Macam-macam Metode Tafsir

G. Macam-macam Metode Tafsir

Islah Gusmian (2013:111) dalam bukunya Khazanah Tafsir Indonesia mengutip bahwa Al-Farmawi memetakan metode penafsiran Al- Qur’an menjadi empat bagian pokok: Tahlili, Ijmali, Muqarran, dan Maudhu’i.

1. Metode Tahlili

Metode Tahlili adalah suatu metode yang menjelaskan makna-makna yang dikandung ayat Al- Qur’an yang urutannya disesuaikan dengan tertib ayat yang ada dalam mushaf Al- Qur’an. Ia menjelaskan ayat demi ayat surat demi surat dengan menjelaskan makna mufradatnya, juga unsur i’jaz dan balaghahnya. Penafsiran yang menggunakan metode ini juga tidak mengabaikan asbabun nuzul ayat dan munasabah ayat.

Kekurangan dan kelebihan tentu tidak lepas dari metode tafsir. Adapun kelebihan metode ini yaitu 1) ruang lingkupnya sangat luas dan 2) memuat berbagai ide. Sedangkan kekurangannya yaitu 1) Ayat-ayat Al- Qur’an seolah-olah menjadi bertentangan, 2) Melahirkan penafsiran yang subjektif, dan 3) Masuknya pemikiran dan riwayat isra’iliyat.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dipahami bahwa metode tahlili dalam menafsirkan ayat-ayat Al- Qur’an yakni dengan penuh ketelitian agar kandungan al- Qur’an dapat dipahami secara keseluruhan aspeknya.

2. Metode Ijmali

Metode Ijmali, yaitu metode tafsir yang menafsirkan ayat Al- Qur’an dengan cara mengemukakan makna ayat secara global. Sistematikanya mengikuti urutan surat Al- Qur’an, sehingga makna-maknanya saling berhubungan. Penyajiannya menggunakan ungkapan yang diambil dari Al- Qur’an sendiri dengan menambahkan kata atau kalimat penghubung, Metode Ijmali, yaitu metode tafsir yang menafsirkan ayat Al- Qur’an dengan cara mengemukakan makna ayat secara global. Sistematikanya mengikuti urutan surat Al- Qur’an, sehingga makna-maknanya saling berhubungan. Penyajiannya menggunakan ungkapan yang diambil dari Al- Qur’an sendiri dengan menambahkan kata atau kalimat penghubung,

Abd. Mun salim (2010: 47) mengatakan bahwa penafsir dengan metode ini, dalam penyampaiannya menggunakan bahasa yang ringkas dan sederhana, serta memberikan idiom yang mirip, bahkan sama dengan bahasa Al- Qur’an. Sehingga pembacanya merasakan seolah-olah Al- Qur’an sendiri berbicara dengannya. Sehingga dengan demikian dapatlah diperoleh pengetahuan yang diharapkan dengan sempurna dan sampailah ia kepada tujuannya dengan cara yang mudah serta uraian yang singkat dan bagus.

Adapun kelebihan metode ini ialah 1) praktis dan mudah dipahami, 2) terbebas dari riwayat isra’iliyat, dan 3) seperti bahasa Al-Qur’an.

Sedangkan kekurangannya ialah 1) Al- Qur’an seolah-olah menjadi parsial dan, 2) tidak ada ruang untuk menganalisis.

Dapat dipahami dari pengertian diatas bahwa metode ijmali dalam menafsirkan ayat al- Qur’an yakni dengan mengungkapkan makna global sebatas arti tanpa menyinggung hal-hal selain arti yang dikehendaki yang bertujuan untuk memudahkan pembacanya.

3. Metode Muqaran

Metode tafsir muqarran yaitu metode yang ditempuh seorang mufassir dengan cara mengambil sejumlah ayat Al- Qur’an, kemudian mengemukakan penafsiran para ulama tafsir terhadap ayat-ayat itu, dan mengungkapkan pendapat mereka serta membandingkan segi-segi dan kecenderungan masing-masing yang berbeda dalam menafsirkan Al- Qur’an. Kemudia ia menjelaskan bahwa dintara mereka ada yang corak penafsirannya ditentukan oleh disiplin ilmu yang dikuasainya. Ada diantara mereka yang menitikberatkan pada bidang nahwu, yakni segi-segi i’rab, dan ada pula yang corak penafsirannya ditentukan oleh kecenderungan kepada bidang balaghah. (Said Agil: 2004: 73)

Penafsiran yang menggunakan metode ini pertama sekali menghimpun sejumlah ayat-ayat Al- Qur’an, kemudaian mengkajinya dan meneliti penafsiran sejumlah penafsir mengenai ayat-ayat tersebut dalam karya mereka. Perbandingan ini dalam tiga hal, yaitu: perbandingan antarayat, perbandingan ayat Al- Qur’an dengan hadits, dan perbandingan penafsiran antar mufasir.

