Perkara Pidana No.1.805 /Pid.B/2005/PN.Mdn

2. Perkara Pidana No.1.805 /Pid.B/2005/PN.Mdn

Kejahatan yang dilakukan dalam kasus ini adalah tindak pidana di bidang perlindungan konsumen yaitu memperdagangkan barang yang tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau kemanjuran sebagaimana dinyatakan dalam label etiket atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut. Tindak pidana yang Kejahatan yang dilakukan dalam kasus ini adalah tindak pidana di bidang perlindungan konsumen yaitu memperdagangkan barang yang tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau kemanjuran sebagaimana dinyatakan dalam label etiket atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut. Tindak pidana yang

Unsur-unsur tindak pidana dalam pasal ini adalah :

1. Barangsiapa ;

2. Memperdagangkan barang yang tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan, atau kemanjuran sebagaimana dinyatakan dalam label etiket atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut.

Unsur barangsiapa dapat dilihat dari adanya pelaku tindak pidana yaitu Jonny Parulian Panjaitan SE, sebagai pemilik usaha perdagangan pupuk. Jonny Parulian dalam menjalankan usahanya telah melakukan perbuatan yang merugikan konsumen karena dalam kegiatan usahanya telah melakukan hal-hal yang dilarang dilakukan bagi pelaku usaha yaitu memperdagangkan barang yang tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau kemanjuran sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket atau keterangan barang tersebut. Pupuk yang seharusnya dibeli konsumen/petani dengan harga yang lebih murah karena disubsidi oleh pemerintah, namun harus dibayar dengan lebih mahal karena terdakwa telah menukar karung pupuk dengan keterangan yang berbeda dengan isi yang ada didalamnya yaitu pupuk yang bersubsidi.

Yang menjadi korban akibat perbuatan terdakwa juga bukan merupakan korban konsumen yang secara langsung menderita kerugian. Akan tetapi korban yang timbul akibat perbuatan terdakwa adalah konsumen masyarakat luas yang tertipu membeli barang yang tidak sesuai dengan kemasannya. Oleh karena itu pidana yang dijatuhkan kepada terdakwa tidak hanya merupakan pembalasan Yang menjadi korban akibat perbuatan terdakwa juga bukan merupakan korban konsumen yang secara langsung menderita kerugian. Akan tetapi korban yang timbul akibat perbuatan terdakwa adalah konsumen masyarakat luas yang tertipu membeli barang yang tidak sesuai dengan kemasannya. Oleh karena itu pidana yang dijatuhkan kepada terdakwa tidak hanya merupakan pembalasan

Dilihat dari perbuatan dan cara yang dilakukan terdakwa maka jaksa penuntut umum telah menggunakan dasar hukum yang tepat dalam merumuskan dakwaannya yaitu secara alternatif dengan menggunakan Undang-Undang Perlindungan Konsumen dan Undang-Undang Merk dan dalam tuntutannya jaksa berkesimpulan bahwa Undang-Undang Perlindungan Konsumen lebih tepat digunakan sebagai dasar tuntutan pidana bagi terdakwa. Penulis juga sangat sepakat dengan apa yang dilakukan oleh jaksa penuntut umum karena perbuatan terdakwa lebih cenderung sebagai perbuatan yang merugikan konsumen. Jaksa penuntut umum telah secara tepat menggunakan ketentuan dalam Undang-undang Perlindungan Konsumen karena perbuatan yang dilakukan para terdakwa sudah mempunyai pengaturan tersendiri yaitu Undang-Undang Perlindungan Konsumen.

Majelis hakim menjatuhkan vonis yang lebih ringan kepada terdakwa dari apa yang dituntut oleh jaksa penuntut umum. Sanksi yang dijatuhkan oleh majelis hakim kepada terdakwa dalam kasus ini adalah pidana penjara selama 1 tahun 5 bulan . Sanksi ini lebih ringan dari ketentuan yang terdapat dalam Pasal 62 UUPK yaitu pidana penjara maksimal 5 tahun dan pidana denda sebanyak-banyaknya Rp. 2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah).

Dari kedua kasus yang diputuskan oleh Pengadilan Negeri Medan tersebut di atas terdapat dua tindak pidana di bidang perlindungan konsumen yang berbeda. Ketentuan pidana yang yang diterapkan terhadap dua kasus tersebut juga Dari kedua kasus yang diputuskan oleh Pengadilan Negeri Medan tersebut di atas terdapat dua tindak pidana di bidang perlindungan konsumen yang berbeda. Ketentuan pidana yang yang diterapkan terhadap dua kasus tersebut juga

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terhadap tindak pidana terhadap konsumen dapat diterapkan berbagai ketentuan pidana yang telah mengatur sesuai dengan jenisnya. Upaya perlindungan konsumen dengan menggunakan sarana hukum pidana tidak terbatas pada hal-hal yang diatur dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen saja sebagai induk dari segala ketentuan dalam perlindungan konsumen, akan tetapi perbuatan-perbuatan yang sifatnya merugikan konsumen juga diatur dengan ketentuan pidana dalam undang- undang sektoral lainnya, salah satunya dalam Undang-Undang Pangan. Hal ini memperlihatkan upaya perlindungan konsumen mencakup hal-hal yang kompleks dan menyebar dalam berbagai peraturan sektoral.

Dengan diterapkannya ketentuan pidana dalam kedua kasus tersebut di atas memperlihatkan bahwa hukum pidana telah digunakan dalam menyelesaikan perbuatan-perbuatan merugikan konsumen yang dilakukan oleh para terdakwa. Dilihat dari kedua kasus yang tidak menimbulkan korban secara langsung, menunjukkan bahwa hukum pidana tidak hanya berfungsi sebagai alat pembalasan semata-mata akan tetapi juga sebagai sarana perlindungan bagi masyarakat.

