14
a. Bercak kulit yang mati rasa
Bercak hipopigmentasi atau eritematosa, mendatar makula atau meninggi plakat. Mati rasa pada bercak bersifat total atau sebagian saja terhadap rasa
sentuh, rasa suhu, dan rasa nyeri b.
Penebalan saraf tepi Dapat disertai rasa nyeri dan juga dapat disertai atau tanpa gangguan fungsi saraf
yang terkena, yaitu gangguan fungsi sensoris mati rasa, gangguan fungsi motoris paresis atau paralysis, dan gangguan fungsi otonom kulit kering, retak,
edema, pertumbuhan rambut yang terganggu. c.
Ditemukan basil tahan asam Bahan pemeriksaan adalah hapusan kulit cuping telinga dan lesi kulit pada bagian
yang aktif. Kadang-kadang bahan diperoleh dari biopsy kulit atau saraf. Untuk menegakkan penyakit kusta, paling sedikit harus ditemukan satu tanda
kardinal. Bila tidak atau belum dapat ditemukan, maka kita hanya dapat mengatakan tersangka kusta dan penderita perlu diamati dan diperiksa ulang setelah 3-6 bulan
sampai diagnosis kusta dapat ditegakkan atau disingkirkan.
16
2.5 Pemeriksaan Penderita
1. Anamnesis
a. Keluhan penderita
b. Riwayat kontak dengan penderita
c. Latar belakang keluarga, misalnya keadaan sosial ekonomis.
Universitas Sumatera Utara
15
2. Inspeksi
Dengan penerangan yang baik, lesi kulit harus diperhatikan dan juga kerusakan kulit.
3. Palpasi
a. Kelainan kulit, nodus infiltrate, jaringan perut, ulkus, khususnya paa tangan
dan kaki b.
Kelainana saraf : pemeriksaan saraf, termasuk meraba dengan teliti : N.aurikularis magnus, N.ulnaris, dan N.peroneus. Petugas harus mencatat,
adanya nyeri tekan dan penebalan saraf. Harus diperhatikan raut wajah si penderita, apakah kesakitan atau tidak pada waktu saraf diraba. Pemeriksaan
saraf harus sistematis, meraba atau palpasi sedemikian rupa jangan sampai menyakiti atau penderita mendapat kesan kurang baik.
Cara pemeriksaan saraf : 3
Bandingkan saraf bagian kiri dan kanan. 4
Membesar atau tidak 5
Bentuk bulat atau oval 6
Pembesaran regular smooth atau irregular, lumps, kerots 7
Perabaan keras atau kenyal 8
Nyeri atau tidak Untuk mendapat kesan saraf mana yang masih normal, diperlukan
pengalaman yang banyak. Cara pemeriksaan saraf tepi :
1. N. aurikularis magnus :
Universitas Sumatera Utara
16
Pasien disuruh menoleh ke samping semaksimal mungkin, maka saraf yang terlihat akan terdorong oleh otot dibawahnya sehingga sudah dapat
terlihat bila membesar. Dua jari pemeriksaan diletakkan di atas persilangan jalannya saraf tersebut dengan arah otot, perabaan secara
seksama akan menentukan jaringan seperti kabel atau kawat, bila ada penebalan. Jangan lupa membandingkan yang kiri dan kanan.
2. N. ulnaris :
Tangan yang diperiksa harus santai, sedikit fleksi dan sebaiknya diletakkan diatas satu tangan pemeriksa. Tangan pemeriksa yang lain
meraba lekukan di bawah siku sulkus nervi ulnaris dan merasakan, apakah ada penebalan atau tidak. Perlu dibandingkan N. ulnaris kanan dan
kiri untuk melihat adanya perbedaan atau tidak. 3.
N. peroneus lateralis : Pasien disuruh duduk dengan kedua kaki menggantung kemudian diraba
di sebelah lateral dari capitulum fibulae biasanya sedikit ada ke posterior. Bila saraf yang dicari tersentuh oleh jari pemeriksa, sering pasien
merasakan seperti terkena setrum pada daerah yang dipersarafi oleh saraf tersebut. Pada keadaan neuritis akut, sedikit sentuhan sudah memberikan
rasa nyeri yang hebat. 4.
Tes fungsi saraf a.