Metode muqaran juga digunakan dalam membahas ayat-ayat Al- Qur’an yang memiliki kesamaan redaksi namun berbicara tentang topik yang berbeda. Atau sebaliknya, topik yang sama dengan redaksi yang berbeda. Ada juga di antara penafsir yang membandingkan antara ayat- ayat Al- Qur’an dengan hadits Nabi yang secara lahiriah tampak berbeda.

Adapun kelebihan metode ini ialah 1) memberikan wawasan yang luas, 2) menghargai pendapat orang lain, 3) pintu pengetahuan semakin Adapun kelebihan metode ini ialah 1) memberikan wawasan yang luas, 2) menghargai pendapat orang lain, 3) pintu pengetahuan semakin

Dapat dipahami bahwa Metode Muqarran ialah menafsirkan ayat-ayat Al- Qur’an dengan penuh ketelitian, kehati-hatian, serta dituntut untuk lebih kritis dari metode lainnya, karena metode ini bersifat membandingkan, baik itu antar ayat dengan ayat, surat dengan surat, ataupun membandingkan pendapat dengan pendapat yang lain sehingga ditemukan titik temu dari ayat yang ditafsirkan.

4. Metode Maudhu’i

Metode tafsir maudhu’i (tematik) yaitu metode yang ditempuh seorang mufassir dengan cara menghimpun seluruh ayat-ayat Al- Qur’an yang berbicara tentang satu masalah/tema (maudhu) serta mengarah kepada ssatu pengertian dan satu tujuan, sekalipun ayat-ayat itu (cara) turunnya berbeda, tersebar pada berbagai surat dalam Al- Qur’an dan berbeda pula waktu dan tempat turunnya.

Kemudian ia menentukan ayat-ayat itu sesuai dengan masa turunnya, mengemukakan sebab turunnya sepanjang hal itu dimungkinkan (jika ayat itu turun karena sebab tertentu), menguraikannya dengan sempurnamenjelaskan makna dan tujuannya, mengkaji terhadap seluruh segi dan apa yang dapat diitinbatkan darinya, segi i’rabnya, unsur-unsur Kemudian ia menentukan ayat-ayat itu sesuai dengan masa turunnya, mengemukakan sebab turunnya sepanjang hal itu dimungkinkan (jika ayat itu turun karena sebab tertentu), menguraikannya dengan sempurnamenjelaskan makna dan tujuannya, mengkaji terhadap seluruh segi dan apa yang dapat diitinbatkan darinya, segi i’rabnya, unsur-unsur

Qur’an itu dan oleh karenanya, tidak diperlukan ayat-ayat lain. Metode tafsir maudhu’i disebut dengan metode tematik karena pembahasannya berdasarkan tema-tema tertentu yang terdapat dalam Al-

Qur’an. Metode maudhu’i yaitu menafsirkan ayat Al-Qur’an secara tematis. Metode ini mempunyai dua bentuk. Pertama, membahas satu

surat Al- Qur’an dengan menghubungkan maksud antarayat serta pengertiannya secara menyeluruh. Dengan metode ini ayat tampil dalam bentuknya yang utuh. Contohnya, Al-Tafsir al-Wadhih karya Muhammad Mahmud al- Hija’i. Kedua, menghimpunkan ayat Al-Qur’an yang mempunyai kesamaan arah dan tema, kemudian dianalisis dan dari sana ditarik kesimpulan. Biasanya, model ini diletakkan di bawah bahasan tertentu. Contohnya: Al- Mar’ah fi al-Qur’an karya ‘Abbas Mahmud al- ‘Aqqad.

Adapun kelebihan metode ini ialah 1) dapat menjawab tantangan zaman, 2) praktis dan sistematis, 3) Dinamis, dan 4) membuat pemahaman menjadi utuh. Sedangkan kekurangannya ialah 1) memenggal ayat-ayat Al- Qur’an, dan 2) membatasi pemahaman ayat pada suatu tema.