r
X
Jumlah Total PDRB di Daerah r
Jumlah PDRB sector i di Daerah lebih tinggi
n i
X
n
X
Jumlah Total PDRB di Daerah lebih tinggi
Adapun hasil analisis LQ dikelompokkan sebagai berikut : 1. LQ 1 = daerah i lebih berspesialisasi dalam memproduksi sektor i dibandingkan
sektor i nasional atau daerah yang lebih tinggi. 2. LQ 1 = daerah i tidak berspesialisasi dalam memproduksi sektor i dibandingkan
sektor i nasional atau daerah yang lebih tinggi. 2. LQ = 1 = baik daerah i maupun nasional sama derajatnya dalam memproduksi
sektor i.
2.6. Pengembangan Sektor Unggulan Sebagai Strategi Pembangunan Daerah
Di era otonomi daerah, pembangunan ekonomi lokal mestinya berbasis potensi lokal daerah. Skala prioritas unggulan daerah harus ditetapkan baik secara
sektoral maupun skala lebih kecil yaitu jenis produk. Hal ini untuk lebih mengarahkan dalam memberi dukungan pencapaian peningkatan dalam memberikan
dukungan perencanaan pembangunan, alokasi sumberdaya, tata ruang wilayah dan lainnya. Termasuk juga cara memasarkan produk sektor tersebut sehingga dapat
diketahui dan menarik minat para investor dalam pengembangannya. Perlu untuk disadari bahwa pemilihan sektor unggulan tidak semata-mata
untuk tampil beda menurut ragam karakteristik daerah, tetapi terutama menjadi strategi akselerasi pembangunan daerah sendiri. Dalam identifikasi sektor unggulan
Universitas Sumatera Utara
perlu memperhatikan enam hal yaitu 1 keterkaitan tingkatan pembangunan; 2 keterkaitan antar sektor, 3 kontribusi terhadap sektor atau struktur ekonomi, 4
penyerapan tenaga kerja, 5 daya dukung SDM dan teknologi dan 6 pertimbangan strategis non ekonomi.
Keenam hal tentang identifikasi sektor unggulan dimuka dapat dijelaskan seperti berikut :
Pertama, sektor unggulan memiliki keterkaitan dengan tingkatan pembangunan daerah terutama pembangunan ekonomi. Struktur ekonomi yang
terbagi menjadi sektor primer, sekunder dan tersier. Jenis sektor unggulan akan menjadi bagian penting dalam sektor-sektor ekonomi tersebut.
Kedua, sektor unggulan dapat kemungkinan memiliki keterkaitan dengan sektor lainnya. Keterkaitan ini dapat ke belakang yaitu sektor penyedia input
backward linkage atau ke depan yaitu sektor pengguna output forward linkage. Berarti perkembangan sektor unggulan dapat menjadi pendorong perkembangan
sektor lainnya yang masih terkait. Ketiga, sektor unggulan dapat memberikan kontribusi yang besar dan dapat
diandalkan bagi perekonomian daerah. Perkembangan sektor unggulan dapat meningkatkan atau mengubah struktur ekonomi tertentu yang memiliki sektor
unggulan. Keempat, peningkatan sektor unggulan dapat memacu pertumbuhan ekonomi
daerah. Berarti terjadi peningkatan kegiatan ekonomi sehingga pada gilirannya akan
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan permintaan tenaga kerja. Peningkatan permintaan tenaga kerja akan menambah penyerapan tenaga kerja dalam perekonomian daerah.
Kelima, pengembangan sektor unggulan harus memperhatikan daya dukung SDM dan teknologi yang dimiliki oleh daerah bersangkutan. Sektor unggulan yang
menjadi andalan atau tulang punggung penting bagi perekonomian daerah membutuhkan SDM dan teknologi yang memadai untuk mengelolanya.
Keenam, pertimbangan strategis non ekonomi perlu juga diperhatikan terkait pengembangan sektor unggulan. Hal ini disebabkan oleh peran penting sektor-sektor
ekonomi untuk mendukung aspek kenegaraan lainnya seperti pertahanan dan keamanan nasional.
