BAB III PERAMPASAN ASET MILIK PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI
MELALUI INSTRUMEN CIVIL FORFEITURE
A. Stolen  Asset  Recovery  StAR  Sebagai  Program  Bersama  Bank  Dunia  dan
PBB dalam Menghadapi Masalah Korupsi
Ratifikasi UNCAC 2003 melalui Undang-undang Nomor 7 Tahun 2006 oleh pemerintah  Indonesia,  secara  politis  menempatkan  Indonesia  sebagai  salah  satu
negara  di  Asia  yang  memiliki  komitmen  pemberantasan  korupsi  melalui  kerjasama Internasional.  UNCAC  2003  merupakan  the  first  legally  binding  global  anti
corruption agreement yakni kerangka hukum yang mengikat secara global yang anti
korupsi.  Ratifikasi  UNCAC  2003,  berimplikasi  terhadap  kebijakan  perundang- undangan pemberantasan tindak pidana korupsi di Indonesia.
123
123
I.  Gusti  Ketut  Ariawan,  ”Stolen  Asset  RecoveryInitiative,  Suatu  Harapan  Dalam Pengembalian Aset Negara”, Op. cit., hal. 6. Ratifikasi UNCAC 2003 oleh pemerintah Indonesia yang
secara  politis  menempatkan  posisi  Indonesia  sebagai  salah  satu  negara  di  Asia  yang  memiliki komitmen  pemberantasan  korupsi  lewat  kerjasama  internasional,  diharap  mampu  memberikan
dorongan  terutama  bagi  negara-  negara  lain  yang  kurang  kooperatif  dalam  pengembalian  asset  hasil korupsi  di  Indonesia,  di  samping  pula  langkah  Indonesia  untuk  mencegah  dan  mengembalikan  aset
hasil  korupsi  dari  negara  lain  akan  menjadi  bagian  dari  agenda  kerjasama  internasional  dalam  upaya pemberantasan  korupsi  secara  global.  UNCAC  2003  telah  diadopsi  oleh  sidang  Majelis  Umum  PBB
dalam resolusinya No.584 tangal 31 Oktober 2003, dan terbuka untuk ditandatangani di Meksiko dari tanggal 9 Desember 11 Desember 2003. Sebelum UNCAC 2003, ada dua konvensi yang dikeluarkan
oleh  negara-negara  yang  tergabung  dalam  Uni  Eropa  Organization  of  Council  of  Europe  yaitu Criminal Law Convention on Corruption
yang telah berlaku sejak tanggal 1 Juli 2002, dan Civil Law Convention on Corruption
yang berlaku efektif sejak tanggal 1 November 2003, dan telah diratifikasi oleh  21  negara  Uni  Eropa.  Selain  itu,  dapat  dicatat  bahwa  negara-negara  yang  tergabung  dalam  Uni
Afrika  telah  pula  menghasilkan  Africa  Union  Convention  on  Preventing  and  Combating  Corruption, yang ditetapkan di Adis Ababa 18- 19 September 2002. Sampai dengan Desember 2005 UNCAC 2003
telah  ditandatangani  oleh  140  negara,  dan  92  negara  telah  meratifikasinya.  Diratifikasinya  UNCAC 2003  oleh  Pemerintah  Indonesia,  selayaknya  pemerintah  telah  mulai  memikirkan,  bagaimana
mempersiapkan  segala  sesuatu  untuk  menuju  pembahasan  pengembalian  asset  hasil  korupsi  di Indonesia  yang diendapkan di negara lain. UNCAC 2003 mengatur berbagai ketentuan  yang sifatnya
khusus  mengenai  kerjasama  internasional  yang  selama  ini  selalu  menjadi  hambatan  signifikan.
