E. Tinjauan Kepustakaan 1. Pengertian Koperasi Syariah
Koperasi syariah adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip
syariah sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas
kekeluargaan. Koperasi bertujuan untuk menyejahterakan anggotanya.
Berdasarkan pengertian tersebut, yang dapat menjadi anggota koperasi syariah yaitu:
a. Perorangan, yaitu orang yang secara sukarela menjadi anggota koperasi;
b. Badan hukum koperasi, yaitu suatu koperasi syariah yang menjadi anggota
yang memiliki lingkup lebih luas. Umumnya koperasi, termasuk koperasi syariah dikendalikan secara
bersama oleh seluruh anggotanya, di mana setiap anggota memiliki hak suara yang sama dalam setiap keputusan yang diambil koperasi. Pembagian keuntungan
koperasi biasa disebut Sisa Hasil Usaha atau SHU biasanya dihitung berdasarkan andil anggota tersebut dalam koperasi, misalnya dengan melakukan
pembagian dividen berdasarkan besar pembelian atau penjualan yang dilakukan oleh si anggota.
2. Latar Belakang Pendirian Koperasi Syariah
Ketika perekonomian negara kita berkembang pesat, masalah kesenjangan ekonomi muncul ke permukaan sebagai sebuah fakta yang tidak dapat dipungkiri.
Ketimpangan dalam distribusi pendapatan terjadi dan terus berlangsung antara lain disebabkan sangat kecilnya akses lembaga perbankan yang ada di tengah-
Universitas Sumatera Utara
tengah kita dalam mendorong pertumbuhan ekonomi kelompok masyarakat berpenghasilan kecil. Sementara kesempatan berusaha maupun pemerataan
kesejahteraan sosial agaknya masih tetap belum terjamin karena tidak menyentuh kebutuhan dan persoalan mendasar masyarakat bawah.
Selain dari itu ditambah pula adanya suatu keyakinan dari umat Islam bahwa produk perbankan konvensional mengandung riba. Itu semua berdampak
pada pengusaha kecil yang sulit mengembangkan usahanya karena kesulitan mendapatkan dana investasi dan modal kerja. Ketimpangan sosial ekonomi akan
semakin nyata antara perkembangan usaha kecil yang puluhan juta unit banyaknya dengan perkembangan usaha besar yang relatif cepat tetapi berjumlah
sedikit. Hal ini memicu pertentangan sosial dan dapat membahayakan kelangsungan hidup bangsa.
Selain itu terbentuknya lembaga keuangan Islam juga bersumber dari adanya larangan riba di dalam Al-Qur’an dan Hadits. Larangan Al-Qur’an yang
berkenaan dengan riba terdapat dalam surat Al Baqarah ayat 275, 276, 278, 279, 280, Surat Al-Imran ayat 130, Surat Ar-Rum ayat 39, Surat An-Nisa ayat
161. Selain berdasarkan ketentuan Al-Qur’an dan Hadits, berdirinya lembaga
keuangan Islam juga didasari oleh kenyataan adanya praktek sistem bunga. Yang dimaksud sistem bunga adalah tambahan pembayaran atas uang pokok pinjaman.
Berdasarkan batasan tersebut pengertian bunga adalah biaya yang dikenakan kepada penyimpanan uang yang besarannya telah ditetapkan di muka yang
Universitas Sumatera Utara
biasanya ditentukan dalam bentuk persentase dan terus dikenakan selama masih ada simpanan sehingga tidak hanya terbatas pada jangka waktu kontrak.
Di dalam kenyataannya pemerataan sistem bunga membawa akibat negatif yaitu masyarakat sebagai nasabah menghadapi suatu ketidakpastian, bahwa hasil
perusahaan dari kredit yang diambilnya tidak dapat diramal secara pasti. Sementara itu dia tetap wajib membayar persentase berupa pengambilan sejumlah
uang tertentu yang tetap berada di atas jumlah pokok pinjaman. Keadaan ini bertentangan dengan ketentuan Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Luqman ayat 34
yang intinya bahwa hanya Allah yang dapat mengetahui sesuatu yang akan terjadi di masa datang, sedangkan manusia tidak akan bisa meramalnya.
Selain itu hal ini akan semakin memberatkan nasabah karena dengan penetapan persentase jumlah bunga akan menjadi kelipatan perseratus dari sisa
pinjaman dikalikan dengan jangka waktu pinjaman, sehingga dalam jangka waktu tertentu bisa terjadi suatu saat jumlah yang harus dikembalikan nasabah berlipat
ganda dari pokok pinjaman, misalnya pinjaman dikenakan bunga 12 pertahun, maka dalam jangka waktu 10 tahun bunganya akan menajdi 120 dari pokok
pinjaman. Keadaan tersebut akan lebih parah lagi apabila nasabah tidak dapat mengembalikan tepat pada jatuh temponya karena kewajiban membayar bunga
akan terus berlangsung sebelum pinjaman dilunasi. Sehingga semakin nasabah tidak mampu untuk membayar, maka nasabah semakin terbebani bunga yang
semakin berat.
Universitas Sumatera Utara
Penerapan persentase bunga seperti itu jelas mempunyai pengertian yang sama dengan pengertian bunga berbunga karena setiap bunga yang sudah jatuh
tempo dan tak terbayar akan dianggap sebagai bagian utang. Sistem perbankan yang ada sekarang ini memiliki kecendrungan terjadinya
konsentrasi kekuatan ekonomi di tangan kelompok elite, para bankir dan pemilik modal. Alokasi kekayaan yang tidak seimbang ini bisa menimbulkan
kecemburuan sosial yang pada akhirnya dapat mengakibatkan kerawanan berupa benturan-benturan, bahkan konflik antar kelas sosial yang pada gilirannya
keadaan seperti ini akan mengganggu stabilitas nasional maupun perdagangan nasional. Dalam masyarakat yang maju seperti Amerika Serikat, kekuatan pokok
ekonomi bukanlah terletak pada keahlian, melainkan pemulihan dan kendali atas modal abstrak yaitu kekuatan pokok yang berada di tangan sebagai pemegang
saham utama pada perusahaan besar dan modern. Bank-bank yang ada sekarang dikatakan tidak berhasil dalam upaya
pemerataan pendapatan karena pranata pembayaran bunga tetap menjamin dari debitur secara terus-menerus ke arah kreditur. Jumlah debitur semakin lebih
banyak dari pada jumlah kreditur. Peminjaman yang diperoleh pada umumnya menjadi nilai tambah bagi debitur untuk membayar bunga kepada kreditur,
terutama untuk jenis pinjaman yang bersifat konsumtif. Oleh karena itu bank dengan pranata bunga menciptakan suatu keadaan yang kaya semakin kaya, dan
yang miskin semakin miskin. Dengan beroperasinya lembaga keuangan yang berdasarkan prinsip syariat
Islam diharapkan mempunyai pengaruh yang besar terhadap terwujudnya sistem
Universitas Sumatera Utara
ekonomi Islam. Sistem ekonomi Islam adalah sistem ekonomi yang terjadi setelah prinsip ekonomi yang menjadi pedoman kerjanya dipengaruhi atau dibatasi oleh
ajaran Islam. Sehingga sistem ekonomi Islam bukanlah suatu pemikiran yang bersifat final melainkan terus berkembang melalui kerja ijtihad.
3. Dasar Hukum Koperasi Syariah