Keadilan yang hilang mesti dikembalikan oleh hukum. Keadilan akan diperoleh jika dilakukan maksimum penggunaan barang secara merata dengan
memperhatikan kepribadian masing-masing justice fairnes. Prinsip keadilan dirincinya dalam bentuk pemenuhan hak yang sama terhadap dasar aqual liberties;
dan pengaturan perbedaan ekonomi dan sosial sehingga akan terjadi kondisi yang tertib.
55
Ketertiban adalah tujuan hukum dimana perdamaian manusia lah yang dipertahankan oleh hukum dengan melindungi kepentingan-kepentingan manusia,
kehormatan, kemerdekaan, jiwa, harta benda dan sebagainya terhadap yang merugikannya.
56
Hukum nasional dibuat selain untuk mencapai keadilan dan ketertiban, juga sebagai sarana pembaharuan kehidupan masyarakat, agar perubahan
pembangunan itu dilakukan dengan teratur dan tertib.
57
2. Landasan Konsepsional
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa istilah sebagai landasan konsepsional untuk menghindari kesimpangsiuran pemahaman mengenai definisi atau
pengertian serta istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berkut:
55
Ibid, hal. 94.
56
Lili Rasjidi, “Peranan Hukum Dalam Pembangunan Nasional Indonesia”, dalam: Jurnal Hukum Padjdjaran Review, Hukum Responsif
, Bandung, Vol. 1 No. 1, Tahun 2005, hal. 8.
57
Mochtar Kusumaatmadja, Hukum, Masyarakat dan Pembinaan Hukum Nasional: Suatu Uraian Tentang Landasan Pikiran, Pola dan Mekanisme Pembaharuan Hukum di Indonesia
, Cetakan IV, Bandung: Putra A. Bardin, 2000, hal. 13.
Universitas Sumatera Utara
a. Tindak pidana adalah semua perbuatan yang dilarang dan diancam dengan
pidana bagi siapa saja yang melanggar larangan tersebut.
58
b. Tindak pidana korupsi adalah suatu tingkah laku dan atau tindakan seseorang
atau kelompok dalam jabatannya tidak mengikuti norma-norma hukum yang berlaku serta mengabaikan rasa kasih sayang dan tolong-menolong dalam
kehidupan bernegara atau bermasyarakat dengan mementingkan diri pribadikeluargakelompokgolongannya dan yang tidak mengikuti atau
mengabaikan pengendalian diri sehingga kepentingan lahir dan batin atau jasmani dan rohaninya tidak seimbang, tidak serasi, dan tidak selaras, dengan
mengutamakan kepentingan lahir berupa meletakkan nafsu duniawi yang berlebihan sehingga merugikan keuangan atau kekayaan negara danatau
kepentingan masyarakat atau negara, baik secara langsung maupun tidak langsung.
59
c. Aset negara adalah adalah segala harta atau kekayaan negara termasuk segala
hak-hak negara yang dapat dinilai dengan uang, benda-benda atau barang- barang negara baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak yang dapat
diformulasikan dalam bentuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
58
E.Y. Kanter dan S.R. Sianturi, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya”, Jakarta: Storia Grafika, 2002, hal. 208.
59
Juniadi Soewartojo, Op. cit., hal. 11.
Universitas Sumatera Utara
APBN dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD, serta termasuk pula Pendapatan Negara Bukan Pajak PNBP.
60
d. Perampasan aset adalah serangkaian tindakan aparat yang berwenang untuk
merampas aset-aset negara baik benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud dari koruptor sebagai hasil tindak pidana
korupsi untuk dikembalikan kepada negara.
61
e. Civil forfeiture adalah suatu model yang menggunakan pembalikan beban
pembuktian, dan memfokuskan pada gugatan terhadap aset bukan mengejar pelaku tersangka atau terdakwa sehingga aset negara dapat diselamatkan
meski tersangka telah melarikan diri atau meninggal dunia.
62
f. Kerugian keuangan negara adalah semua aset kekayaan negara yang dirugikan
akibat tindak pidana korupsi oleh seseorang atau kelompok tertentu.
63
g. Gugatan in rem adalah suatu gugatan yang substansinya merupakan
perampasan terhadap harta kekayaan hasil tindak pidana korupsi secara
60
Arifin P. Soeria Atmadja, Keuangan Publik Dalam Perspektif Hukum Teori, Praktik dan Kritik
, Jakarta: FH UI, 2005, hal. 22. Lihat juga Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
61
Mudzakkir, ”Penelusuran, Penyitaan, Perampasan, dan Pengelolaan Aset Tindak Pidana”, Makalah dalam Focus Group Discussion FGD tentang Penyitaan dan Perampasan Aset untuk
Mendukung Pencegahan dan Pemberantsan Tindak Pidana Pencucian Uang yang diselenggarakan oleh Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keungan bekerja sama dengan Departemen Hukum dan Hak
Asasi manusia Republik Indonesia, Jakarta, Tanggal 21 Juli 2009, hal. 1.
62
Bismar Nasution, Loc. cit., Lihat juga: Tambok Nainggolan, Loc. cit.
63
Eddy Milyadi Soepardi, “Memahami Kerugian Keuangan Negara Sebagai Salah Satu Unsur Tindak Pidana Korupsi”, Makalah disampaikan dalam ceramah ilmiah pada Fakultas Hukum
Universitas Pakuan Bogor, tanggal 24 Januari 2009, hal. 3.
Universitas Sumatera Utara
perdata yakni dengan pemulihan kembali harta kekayaan negara yang telah dikorupsi.
64
h. Perbuatan Melawan Hukum PMH adalah tindakan menyalahgunakan
kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada pada seseorang karena jabatan atau kedudukannya dan dilakukan dalam hubungannya dengan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi.
65
i. Pembalikan beban pembuktian adalah terdakwa harus membuktikan bahwa
dirinya bukan sebagai pelaku tindak pidana dan apabila tidak dapat membuktikan, maka terdakwa dinyatakan bersalah melakukan tindak
pidana.
66
G. Metode Penelitian
Metode adalah cara kerja atau tata kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran penelitian dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan.
67
Sedangkan penelitian merupakan suatu kerja ilmiah yang bertujuan untuk mengungkapkan
kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten.
68
Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan
pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari sesuatu atau beberapa gejala
64
Oloan Harahap, Analisis Guigatan Bersifat In Rem Terhadap Pelaku Tindak Pidana Korupsi pada Sistem Common Law
, Op. cit., hal. 2.
65
Eddy Milyadi Soepardi, Op. cit.
66
Lilik Mulyadi, Pembalikan Beban Pembuktian Tindak Pidana Korupsi, Op. cit., hal. 102.
67
Soerjono Soekanto, Ringkasan Metodologi Penelitian Hukum Empiris, Jakarta: Indonesia Hillco, 1990, hal. 106.
68
Soerjono Soekanto dan Sri Mumadji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2001, hal. 1.
Universitas Sumatera Utara
hukum tertentu dengan cara menganalisisnya.
69
Dengan demikian metode penelitian adalah upaya ilmiah untuk memahami dan memecahkan suatu masalah berdasarkan
metode tertentu.
1. Jenis dan Sifat Penelitian