76
Universitas Sumatera Utara
Hal  yang  menarik  dari  UNCAC  2003  adalah  adanya  perubahan  paradigma dalam  melihat  multi  aspek  serta  fenomena  korupsi.  Pada  bagian  pembukaan  secara
jelas dikemukakan bahwa “convinced that corruption is no longer a local matter but a  transnational  phenomenon  that  affects  all  societies  and  economies,  making
international  cooperation  to  prevent  and  control  it  essential ”. Perubahan paradigma
tersebut  yakni  dengan  menempatkan  masalah  tindak  pidana  korupsi  tidak  lagi masalah lokal, tetapi fenomena transnasional yang mempengaruhi semua masyarakat
dan ekonomi, sehingga harus dilakukan kerjasama internasional untuk mencegah dan mengendalikannya.
124
I.  Gusti  Ketut  Ariawan,  mengatakan,  dalam  materi  UNCAC  2003  tercermin suatu  perubahan  cara  pandang  terhadap  multi  aspek  korupsi,  pertama:  masalah
korupsi  memiliki  multi  aspek,  aspek  hukum,  HAM,  pembangunan  berkelanjutan, kemiskinan,  keamanan;  kedua:  bahwa  sistem  pembuktian  konvensional  tidak  selalu
ampuh  dalam  pemberantasan  korupsi,  sehingga  beban  pembuktian  terbalik merupakan alternatif solusi yang potensial.
125
Berdasarkan  perspektif  UNCAC  2003  dijelaskan  bahwa  pemberantasan korupsi  sebenarnya  bukanlah  hanya  dalam  lingkup  penegakan  hukum  pidana  lewat
penuntutan conviction  dalam suatu proses peradilan pidana criminal proceedings semata-mata,  melainkan  juga  dapat  dilaksanakan  lewat  upaya  keperdataan  civil
Perjanjian regional dan bilateral  yang sudah ditandatangani harus  segera diratifikasi, termasuk Asean Mutual Legal Assistancde Treaty
AMLAT’s tahun 2004 dengan 5 negara ASEAN lainnya.
124
Paragraf 4 United Nations Convention Against Corruption 2003 UNCAC 2003.
125
I.  Gusti  Ketut  Ariawan,  ”Stolen  Asset  RecoveryInitiative,  Suatu  Harapan  Dalam Pengembalian Aset Negara”, Loc. cit.
Universitas Sumatera Utara
proceeding .  Strategi  pencegahan  korupsi  harus  dilihat  sebagai  upaya  strategis  di
samping upaya pemberantasan represif. Hal yang lebih penting lagi adalah strategi pengembalian aset asset recovery hasil korupsi.
126
Oleh  sebab  itu,  UNCAC  2003  disusul  dengan  diluncurkannya  suatu  prinsip “pemulihan  aset  yang  dicuri”  atau  disebut  dengan  istilah  Stolen  Asset  Recovery
StAR,  yang  merupakan  salah  satu  prinsip  dasar  UNCAC  2003  sebagaimana disebutkan dalam Pasal 51 pada Ketentuan Umum UNCAC 2003 yaitu: “the return of
assets  pursuant  to  this  chapter  is  a  fundamental  principle  of  this  Convention,  and States  Parties  shall  afford  one  another  the  widest  measure  of  cooperation  and
assistance in this regard ”.
Stolen Asset Recovery StAR merupakan program bersama yang diluncurkan
oleh  Bank  Dunia  World  Bank  dan  Perserikatan  Bangsa-Bangsa  PBB  untuk meningkatkan  kerja  sama  internasional  dalam  mengimplementasikan  upaya
pengembalian  aset  hasil  tindak  pidana  korupsi,  sebagai  salah  satu  terobosan  dalam hukum  internasional  yang  menetapkan  landasan  mengenai  pengembalian  aset  hasil
kejahatan terutama korupsi di negara-negara sedang berkembang. StAR merupakan bagian  integral  dari  Governance  and  Anti  Corruption  Strategy  World  Bank  Group
yang  menyatakan  perlunya  bantuan  bagi  negara-negara  berkembang  dalam pengembalian aset.
127
126
Transparency InternationalTI, Global Corruption Report 2004, Special Focus: Political Corruption
, London: Pluto Press, 2004, hal. 98.
