Jenis-jenis PerjanjianAkad dalam Islam

Konsekuensi yuridis jika syarat ini tidak terpenuhi, perjanjian yang dibuat dapat dibatalkan. Dengan demikian perjanjian yang dibuat tetap sah, apabila tindakan pembatalan belum dilakukan. c Harus jelas dan gamblang Dalam sebuah perjanjian harus jelas apa saja yang menjadi objeknya, hak dan kewajiban para pihak yang terlibat dalam perjanjian. Konsekuensi yuridis jika syarat ini tidak terpenuhi, maka perjanjian yang dibuat oleh para pihak bersifat batal demi huku m. Dengan demikian mengenai syarat-syarat sahnya perjanjian menurut hukum Islam, agak berbeda dengan syarat sahnya perjanjian menurut hukum adat dan menurut KUH Perdata. Perbedaan sebenarnya ada pada peristilahan saja, sedangkan secara subtantif hampir sama. Syarat tidak menyalahi hukum syari’ah yang disepakati adanya, dalam konteks hukum adat dikenal dengan asas terang, dan dalam hukum perdata barat dikenal dengan kausa yang halal. Syarat harus ada kesepakatan konsensualisme dalam hukum barat, dikenal dalam hukum perjanjian Islam dengan harus sama ridha dan ada pilihan, dan terakhir syarat harus jelas dan gamblang tercakup dalam asas terang dan tunai dalam Hukum adat dan adanya objek tertentu dalam Hukum Perdata Barat KUH Perdata.

7. Jenis-jenis PerjanjianAkad dalam Islam

Layaknya hukum perjanjian menurut KUH Perdata yang terdiri dari berbagai macam klasifikasi, maka dalam Hukum Islam pun terkait dengan Universitas Sumatera Utara akadperjanjian dapat digolongkan menjadi beberapa klasifikasi. Adapun klasifikasi huku m perjanjian Islam adalah sebagai berikut : 46 a. Akad dilihat dari segi keabshannya, terdiri dari ; 1 akad shahih, yaitu akad yang memenuhi rukun dan syaratnya, sehingga seluruh akibat hukum yang ditimbulkan akad itu berlaku mengikat bagi pihak-pihak yang berakad. 2 Akad tidak shahih, yaitu akad yang terdapat kekurangan pada rukun dan syaratnya, sehingga seluruh akibat hukum dari akad itu tidak berlaku dan tidak mengikat pihak-pihak yang berakad. b. Akad dilihat dari sifat mengikatnya, terdiri dari ; 1 akad yang mengikat secara pasti, artinya tidak boleh difasakh dibatalkan secara sepihak. 2 Akad yang tidak mengikat secara pasti, yaitu akad yang tidak di fasakh oleh dua belah pihak atau oleh satu pihak. c. Akad dilihat dari bentuknya, terdiri dari : 1 akad tidak tertulis, yaitu akad yang dibuat secara lisan saja dan biasanya terjadi pada akad yang sederhana, misalnya : jual-beli kebutuhan konsumsi sehari-hari. 2 akad tertulis, yaitu akad yang dituangkan dalam bentuk tulisanakta baik akta otentik maupun akta dibawah tangan. Akad yang dibuat secara tertulis biasanya untuk akad-akad yang kompleks atau menyangkut kepentingan 46 Abdul Ghofur Anshori, Op cit, hal. 28 Universitas Sumatera Utara umumpublik, misalnya akad wakaf, akad jual-beli ekspor-impor dan sebagainya. d. Akad dalam sektor ekonomi, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu : 1 akad tabarru, yaitu akad yang berkaitan dengan transaksi non-profit. Yang termasuk kedalam akad tabarru ini adalah al-Qard, ar-Rahman, Hiwalah, Wakalah, Kafalah, Wadi’ah, Hadiah, Hibah, Waqaf dan shodaqah. akad mu’awadah, yaitu akad yang bertujuan untuk mendapatkan imbalan tertentu. Atau dengan kata lain akad ini berkaitan dengan transaksi bisnis dengan motif untuk memperoleh laba profit oriented. Yang termasuk akad mu’awadah ini adalah yang berdasarkan prinsip jual-beli al-Bay Al-Murabahah dengan mark up, akad salam dan akad isthisna, akad yang berdasarkan prinsip bagi hasil Al- Mudharabah dan Al-Musyarakah, akad yang berdasarkan prinsip sewa-menyewa Ijarah dan Ijarah wa Isthisna.

C. Prinsip-prinsip Dasar Produk Koperasi Syariah