Pengaturan Perlindungan Terhadap Konsumen Dengan Ketentuan Hukum Pidana Di Dalam KUHP
A. Pengaturan Perlindungan Terhadap Konsumen Dengan Ketentuan Hukum Pidana Di Dalam KUHP
Hukum pidana baik yang termuat di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), maupun di luar Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, merupakan ketentuan-ketentuan penting dari hukum perlindungan konsumen. Sebagaimana diketahui tiap aturan pidana berlaku terhadap setiap orang dan/atau badan usaha yang berada di Indonesia. Tetapi untuk kejahatan-kejahatan dan atau pelanggaran tertentu tiap orang diluar Indonesia juga dapat dikenakan tindak pidana tertentu berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Indonesia.
Pengaturan tindak pidana terhadap konsumen juga terdapat di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Dalam KUHP tidak disebutkan kata konsumen, akan tetapi secara eksplisit dapat ditarik beberapa pasal yang memberikan perlindungan bagi konsumen dengan menggambarkan kaitannya pada Hukum Perlindungan Konsumen, pasal-pasal tersebut antara lain :
1. Pasal 204 KUHP Pasal ini mengatur tentang berbagai bentuk atau macam barang dan jasa. Pasal 204 ini berbunyi : (1) Barangsiapa menjual, menawarkan, menyerahkan atau membagi-
bagikan barang yang diketahuinya membahayakan nyawa atau kesehatan orang, diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan orang itu mati, yang bersalah diancam dengan pidana seumur hidup atau pidana penjara selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun.
Pasal ini mengatur tentang prilaku seseorang yang menjual, menawarkan, menyerahkan atau membagi-bagikan pada orang lain barang yang diketahuinya dapat membahayakan nyawa atau kesehatan tubuh orang tersebut. Padahal tentang bahaya yang dapat mengancam nyawa atau kesehatan seseorang lain itu tidak diberitahukannya kepada orang bersangkutan.
Yang diancam hukuman dalam pasal ini ialah perbuatan menjual, menawarkan, menerimakan atau membagi-bagikan barang yang membahayakan bagi jiwa atau kesehatan orang lain dan mendiamkan sifat
yang berbahaya dari barang tersebut. 60 Barang yang membahayakan bagi jiwa atau kesehatan orang misalnya, makanan, minuman, alat-alat tulis,
bedak, cat bibir, cat rambut dan lain sebaginya. Yang dapat dituntut dalam pasal ini misalnya pengusaha toko yang menjual, pelayan toko yang menawarkan dan menerima dan distributor yang membagi-bagikan. Mendiamkan sifat yang berbahaya dari barang tersebut berarti merahasiakan sifat yang berbahaya itu. Tetapi apabila pada waktu menjual, menawarkan, menerima atau membagi-bagikan barang itu pengusaha atau pelayan toko tersebut mengatakan kepada pembeli akan sifat berbahaya dari barang itu, maka pengusaha atau pelayan toko tersebut tidak dapat dikenakan pasal ini.
Perbuatan yang diancam ini tidak semata-mata dalam hubungan perdagangan. Perhatikan istilah menyerahkan dan atau membagi-bagikan juga terdapat dalam hubungan-hubungan lainnya, misalnya dalam menjalankan promosi niaga atau perdagangan, pemberian atau menyerahkan sumbangan-sumbangan tertentu, membagikan sebagai hadiah dan lain-lain. Kemudian kata menawarkan dapat terjadi tidak hanya pada saat menjual barang, tetapi juga menawarkannya melalui periklanan.
Pasal 204 KUHP ini juga mirip dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 10 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen tentang perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha. Dalam Pasal 10 disebutkan bahwa pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan atau membuat pernyataan yang tidak benar atau menyesatkan mengenai harga atau tarif, kegunaan, kondisi, tanggungan, jaminan, hak atau ganti rugi, tawaran potongan harga atau hadiah menarik, serta bahaya penggunaan dari barang dan/atau jasa.