127
Eka Martiana Wulansari, ”Mekanisme Pengembalian Aset Hasil Tindak Pidana Korupsi”, dalam  Jurnal  Legislasi  Indonesia,  Vol.  7,  No.  4,  Desember  2010,  hal.  3.  Stolen  Asset  Recovery
Universitas Sumatera Utara
StAR  sebenarnya  terinspirasi  dari  keberhasilan  Peru,  Nigeria,  dan  Filipina dalam  mengembalikan  aset-aset  yang  diinvestasikan  di  Negara  lain  oleh  mantan
kepala  negaranya.  Walaupun  keberhasilan  tersebut  tidak  mudah  dan  membutuhkan waktu yang relatif lama. Pengembalian aset tersebut dilakukan dengan melalui proses
litigasi dan permintaan antar pemerintah melalui Mutual Legal Assistance MLA.
128
Tujuan diluncurkannya StAR oleh bank dunia adalah:
129
1 Memberikan faktor deterence dengan menunjukkan bahwa tidak adanya safe
haven bagi  koruptor  serta  meningkatkan  kewaspadaan  komunitas
internasional  untuk  memberikan  komitmen  penuh  dalam  pemberantasan korupsi;
2 Meningkatkan  kapasitas  dalam  mengembalikan  aset-aset  yang  dicuri  dan
mencegah  tindak  pidana  korupsi  di  masa  depan.  Aset-aset  yang  berhasil dikembalikan, dipergunakan untuk kepentingan pembangunan berkelanjutan;
3 Meningkatkan  kerja  sama  negara-negara  berkembang  dengan  membantu
mengurangi  hambatan-hambatan  yang  dialami  negara-negara  tersebut  dalam upayanya  mengembalikan  asset  yang  dicuri.  Mendorong  upaya-upaya
bersama untuk mengembalikan asset-aset negara berkembang yang seringkali disimpan di negara maju.
Tujuan  utama  diluncurkannya  StAR  oleh  Bank  Dunia  untuk  memberikan technical
dan  financial  assistance  dalam  memperkuat  kapasitas  institusional lembaga-lembaga  nasional  dari  negara-negara  berkembang  agar  dapat  mengambil
kembali aset-asetnya yang telah dicuri. Secara khusus, StAR mempunyai lima tujuan.
merupakan  program  bersama  yang  diluncurkan  oleh  Bank  Dunia  World  Bank  dan  PBB  dalam rangkaian peningkatan kerja sama internasional untuk mengimplementasikan upaya pengembalian aset
hasil  korupsi,  sebagai  salah  satu  terobosan  dalam  hukum  internasional  yang  menetapkan  landasan mengenai pengembalian aset hasil korupsi di negara-negara sedang berkembang.
128
United Nations dan The World Bank, Stolen Asset Recovery StAR Initiative: Challenges, Opportunities,  and  Action  Plan
,  USA,  Washington  DC:  The  International  Bank  for  Reconstruction and  DevelopmentThe  World  Bank  1818  H  Street,  NW  Washington  DC  20433,  2007,  hal.  18-20.
Lihat juga: www.worldbank.org, diakses tanggal 17 Mei 2011.
129
Gusti  Ketut  Ariawan,  ”Stolen  Asset  RecoveryInitiative,  Suatu  Harapan  Dalam Pengembalian Aset Negara”, Op. cit., hal. 7.
Universitas Sumatera Utara
Pertama,  m embantu  membangun  kapasitas  untuk  merespon  dan  mengajukan
permohonan  untuk  international  mutual  legal  assistance.  Kedua,  membantu  untuk diadopsinya  dan  diberlakukannya  aturan  mengenai  penyitaan,  termasuk  undang-
undang  mengenai  penyitaan  tanpa  hukuman  atau  kesalahan.  Ketiga,  membantu peningkatan  transparansi  dan  akuntabilitas  sistem  manajemen  keuangan  publik.
Keempat,  m embantu  membentuk  dan  memperkuat  lembaga  anti  korupsi  nasional.
Kelima, membantu mengawasi dana yang dikembalikan monitoring apabila diminta
oleh negara terkait.
130
Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, mengatakan bahwa peluncuran Stolen Asset  Recovery
StAR  akan  mendorong  kerja  sama  yang  sangat  dibutuhkan  antara negara  maju  dan  negara  berkembang,  antara  sektor  publik  dan  swasta  untuk
memastikan bahwa aset yang dijarah itu akan dikembalikan kepada pemiliknya yang sah.
