Refleksi Kesadaran Diri

1. Refleksi Kesadaran Diri

Untuk mengetahui kesadaran diri biasanya melalui dua proses, pertama melalui proses ujian, dan kedua melalui proses fitnah (cobaan).

a) Ujian

Terjemah: “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS. Al-Mulk: 2)

Ada beberapa terminologi yang digunakan untuk menyatakan sebuah evaluasi yang dalam istilah sering disebut dengan “ujian” atau “cobaan”. Dalam istilah tersebut kata ujian biasanya lebih berkonotasi pada kondisi sebuah proses, sementara istilah cobaan biasanya lebih berkonotasi pada objek yang dirasakan, atau kata ujian menunjuk pada proses evaluasi, sementara cobaan menunjuk pada derita dan nistapa yang dirasakan. Kedua-duanya bisa bersifat positif dan negatif, tetapi konotasi negatif biasanya lebih mendominasi.

Al- Qur’an ketika menunjuk evaluatifitas kehidupan manusia dengan menggunakan beberapa istilah, diantaranya adalah: imtihan,

ihtibar, i’tibar dan ibtila’. Pertama, Imtihan. Dari segi bahasa kata imtihan berasal dari kata,

-م ح - ن yang berarti memukul binatang dari belakang agar jalannya

cepat, kata ini kadang-kadang juga diartikan ibtila dan ikhtibar. Kata ini jika digunakan dalam konteks pendidikan, ia berarti meneliti kembali seraya merenungkan. Dalam hal ini segala bentuk yang menimpa

manusia disebut ةنحم yang bentuk jamaknya نحم agar manusia

berfikir dan merenungkan kembali perbuatan yang telah dilakukan. Kedua, ikhtibar/ihtibar. Dalam kamus kebahasaan, ada dua istilah yang mirip yaitu antara kata ikhtibar dan ihtibar. Yang pertama berasal dari kata ربخ - ةربخ yaitu suatu pengetahuan atau ma ’rifah yang

diperoleh dari pengalaman. Jika kata tersebut berbentuk ربتخا berarti

menguji dan mencoba kembali untuk mengetahui hakekat yang ada. Kata ini tidak dijumpai pemakaiannya di dalam Al- Qur’an. Sementara yang kedua (ihtibar) ia mempunyai arti menunjukkan efek yang baik. Dari derivasi kata ini muncul istilah ahbar yaitu orang yang dari menguji dan mencoba kembali untuk mengetahui hakekat yang ada. Kata ini tidak dijumpai pemakaiannya di dalam Al- Qur’an. Sementara yang kedua (ihtibar) ia mempunyai arti menunjukkan efek yang baik. Dari derivasi kata ini muncul istilah ahbar yaitu orang yang dari

Ketiga, i’tibar. Secara bahasa kata tersebut menunjukkan pelampuan sebuah kondisi kepada kondisi lain, sehingga istilah u’bur

adalah mengarungi perairan baik dengan berenang maupun dengan menggunakan alat penyeberangan. Jika kata tersebut berbentuk ‘ibarah

biasanya digunakan untuk istilah perkataan di mana ungkapan yang keluar dari mulut si pembicara melintas menuju teliga si pendengar, dan jika berbentuk i’tibar dan ‘ibrah menunjukkan kondisi dari sesuatu yang terjadi agar dihubungkan dengan kondisi sesuatu yang belum terjadi.

Keempat ibtila’. Dalam istilah Indonesia, kata “bala” mempunyai dua arti; pertama pasukan atau prajurit yang berfungsi untuk menolong suatu musibah. kedua bencana atau kecelakaan, malapetaka, kemalangan dan cobaaan. Dalam bahasa Arab, kata tersebut berasal dari

kata ب - ل - ي yang menunjukkan dua arti, yang pertama adalah

menunjukkan perilaku dari sesuatu, dan yang kedua adalah jenis dari ujian. Hal ini seperti firman Allah dalam QS. Al-Baqarah: 155 dan QS.

A ṣ-Ṣaffat: 106:

Terjemah: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang- orang yang sabar”.

Terjemah: “Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata”.

Dalam konteks di atas, maka segala bentuk pembebanan (taklif) juga disebut bala karena pertama taklif senantiasa dirasakan sebagai sesuatu yang menyengsarakan oleh raga, kedua taklif adalah sebagai ikhtibar untuk menguji hakekat kualitas diri seseorang. Hal ini sebagaimana dalam firman Allah dalam QS. Muhammad: 31:

Terjemah: “Dan Sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu”.

Sementara itu ujian Allah kepada manusia ada kalanya melalui kemudahan (al-masar) yang merupakan minhah agar ia bersyukur, dan adakalanya berupa kesusahan (al-madlar) yang merupakan minhah agar ia bersabar. Dalam kehidupan biasanya manusia berperilaku sabar lebih mudah dari pada bersyukur.

b) Fitnah (cobaan) Kamus besar bahasa Indonesia, mengartikan kata “fitnah” sebagai “perkataan yang bermaksud menjelekkan orang”. Kata “fitnah” kadang-kadang juga digunakan berdasar pemakaian asal kata di atas, dengan arti “menguji”, baik ujian itu berupa kenikmatan maupun kesulitan.

Ujian menunjuk pada proses evaluasi, maka fitnah merupakan bagian dari ujian yang dapat dievaluasi baik seseorang itu dapat melewatinya atau tidak dapat melewatinya.