Hubungan Umur Dengan Tindakan Penentuan Kecacatan Hubungan Jenis Kelamin Dengan Tindakan Penentuan Kecacatan Hubungan Pendidikan Dengan Tindakan Penentuan Kecacatan

48

6.2. Hubungan Karakteristik Dengan Tindakan Penentuan Kecacatan.

6.2.1. Hubungan Umur Dengan Tindakan Penentuan Kecacatan

Gambar 6.1. Hubungan Umur Dengan Tindakan Penentuan Kecacatan Dari gambar diatas tindakan penentuan kecacatan pada penderita kusta yang baik paling banyak pada responden dengan umur 40 tahun sebanyak 6 orang kemudian umur 30-40 tahun sebanyak 5 orang. Hal ini kemungkinan karena semakin lama melakukan sesuatu pekerjaan akan semakin banyak pengalaman dan informasi yang diperoleh terutama informasi tentang kusta yang sejalan dengan bertambahnya umur dari responden serta semakin tinggi pula rasa tanggung jawabnya terhadap pekerjaannya. Ini sesuai dengan hasil uji statistik dimana p= 0.016 yang berarti ada hubungan yang bermakna antara umur dengan tindakan penentuan kecacatan pada penderita kusta responden. Universitas Sumatera Utara 49

6.2.2. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Tindakan Penentuan Kecacatan

Gambar 6.2. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Tindakan Penentuan Kecacatan Dari gambar diatas tindakan baik paling banyak pada responden adalah laki- laki sebanyak 6 orang kemudian tindakan kurang baik sebanyak 11 orang. Hasil uji statistik dimana p= 0.991 yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan tindakan responden. Pada tabel 5.5. juga dapat dilihat bahwa tindakan penentuan kecacatan pada penderita kusta anatara laki-laki hampir tidak ada perbedaan dimana tindakan penentuan kecacatan oleh responden perempuan sebanyak 5 orang dan kurang baik sebanyak 9 orang. Universitas Sumatera Utara 50

6.2.3. Hubungan Pendidikan Dengan Tindakan Penentuan Kecacatan

Gambar 6.3. Hubungan Pendidikan Dengan Tindakan Penentuan Kecacatan Pada gambar diatas dapat dilihat tindakan baik paling banyak pada responden dengan pendidikan SLTA yaitu sebanyak 8 orang, kemudian SLTP sebanyak 2 orang dan DIII sebanyak 1 orang. Tindakan kurang baik paling banyak pada respoden dengan pendidikan SLTA sebanyak 9 orang, kemudian DIII sebanyak 8 orang dan SLTP sebanyak 3 orang. Untuk tindakan tidak baik, DIII sebanyak 1 orang, SLTA sebanyak 1 orang. Hal ini kemungkinan responden dengan latar belakang pendidikan D III banyak yang bukan berpendidikan yang tidak sesuai dengan tugasnya sebagai pengelola program kusta di puskesmas, ini disebabkan karena masih kurangnya sumber daya manusia terutama yang dapat mengelola program kusta serta masih kurangnya sarana dan prasarana program pemberantasan kusta.Hasil uji statistik menunjukkan p=0,421, yang berarti tidak ada hubungan antara pendidikan dengan tindakan penentuan kecacatan penderita kusta. Universitas Sumatera Utara 51

6.2.4. Hubungan Lama Bekerja Dengan Tindakan Penentuan Kecacatan