agung mengadili sendiri perkara tersebut.
b. Cara mengadili tidak dilaksanakan menurut ketentuan undang-undang, Mahkamah Agung menetapkan disertai petunjuk agar pengadilan yang
memutus perkara yang bersangkutan memeriksanya lagi mengenai bagian yang dibatalkan, atau berdasarkan alasan tertentu Mahkamah Agung dapat
menetapkan perkara tersebut diperiksa oleh pengadilan setingkat yang lain. c. Pengadilan atau hakim yang besangkutan tidak berwenang mengadili
perkara tersebut. Mahkamah Agung menetapkan pengadilan atau hakim lain mengadili perkara tersebut.
commit to user 57
B. Kesesuaian Pertimbangan Hakim Kasasi dalam Memeriksa dan