Tes sensoris
Rasa raba : dengan kapas atau sepotong kapas yang dilancipkan dipakai untuk memeriksa perasaan dengan menyinggung kulit. Yang diperiksa
Universitas Sumatera Utara
17
harus duduk pada waktu pemeriksaan. Terlebih dahulu petugas menerangkan bahwa bila mana merasa disinggung bagian tubuhnya
dengan kapas, ia harus menunjukkan kulit yang disinggung dengan jari telunjuknya dan dikerjakan dengan mata terbuka. Tanda-tanda di kulit dan
bagian-bagian kulit lain yang dicurigai, diperiksa sensibilitasnya. Harus diperiksa sensibilitas kulit yang tersangka diserang kusta. Bercak-bercak
di kulit harus diperiksa ditengahnya dan jangan dipinggirnya.
Rasa nyeri : diperiksa degan memakai jarum. Petugas menusuk kulit dengan ujung jarum yang tajam dan dengan pangkal tangkainya yang
tumpul dan penderita harus mengatakan tusukan mana yang tumpul.
Rasa suhu : dilakukan dengan mempergunakan 2 tabung reaksi, yang satu berisi air panassebaiknya 40
C yang lainnya air dingin sebaiknya sekitar 20
C. kenudian mata penderita ditutup atau menoleh ke tempat lain, lalu bergantian kedua tabung tersebut ditempelkan pada daerah kulit
yang dicurigai. Bila penderita salah menyebutkan rasa pada tabung yang ditempelkan, maka dapat disimpulkan bahwa sensasi suhu di daerah
tersebut terganggu. Berdasarkan adanya gangguan berkeringat di makula anestesi pada
penyakit kusta, pemeriksaan lesi kulit dapat dilengkapi dengan test anhidrosis.
b. Tes motoris : Voluntary muscle test VMT
Universitas Sumatera Utara
18
5. Komplikasi : dicari komplikasi
a. Pada mata, hidung, laring dan testis
b. Reaksi : nyeri saraf, eritema nodosum leprosum, iridosiklitis, tenosinovitis.
c. Kerusakan saraf sensoris
d. Kerusakan saraf motoris
e. Kerusakan saraf otonom
6. Pemeriksaan bakterioskopik
Pemeriksaan hapusan sayatan kulit bakterioskopik berguna untuk : a.
Membantu menentukan diagnosis penyakit b.
Membantu menentukan klasifikasi tipe penyakit kusta. c.
Membantu menilai hasil pengobatan. Ketentuan untuk lokasi sediaan :
a. Sediaan diambil dari kelainan kulit yang paling akut.
b. Kulit muka sebaiknya dihindari karena alasan kosmetik kecuali tidak
ditemukan kelainan kulit di tempat lain. c.
Pada pemeriksaan ulangan dilakukan di tempat kelainan kulit yang sama dan bila perlu ditambah dengan lesi kulit yang baru timbul.
d. Sebaiknya petugas yang mengambil dan memeriksa sediaan hapus dilakukan
oleh orang yang berlainan. Hal ini untuk menjaga pengaruh gambaran klinis terhadap hasil pemeriksaan bakterioskopik.
e. Tempat yang sering diambil untuk sediaan hapus jaringan bagi pemeriksaan
M.leprae adalah : cuping telinga, lengan, punggung, bokong, dan paha.
Universitas Sumatera Utara
19
f. Jumlah pengambilan sediaan apus jaringan kulit harus minimum dilaksanakan
di tiga tempat, yaitu : cuping telinga kiri, cuping telinga kanan, dan bercak yang paling aktif.
g. Sediaan dari selaput lender hidung sebaiknya dihindarkan karena : tidak
menyenangkan bagi penderita, positif palsu karena mikrobakterium lain, tidak pernah ditemukan M.leprae pada selaput lender hidung apabila sediaan hapus
kulit negatif, pada pengobatan pemeriksaan bakterioskopis selaput lender hidung negatif lebih dahulu daripada di kulit.
h. Beberapa ketentuan yang harus diambil sediaan hapus kulit : semua orang
yang dicurigai menderita kusta, semua penderita baru yang didiagnosis secara klinis sebagai penderita kusta, semua penderita kusta yang diduga kambuh
relaps atau karena tersangka kuman resisten kebal terhadap obat, dan semua penderita MB setahun sekali.
3
2.6 Pencegahan Penyakit Kusta