Pengertian Nilai

A. Pengertian Nilai

Ahmad Amin mengatakan sebagaimana yang telah dikutip oleh Ahmad Munir (2008: 163) dalam bukunya Tafsir Tarbawi bahwaa ketika Islam bersentuhan kepada masyarakat yang sebelumnya telah memiliki nilai yang dipegangi ada beberapa sikap yang dilakukan oleh Islam. Pertama terhadap sikap, perilaku dan nilai yang positif seperti semangat, keberanian, kedermawanan serta kebaktian kepada kelompok, Islam bersikap pro aktif dan kooperatif untuk menerima dan mengembangkannya. Kedua, terhadap sikap, perilaku serta nilai yang tercela seperti politeisme, syirik, dan segala bentuk ke ẓoliman, Islam menolak dan meluruskannya.

Perubahan positif tersebut akan terlaksana, jika Al- Qur’an dipahami dan dihayati nilai-nilai kandungannya. Dalam hal ini, Al- Qur’an tidaklah menjadikan dirinya sebagai alternatif pengganti usaha manusiawi, tetapi sebagai pendorong dan pemandu demi berperannya manusia secara positif dalam bidang kehidupan.

Menurut pandangan Al- Qur’an, suatu perubahan akan terlaksana jika dipenuhi dengan dua syarat pokok yaitu: pertama, adanya nilai atau ide, kedua adanya pelaku-pelaku yang menyesuaikan diri dengan nilai-nilai tersebut. Syarat yang pertama tertuang dalam petunjuk Al- Qur’an serta Menurut pandangan Al- Qur’an, suatu perubahan akan terlaksana jika dipenuhi dengan dua syarat pokok yaitu: pertama, adanya nilai atau ide, kedua adanya pelaku-pelaku yang menyesuaikan diri dengan nilai-nilai tersebut. Syarat yang pertama tertuang dalam petunjuk Al- Qur’an serta

Sebelum lebih jauh membahas tentang nilai, maka sebaiknya perlu diketahui makna nilai itu sendiri. Dalam kajian ilmiah, ada yang disebut dengan teori nilai, bahwa yang dimaksud dengan nilai adalah daya pendorong dalam hidup, yang memberi makan pengabsahan pada tindakan. Nilai memiliki dua dimensi, yaitu dimensi intelektual dan dimensi emosional. Kombinasi dua dimensi ini menentukan nilai serta fungsinya dalm kehidupan. Apabila dalam pemberian makna dan keabsahan terhadap suatu tindakan, dimensi intelektualnya lebih dominan daripad dimensi emosionalnya, kombinasi tersebut dinamakan norma atau prinsip. Kasih sayang, pemaaf, sabar, persaudaraan, dan sebagainya adalah norma atau prinsip dalam dimensi intelektual. Akan tetapi, semuanya bisa berperan sebagai nilai dalam dimensi emosional yang terwujud dalam tingkah laku atau pola pikir (Afifuddin, 2004: 13).

Nilai merupakan istilah yang sering digunakan oleh banyak pihak, di antaranya psikoterapis, psikolog, sosiolog, filsuf, dan masyarakat umum dalam beragam kehidupan. Selain itu, digunakan juga untuk memahami dimensi etika dalam menganalisis masalah atau menyimpulkan masalah.

Sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari bahwa nilai merupakan sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Pada pembahasan ini nilai merupakan kualitas yang berbasis moral.

Dalam filsafat, istilah ini digunakan untuk menunjukkan kata benda abstrak yang artinya keberhargaan yang setara dengan berarti atau kebaikan.

Rusdiana (2014: 13) mengatakan bahwa nilai adalah segala hal yang berhubungan dengan tingkah laku manusia mengenai baik atau buruk yang diukur oleh agama, tradisi, etika, moral, dan kebudayaan yang berlaku dalam masyarakat. Ia juga mengatakan bahwa untuk mengetahui nilai dan penggunaannya, yaitu dengan menyimak penerapan nilai-nilai dalam kehidupan manusia meskipun tidak terlepas dari lingkaran etika dan moral perspektif aksiologi sebagai salah satu bagian filsafat yang mempersoalkan teori nilai.

Beberapa tokoh mendefinisikan nilai sebagai berikut:

1. Menurut Kartini Kartono dan Dali Guno (2003), nilai sebagai hal yang dianggap penting dan baik. Semacam keyakinan seseorang terhadap yang seharusnya atau tidak seharusnya dilakukan (misalnya jujur, ikhlas) atau cita-cita yang ingin dicapai oleh seseorang (misalnya kebahagiaan, kebebasan).

2. Ahmad Tafsir meletakkan pembahasan nilai setelah membahas teori pengetahuan dan teori hakikat yang merupakan sistematika dalam pembahasan filsafat. Teori lainnya, seperti yang dikemukakan oleh teori Nicolai Hartmann, bahwa nilai adalah esensi dan ide platonik. Nilai selalu berhubungan dengan benda yang menjadi pendukungnya.

3. Ngalim Purwanto mengatakan bahwa nilai yang ada pada seseorang dipengaruhi oleh adanya adat istiadat, etika, kepercayaan, dan agam yang dianutnya. Semua itu memengaruhi sikap, pendapat, dan pandangan 3. Ngalim Purwanto mengatakan bahwa nilai yang ada pada seseorang dipengaruhi oleh adanya adat istiadat, etika, kepercayaan, dan agam yang dianutnya. Semua itu memengaruhi sikap, pendapat, dan pandangan

4. Mulyana (2004: 11) mengatakan bahwa nilai adalah keyakinan dalam menentukan pilihan. Dengan demikian, nilai ialah adanya keyakinan terhadap tingkah laku baik

atau buruk melalui tolak ukur agama, tradisi, moral, sosial dan budaya yang berlaku di masyakarat.