Hukum pidana merupakan ultimum remedium (saran terakhir) dan hukum pidana dengan sarana penal mempunyai keterbatasan dalam menanggulangi kejahatan. Saran penal dianggap berfungsi setelah kejahtan terjadi sehingga hukum pidana tidak dapat berfungsi maksimal sebagai efek pencegah sebelum Hukum pidana merupakan ultimum remedium (saran terakhir) dan hukum pidana dengan sarana penal mempunyai keterbatasan dalam menanggulangi kejahatan. Saran penal dianggap berfungsi setelah kejahtan terjadi sehingga hukum pidana tidak dapat berfungsi maksimal sebagai efek pencegah sebelum

Dari kedua kasus tersebut di atas, terdakwa yang melakukan tindak pidana mempunyai kualitas yang berbeda. Di mana pada kasus pertama terlihat bahwa pelaku hanya seorang pekerja biasa sedangkan pada kasus kedua pelaku adalah seorang yang berkedudukan sebagai pelaku usaha yang cukup besar (pemilik C.V). Artinya, akibat yang ditimbulkan oleh para terdakwa berbeda satu sama lain. Akan tetapi dari dua putusan di atas, hakim dalam menjatuhkan putusan hanya menggunakan ancaman pidana pokok pada kedua terdakwa yaitu pidana penjara.

Disamping itu UUPK juga mengatur mengenai pidana tambahan, salah satunya yakni pencabutan izin usaha sehingga hakim dapat juga mengenakan sanksi pidana tambahan ini sehingga perbuatan yang sama tidak akan terulang lagi. Pada kasus pertama pemidanaan yang dikenakan kepada terdakwa mempunyai manfaat baik sebagai perlindungan masyarakat maupun perbaikan terhadap diri pelaku. Dilihat dari aspek perlindungan masyarakat, pidana yang dijatuhkan terdakwa dapat mencegah maupun mengurangi perbuatan yang merugikan masyarakat. Dari aspek perbaikan terhadap diri pelaku, pengenaan pidana penjara diharapkan dapat merubah dan memperbaiki sikap pelaku.

Dilihat dari hakikat kejahatan sebagai suatu masalah kemanusiaan dan masalah sosial, banyak faktor yang yang menyebabkan terjadinya kejahatan. Faktor-faktor tersebut sangat kompleks dan berada di luar jangkauan hukum Dilihat dari hakikat kejahatan sebagai suatu masalah kemanusiaan dan masalah sosial, banyak faktor yang yang menyebabkan terjadinya kejahatan. Faktor-faktor tersebut sangat kompleks dan berada di luar jangkauan hukum

dengan sarana penal maupun sarana non penal. 75 Dalam kaitannya dengan tindak pidana di bidang perlindungan konsumen, hukum pidana juga mempunyai

keterbatasan dalam upaya penanggulangannya. Oleh karena itu dalam mewujudkan suatu sistem perlindungan konsumen, maka disamping upaya penal juga harus menempuh upaya non penal. Jalur non penal terlihat dengan adanya

upaya melakukan perlindungan konsumen melalui 76 :

1. Pembinaan dan pengawasan oleh pemerintah (Pasal 29 sampai dengan Pasal 30) dengan membentuk Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) yang menurut Pasal 30 mempunyai tugas antara lain

a. Memberikan saran dan rekomendasi

b. Melakukan penelitian dan pengkajian

c. Mendorong berkembangnya lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat (LPKSM)

d. Menyebarkan informasi dan memasyarakatkan sikap keberpihakan kepada konsumen

e. Menerima pengaduan dari masyarakat, Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), atau pelaku usaha.

75 Barda Nawawi Arief, 1996, op.cit., hal. 51 76 Barda Nawawi Arief, 2001, op.cit., hal. 64

2. Pengawasan oleh masyarakat dan lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LKPSM) yang tugasnya menurut Pasal 44 antara lain :

a. Menyebarkan informasi untuk meningkatkan kesadaran atas hak dan kewajiban serta kehati-hatian konsumen.

b. Memberi nasehat kepada konsumen

c. Bekerjasama dengan instansi terkait dalam upaya mewujudkan perlindungan konsumen

d. Membantu konsumen memperjuangkan haknya (termasuk menerima keluhan/pengaduan)

e. Melakukan pengawasan bersama pemerintah

3. Penyelesaian sengketa lewat gugatan (perdata) melalui pengadilan (Pasal 45 sampai dengan Pasal 46).

4. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan (pasal 47) lewat suatu badan yang disebut Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) yang anggotanya mengandung unsur pemerintah, unsur konsumen, dan unsur pelaku usaha (Pasal 49) badan penyelesaian sengketa konsumen (BPSK) ini dapat menjatuhkan sanksi administratif (Pasal 52 sub m jo. Pasal 60).

Upaya non penal yang telah diuraikan di atas maka upaya non penal ini harus dilakukan :

1. Dari dalam masyarakat, antara lain :

a. Masyarakat harus lebih berhati-hati dan selektif dalam memilih, membeli dan menggunakan suatu barang/jasa.

b. Menumbuhkan kesadaran terhadap hak-hak yang dimilikinya, sehingga apabila hak-haknya sebagai konsumen dilanggar tidak hanya mendiamkannya saja, dan jika terjadi perbuatan yang merugikan dirinya maka tidak lagi ragu untuk melaporkan kepada aparat penegak hukum atau menuntut hak-haknya sebagai konsumen.

2. Dari Pemerintah, antara lain :