Menurut Rachbini 2001 ada empat syarat agar suatu sektor tertentu menjadi sektor prioritas, yakni 1 sektor tersebut harus menghasilkan produk yang
mempunyai permintaan yang cukup besar, sehingga laju pertumbuhan berkembang cepat akibat dari efek permintaan tersebut; 2 karena ada perubahan teknologi yang
teradopsi secara kreatif, maka fungsi produksi baru bergeser dengan pengembangan kapasitas yang lebih luas; 3 harus terjadi peningkatan investasi kembali dari hasil-
hasil produksi tersebut, baik swasta maupun pemerintah; 4 sektor tersebut harus berkembang, sehingga mampu memberi pengaruh terhadap sektor-sektor lainnya.
Menurut Daryanto, Hafizrianda 2010:18, keunggulan bersaing atau daya saing suatu wilayah tercipta jika kawasan tersebut memiliki kompetensi inti core
competence yang dapat dibedakan dari wilayah lainnya. Kompetensi int dapat diraih
Universitas Sumatera Utara
melalui creation of factor, yaitu upaya menciptakan berbagai faktor produksi yang jauh lebih baik dibandingkan para pesaingnya..
Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal bukan konsep baru di Indonesia, sudah diatur dalam Undang-Undang RI No. 5 tahun 1975 tentang pokok-pokok
pemerintahan di daerah. Dalam prakteknya kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal selama pemerintahan orde baru belum dapat mengurangi
ketimpangan vertikal dan horisontal, yang ditunjukkan dengan tingginya derajat sentralisasi fiskal dan besarnya ketimpangan antar daerah dan wilayah Uppal dan
Suparmoko, 1986; Sjahfrizal, 1997. Praktek internasional desentralisasi fiskal baru dijalankan pada 1 Januari 2001 berdasarkan Undang-UndangU RI No. 25 tahun 1999
yang disempurnakan dengan Undang-Undang RI No. 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Prinsip dasar
pelaksanaan desentralisasi fiskal di Indonesia ialah “Money Follows Functions”, yaitu fungsi pokok pelayanan publik didaerahkan, dengan dukungan pembiayaan
pusat melalui penyerahan sumber-sumber penerimaan kepada daerah. Berdasarkan pasal 5 Undang-Undang No. 33 tahun 2004 sumber-sumber
penerimaan daerah adalah pendapatan daerah dan pembiayaan. Pendapatan daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah PAD, dana perimbangan dan lain-lain
pendapatan. Dana Perimbangan Keuangan Pusat-Daerah PKPD merupakan mekanisme transfer pemerintah pusat-daerah terdiri dari Dana Bagi Hasil Pajak dan
Sumber Daya Alam DBHP dan SDA, Dana Alokasi Umum DAU, dan Dana Alokasi Khusus DAK. Dana pembiayaan daerah berasal dari Sisa Lebih Anggaran
Universitas Sumatera Utara
daerah SAL, pinjaman daerah, dana cadangan daerah dan privatisasi kekayaan daerah yang dipisahkan. Besarnya PAD dan pembiayaan daerah dapat
diklasifikasikan sebagai dana non PKPD, karena berasal dari pengelolaan fiskal daerah. Khusus pinjaman daerah pemerintah pusat masih khawatir dengan kondisi
utang negara, sehingga belum mengijinkan penerbitan utang daerah. Dengan berbagai aturan tersebutlah, pembiayaan pembangunan bagi daerah
dapat sedikit terasa membaik, sebab telah terjadi desentralisasi di sektor pendanaan pembangunan, yang notabene daerah dapat lebih leluasa untuk mengatur penggunaan
sumber daya alamnya. Berdasarkan pengalaman negara-negara maju, pertumbuhan yang cepat dalam
sejarah pembangunan suatu bangsa biasanya berawal dari pengembangan beberapa sektor primer. Pertumbuhan cepat tersebut menciptakan efek bola salju snow ball
effect terhadap sektor-sektor lainnya, khususnya sektor sekunder. Data PDRB merupakan informasi yang sangat penting untuk mengetahui
output pada sektor ekonomi dan melihat pertumbuhan di suatu wilayah tertentu provinsikabupatenkota. Dengan bantuan data PDRB, maka dapat ditentukannya
sektor unggulan leading sector di suatu daerahwilayah. Sektor unggulan adalah satu grup sektorsubsektor yang mampu mendorong kegiatan ekonomi dan
menciptakan kesejahteraan di suatu daerah terutama melalui produksi, ekspor dan penciptaan lapangan pekerjaan, sehingga identifikasi sektor unggulan sangat penting
terutama dalam rangka menentukan prioritas dan perencanaan pembangunan ekonomi di daerah.