131
Presiden Bank Dunia, Robert B. Zoellick, mengatakan “Seharusnya tidak ada tempat  yang  aman  bagi  mereka  yang  mencuri  dari  orang  miskin,  maka  harus
130
Bismar  Nasution.,  “Stolen  Asset  Recovery  Initiative  dari  Perspektif  Hukum  Ekonomi  di Indonesia”,  Op.  cit.,  hal.  1.  StAr  juga  menurut  Bismar  juga  memberikan  panduan  untuk  memerangi
pencurian  asset  publik,  dimana  setidak-tidaknya  ada  tiga  elemen  yang  harus  diperhatikan  untuk menanganinya. Pertama, memastikan bahwa tidak akan ada tempat untuk menyimpan hasil kejahatan
tersebut  akan  menjadi  sumbangan  yang  sangat  besar,  dengan  cara  menaikkan  cost  untuk  melakukan korupsi tingkat tinggi. Kedua, memerangi korupsi di negara berkembang adalah tanggung jawab yang
sama yang dimiliki oleh negara maju.  Salah satu sumber korupsi di negara berkembang adalah praktek suap, kolusi, dan pendapatan illegal lainnya yang berasal dari kantor-kantor atau individu-individu dari
negara  maju.  Dana  yang  terlibat  selalu  tertanam  di  negara-negara  maju.  Ketiga,  menghambat  aliran dana  korupsi  dari  negara  berkembang  dan  memulihkan  atau  memperoleh  kembali  apa  yang  sudah
dicuri,  memerlukan   kerjasama  antar  negara-negara.    Tanpa  bantuan  dan  kerjasama  antara  negara- negara,  uang  yang  dicuri  akan  terus  mengalir  dari  negara-negara  miskin  dan  pemulihannya  bisa
menjadi sangat sulit, makan waktu dan biaya tinggi.
131
United  Nation,  Launch  of  Asset  Recovery  Initiative,  World  Bank  and  UNODC  to  Pursue Stolen Asset Recovery
, tanggal 17 September 2007. Bank Dunia, bekerja sama dengan United Nations Office of Drugs and Crime
UNODC, pada tanggal 17 Septembe 2007, meluncurkan sebuah inisiatif untuk membantu negara-negara berkembang mengembalikan aset yang dicuri oleh koruptor.
Universitas Sumatera Utara
dilakukan  langkah-langkah  untuk  membantu  negara-negara  berkembang  dalam mengembalikan  uang  yang  dicuri  para  koruptor  tidak  akan  lolos  dari  jeratan
hukum”.
132
Direktur Eksekutif, United Nations Office of Drugs and Crime UNODC, Antonio  Maria  Costa,  menggambarkan  peluncuran  StAR  sebagai  “titik  balik  dalam
perang global melawan korupsi”.
133
Dalam rangka mencegah dan menyelesaikan masalah aset  yang dicuri, StAR beroperasi pada premis bahwa baik negara maju dan berkembang harus bekerja dalam
kemitraan.  Sementara  negara-negara  berkembang  perlu  meningkatkan  tata pemerintahan  dan  akuntabilitas,  negara  maju  juga  harus  berhenti  memberikan  surga
yang  aman  bagi  hasil  curian.  Tindakan  nyata  dari  Stolen  Asset  Recovery  StAR menurut laporan Bank Dunia meliputi:
134
1. Membangun  kapasitas  kelembagaan  di  negara-negara  berkembang  untuk
meminta  bantuan  teknis,  memperkuat  badan-badan,  menuntut,  dan mengharmonisasikan  hukum  pada  negara-negara  berkembang  tersebut  sesuai
dengan UNCAC 2003;
2. Memperkuat  integritas  pasar  keuangan  mencakup  menjadikan  lembaga-
lembaga  keuangan  menjadi  sesuai  dengan  undang-undang  anti  pencucian uang  yang  akan  mendeteksi  dan  mencegah  pencucian  hasil  gelap,  dan
memperkuat  kapasitas  unit-unit  intelijen  keuangan  di  seluruh  dunia  untuk meningkatkan kerja sama.
