commit to user 30
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 1.1 Skematik Kerangka Pemikiran
Penjelasan :
Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, sebagai negara hukum Indonesia menerima hukum sebagai ideologi untuk menciptakan
ketertiban, keamanan, keadilan serta kesejahteraan bagi warga negaranya. Konsekuensi dari dianutnya hukum sebagai ideologi oleh suatu negara adalah
bahwa hukum mengikat setiap tindakan yang dilakukan oleh warga negara Indonesia, maka hukum juga wajib memberikan timbal balik terhadap negara
yang menerimanya sebagai ideologi, dengan cara memperhatikan kebutuhan dan kepentingan-kepentingan
anggota-anggota masyarakat
serta memberikan
pelayanan kepada masyarakat. Negara Hukum
Perkara Sumpah Palsu
Proses Pengadilan
Upaya Hukum
Pengajuan Kasasi Alasan Kasasi
Putusan
commit to user 31
Bukti konkrit dari hukum yang mengikat dan mengatur setiap tindakan yang dilakukan oleh setiap warga Negara Indonesia adalah setiap warga negara
yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan harus mendapatkan proses peradilan untuk memepertanggung jawabkan perbuatan yang
dilakukannya tersebut. Tujuan umum dari proses peradilan pidana tidaklah semata-mata menjatuhkan hukuman. Keseluruhan proses pemeriksaan ditujukan
pada pengungkapan kebenaran materiil. Penting dalam keseluruhan proses persidangan adalah mengungkap apa yang sesungguhnya telah terjadi dan
mengapa itu terjadi. Proses peradilan pidana dalam pengungkapan kebenaran dilakukan dengan
pembuktian yaitu mengajukan alat-alat bukti berupa keterangan saksi keterangan korban, keterangan ahli, surat, petunjuk, dan keterangan terdakwa. Ditinjau dari
perspektif sistem peradilan pidana, perihal pembuktian merupakan hal yang sangat determinan bagi setiap pihak yang terlibat secara langsung dalam proses
pemeriksaan perkara pidana, khususnya dalam hal menilai terbukti atau tidak terbuktinya kesalahan yang dilakukan seseorang.
Dalam perkara sumpah palsu ini setiap pihak yang tidak merasa puas oleh akan adanya putusan yang telah dijatuhakan hakim, maka para pihak dapat
mengajukan upaya hukum untuk mendapatkan keadilan seperti yang mereka harapakan atau mereka inginkan. Upaya hukum selanjutnya yang harus ditempuh
yakni upaya hukum banding. Tujuan dari diadakannya banding yaitu, pertama untuk menguji keputusan pengadilan tingkat pertama tentang ketepatannya, dan
kedua untuk pemeriksaan baru untuk keseluruahan perkara itu. Oleh karena itu banding juga dapat disebut dengan revisi.
Berdasarkan putusan banding yang dilakukan oleh pengadilan tinggi apabila terdakwa dengan kuasa hukumnya dan atau penuntut umum merasa belum
puas maka selanjutnya dilakukan upaya hukum kasasi. Tujuan dari dilakukannya upaya hukum ini adalah, pertama memperbaiki dan meluruskan kesalahan
penerapan hukum, agar hukum benar-benar dapat diterapkan sebagaimana mestinya serta apakah cara mengadili perkara benar-benar dilakukan menurut
ketentuan undang-undang. Kedua disamping tindakan korelasi yang dilakukan
commit to user 32
Mahkamah Agung dalam peradilan kasasi, adakalanya tindakan kolerasi itu sekaligus menciptakan ”hukum baru” dalam bentuk yurisprudensi. Dan yang
ketiga yaitu bertujuan untuk pengawasan terciptanya keseragaman penerapan hukum.
Pemeriksaan kasasi oleh hakim Mahkamah Agung tersebut menggunakan berbagai pertimbangan dan penerapan hukum dalam memutus
perkara, sehingga putusan yang dikeluarkan Mahkamah Agung memberikan keadilan bagi pihak-pihak yang bersangkutan.
commit to user 33
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kesesuaian Alasan Pengajuan Kasasi oleh Penuntut Umum terhadap
Putusan Bebas dalam Perkara Sumpah Palsu dengan Ketentuan KUHAP
1. Deskripsi Kasus
Bahwa Terdakwa Taryo Bin Ramidi pada hari Selasa tanggal 5 Februari 2008 dihadapkan ke depan persidangan sebagai saksi oleh pihak
Penggugat Bambang Setyako dkk dalam perkara Perdata Nomor. 21Pdt. G 2007PN. Pbg, antara Bambang Setyako dkk, melawan Yanti Marsiti dkk.
Dalam kesaksiannya di atas sumpah Terdakwa memberikan keterangan yang antara lain adalah Terdakwa disuruh oleh saksi Yanti Marsiti dan saksi
Bambang Kristianto untuk meminjam uang kepada saksi Bambang Setyako dan saksi Edi Setyako sebesar Rp.147.785.000,- dengan jaminan 21 lembar
warkat pengambilan tabunganpinjaman di Kospin Jasa Bobotsari, padahal Terdakwa menyadari bahwa keterangan yang diberikan tersebut adalah
keterangan yang tidak benar atau palsu dan yang sebenarnya adalah saksi Yanti Marsiti dan saksi Bambang Kristianto tidak pernah menyuruh
Terdakwa untuk meminjam uang kepada saksi Bambang Setyako dan saksi Edi Setyako dengan jaminan 21 lembar Warkat tersebut.
Akibat keterangan yang tidak benarpalsu yang telah diterangkan oleh Terdakwa sewaktu menjadi saksi dalam perkara gugatan tersebut
mengakibatkan sasksi Yanti Marsiti dan saksi Bambang Kristianto merasa dirugikan baik materiil maupun immateriil. Atas perbuatan Terdakwa
sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 242 ayat 1 KUHP. Berdasarkan putusan Pengadilan Negeri Purbalingga Nomor.
108Pid.B2008PN. Pbg, tanggal 6 Januari 2009 dan Putusan Pengadilan Tinggi Jawa Tengah dengan putusan Nomor. 227Pdt2008 Pt. Smg tanggal 6
Oktober 2008 yang mana Penuntut Umum merasa bahwa peraturan hukum 33