Universitas Sumatera Utara
Manfaat mengetahui sektor unggulan, yaitu mampu memberikan indikasi bagi perekonomian secara nasional dan regional. Sektor unggulan dipastikan memiliki
potensi lebih besar untuk tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor lainnya dalam suatu daerah terutama adanya faktor pendukung terhadap sektor unggulan tersebut
yaitu akumulasi modal, pertumbuhan tenaga kerja yang terserap, dan kemajuan teknologi technological progress. Penciptaan peluang investasi juga dapat
dilakukan dengan memberdayakan potensi sektor unggulan yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan.
2.7.
Pengembangan Ekonomi Lokal
Dalam pengembangan ekonomi wilayah, selama ini model atau pendekatan yang diterapkan adalah melalui pendekatan perwilayahan dan penetapan pusat-pusat
pertumbuhan, sentra-sentra produksi, termasuk kawasan pengembangan ekonomi terpadu yang disusun dan ditetapkan dari pusat. Pada era otonomi daerah ini tentunya
diperlukan instrumen bagi pemerintah daerah dan pelaku ekonomi daerah untuk menyusun dan melaksanakan pembangunan ekonomi daerahnya dari perspektif
potensi dan kebutuhan daerah itu sendiri. Tentu saja perlu keterkaitan dan kerjasama antar daerah, agar tidak terjadi
persaingan yang tidak sehat, juga agar merajut kekuatan ekonomi nasional yang kuat. Namun demikian kerjasama yang berkelanjutan adalah kerjasama yang inisiatifnya
juga dari daerah-daerah sesuai kebutuhan yang dirasakannya, jadi bukan kerjasama yang sekedar mengikuti perintah pemerintah atasan.
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Ekonomi Lokal PEL pada hakekatnya merupakan proses kemitraan antara pemerintah daerah dengan para stakeholders termasuk sektor swasta
dalam mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusia maupun kelembagaan secara lebih baik melalui pola kemitraan dengan tujuan untuk mendorong
pertumbuhan kegiatan ekonomi daerah dan menciptakan pekerjaan baru. Mengembangkan ekonomi lokal berarti bekerja secara langsung membangun
economic competitiveness daya saing ekonomi suatu kota untuk meningkatkan ekonominya. Prioritasi ekonomi lokal pada peningkatan daya saing ini adalah krusial,
mengingat keberhasilan kelangsungan hidup komunitas ditentukan oleh kemampuannya beradaptasi terhadap perubahan yang cepat dan meningkatnya
kompetisi pasar. Apapun bentuk kebijakan yang diambil, PEL mempunyai satu tujuan, yaitu:
meningkatkan jumlah dan variasi lapangan kerja yang tersedia bagi penduduk setempat. Dalam mencapai itu, pemerintah daerah dan kelompok masyarakat
stakeholders dituntut untuk mengambil inisiatif dan bukan hanya berperan pasif saja. Setiap kebijakan dan keputusan publik dan sektor usaha, serta keputusan dan
tindakan masyarakat, harus pro-PEL, atau sinkron dan mendukung kebijakan pengembangan ekonomi daerah yang telah disepakati bersama.
Universitas Sumatera Utara
2.8. Penelitian Terdahulu