3. Membantu  proses  pemulihan  aset  negara  berkembang  dengan  menyediakan
pinjaman  atau  hibah  untuk  membiayai  langkah-langkah  awal,  memberikan arahan hukum, dan memfasilitasi kerja sama antar negara; dan
4. Memantau penggunaan aset yang dipulihkan sehingga dana dapat dipulangkan
dan  digunakan  untuk  tujuan  pembangunan,  seperti  program-program  sosial, pendidikan dan infrastruktur.
132
Ibid.
133
Ibid.
134
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Menggunakan  StAR  sebagai  akibat  dari  penanganan  tindak  pidana  korupsi selama  ini  tidak  efektif  baik  secara  global  maupun  nasional.  Korupsi  dapat
mengancam  stabilitas  negara  khususnya  negara  berkembang  seperti  Indonesia. Idealnya  negara  berkembang  harus  lebih  jauh  mempertimbangkan  citranya  pada
negara-negara maju, sebab hal demikian berpengaruh kepada kerja sama internasional yang  efektif.  Indonesia  yang  terus  menghadapi  masalah  korupsi  justru  dalam
menangani  tindak  pidana  korupsi  kurang  efektif  dengan  dengan  menggunakan kebijakan  legislasi  dalam  UU  No.31  Tahun  1999  jo  UU  No.20  Tahun  2001.  Oleh
sebab itu, perlu dilakukan langkah-langkah kebijakan legislasi. Langkah-langkah  tersebut  misalnya  dengan  membuat  kebijakan  yang  dapat
memiskinkan  pelaku  tindak  pidana  korupsi  dengan  tidak  melanggar  Hak  Asasi Manusia. Salah satu langkah tersebut dapat dilakukan perampasan aset pelaku tindak
pidana  korupsi  yang  tidak  didasarkan  kepada  jalur  perdata  biasa  seperti  yang dilakukan  selama  ini  berdasarkan  UU  No.31  Tahun  1999  jo  UU  No.20  Tahun  2001
akan  tetapi  harus  digunakan  suatu  model  perampasan  aset  sampai  kepada  harta keluarga pelaku terkait dengan korupsi.
Wacana untuk memiskinkan pelaku tindak pidana korupsi, sudah disampaikan di  sidang  DPR  dengan  tidak  melanggar  HAM,  dan  seminimal  mungkin  pelakunya
hanya bisa hidup tanpa memiliki harta. Hal ini diperlukan dalam rangka pemerintahan yang  bersih.  Wacana  untuk  memiskinkan  koruptor  pertama  kali  disampaikan  Ketua
Mahkamah  Konstitusi  Mahfud  MD.  Memiskinkan  koruptor  menjadi  salah  satu  hal yang  perlu  dimasukkan  dalam  revisi  UU  No.28  tahun  1999  tentang  Penyelenggara
Universitas Sumatera Utara
Negara  yang  Bersih  dan  Bebas  KKN.  Fakta  terjadinya  berbagai  kasus  korupsi  di kalangan pejabat dan penyelenggara negara mendorong perlunya memasukkan materi
hukum  tentang  pemiskinan  ke  dalam  undang-undang  yang  sudah  ada  atau  dibentuk undang-undang  baru.
135
Hal  demikian  menyangkut  bahwa  secara  yuridis,  undang- undang yang ada saat ini, tidak efektif membuat jera para koruptor.
136
Langkah  baru  dalam  upaya  pengembalian  aset  hasil  tindak  pidana  korupsi dilakukan  melalui  usaha  kerja  sama  Bank  Dunia  dan  United  Nation  office  of  Drugs
and Crime UNODC yang meluncurkan prakarsa yang disebut Stolen Asset Recovery
StAR pada tanggal 17 September 2007. Ide StAR tersebut dilandasi kesadaran Bank Dunia bahwa negara-negara berkembang memerlukan bantuan dalam mengembalikan
aset-aset  curian  yang  diakibatkan  tindak  pidana.  Program  StAR  diluncurkan  dengan optimisme yang luar biasa.
137
Menurut  Komisi  Hukum  Nasional  terdapat  beberapa  permasalahan  bagi terlaksananya  ketentuan  UNCAC  2003  terutama  yang  berkenanan  dengan  asset
recovery yang diturunkan dengan program StAR, yaitu:
138
1. StAR bukanlah sarana yang mudah digunakan oleh negara berkembang untuk
memperoleh kembali uang yang dicuri melalui korupsi dan disimpan di pusat-
135
http:nasional.vivanews.comnewsread190934-timur-didukung-ungkap-pihak-yang- pakai-gayus,  diakses  tanggal  17  Mei  2011.  Pernyataan  Mahfud  dipicu  terdakwa  kasus  mafia  pajak,
Gayus Tambunan, yang ketahuan keluar masuk tahanan Mako Brimob.
136
Undang-undang  yang  ada  saat  ini,  yaitu  UU  No.28  Tahun  1999  tentang  Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas KKN, UU No.30 Tahun 2002 tentang KPK, dan UU No.31 Tahun 1999
jo UU No.20 Tahun 2001.
137
http:www.unodc.orgunodcenpressreleases2007-09-17.html,  diakses  tanggal  17  Mei 2011.
138
Saldi  Isra,  Asset  Recovery  Tindak  Pidana  Korupsi  Melalui  Kerja  Sama  Internasional, Padang: Pusat Studi Konstitusi-PUSaKO, Fakultas Hukum Universitas Andalas, 2006, hal. 6.
Universitas Sumatera Utara
pusat  finansial  yang  terdapat  di  negara-negara  maju  yang  dibentengi  dengan hukum, profesionalisme, teknologi serta politik.
2. Implementasi  StAR  dan  keberhasilannya  sangat  bergantung  kepada
keikutsertaan  dan  kepatuhan  negara  maju  serta  negara  berkembang  tanpa kecuali. Tanpa ini, StAR akan tetap tinggal sebagai wacana, bukan sebagai the
missing link in an effective anti corruption effort dan constitute a formidable deterrent to corruption
. 3.
Belum diterimanya UNCAC oleh setengah dari Negara G-8 dan oleh pusat- pusat finansial dunia di mana uang curian disimpan, perbedaan sistem hukum
common  law  dan  civil  law,  lemahnya  negara  berkembang  dalam  institusi publik,  sistem  hukum  dan  penegakannya,  tidak  tegasnya  political  will,
lemahnya  kerja  sama  internasional,  lemahnya  dukungan  professional  yang diperlukan  dan  lain-lain,  dipastikan  menimbulkan  kesulitan  bagi  negara
berkembang untuk dapat memanfaatkan StAR dengan mudah.
Upaya pengembalian aset melalui peran konvensi dan ratifikasi UNCAC 2003 tersebut  dengan  undang-undang  tidak  akan  banyak  berarti  dalam  politik  hukum
kebijakan  legislasi,  apabila  tidak  diikuti  langkah-langkah  teknis  dan  strategis diplomasi  yang  baik  oleh  Indonesia.  Mengatasi  hal  tersebut  harus  diperhatikan
bagaimana  membatasi  prinsip-prinsip  intervensi  yang  kaku  dari  kedaulatan  negara yang  dapat  menghambat  kerja  sama  internasional  dalam  upaya  pengembalian  aset
curian  pelaku  tindak  pidana  korupsi.
139
Harus  dipahami  esensi  dari  StAR  bukanlah instrumen  hukum  yang  secara  langsung  dapat  diterapkan  sebagaimana  konvensi-
konvensi PBB yang lain dikarenakan bergantung kepada efektifnya kemitraan antara negara  maju  dengan  negara  berkembang  serta  antara  lembaga-lembaga  bilateral  dan
multilateral  terkait.  StAR  juga  berkaitan  dengan  diratifikasi  atau  tidaknya  UNCAC 2003.
139
Ibid., hal. 7.
Universitas Sumatera Utara
B. Perampasan  Aset  Milik  Pelaku  Tindak  Pidana  Korupsi  dengan