Ketentuan pidana dari Pasal 10 UUPK ini terdapat di dalam Pasal 62 UUPK, ketentuan pidana dalam Pasal 62 UUPK mempunyai sanksi yang lebih berat dari apa yang diatur dalam Pasal 204 KUHP ini yaitu pidana penjara paling lama selama lima tahun dan denda paling banyak dua milyar rupiah.
60 R. Sugandhi, KUHP dan Penjelasannya, Surabaya, Usaha Nasional, 1980, hal. 223
2. Pasal 205 KUHP Pasal 205 KUHP mengatur tentang perbuatan yang karena kealpaannya menyebabkan barang-barang yang berbahaya bagi nyawa atau kesehatan orang, dijual, diserahkan, atau dibagi-bagikan tanpa diketahui sifat berbahayanya oleh yang membeli atau yang memperoleh. Lebih lengkap rumusan pasalnya sebagai berikut :
(1) Barangsiapa karena kekhilafannya menyebabkan barang yang membahayakan bagi jiwa atau kesehatan orang dijual, diterima atau dibagi-bagikan, sedang yang membeli atau yang memperoleh tidak tahu akan sifat berbahaya itu dipidana dengan pidana penjara paling selama-lamanya sembilan bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah
(2) Kalau hal itu berakibat matinya orang, si bersalah dikenakan pidana penjara paling lama satu tahun enam bulan atau kurungan paling lama satu tahun.
(3) Barang-barang itu dapat dirampas.
Isi pasal ini hampir sama saja dengan isi Pasal 204 di atas, hanya bedanya kalau perbuatan dalam Pasal 204 itu dilakukan dengan sengaja, maka peristiwa dalam pasal ini terjadi karena kekhilafannya (kurang hati- hati, lalainya) seseorang. Dan kalau perbuatan dalam Pasal 204 disebut delik dolus maka peristiwa dalam pasal ini disebut delik culpa.
3. Pasal 258 KUHP Pasal ini mengatur tentang ukuran, takaran, timbangan. Pasal ini berbunyi sebagai berikut : (1) Barangsiapa memalsukan ukuran atau takaran, anak timbangan
atau timbangan sesudah dibubuhi tanda tera, dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai barang itu seolah- atau timbangan sesudah dibubuhi tanda tera, dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai barang itu seolah-
(2) Diancam dengan pidana yang sama barangsiapa dengan sengaja memakai ukuran atau takaran, anak timbangan atau timbangan yang dipalsukan, seolah-olah barang itu asli dan tidak dipalsukan.
Pasal ini berkaitan dengan alat penimbang, pengukur atau penakar barang yang telah ditera. Memalsukan alat timbangan misalnya membuat alat timbangan itu sedemikian rupa, sehingga hasil timbangannya tidak
cocok lagi (biasanya lebih ringan) dengan merk teranya. 61 Ayat (1) pasal ini mengancam hukuman kepada orang yang
memalsukan ukuran dan takaran, anak timbangan atau timbangan, yang sudah dibumbuhi tanda tera. Ayat (2) pasal ini mengancam hukuman kepada orang yang dengan sengaja memakai ukuran dan takaran, anak timbangan atau timbangan yang dipalsukan. Memalsukan alat timbangan artinya membuat alat timbangan itu sedemikian rupa, sehingga hasil
timbangannya tidak cocok lagi dengan merk teranya. 62 Dalam perkembangan selanjutnya ketentuan Pasal 205 ini telah
mempunyai ketentuan khusus yang diatur dalam Undang-Undang Nomor
2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal. Ancaman pidana yang diatur dalam Undang-Undang Metrologi Legal lebih ringan dari apa yang diatur dalam Pasal 205 KUHP. Ancaman pidananya terdiri atas dua bagian, yaitu ancaman pidana penjara selama-lamanya 1 (satu) tahun dan denda Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah) dan ancaman pidana penjara selam-
61 R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Politea, Bogor, 1988, hal 192 62 R. Sugandhi, op.cit, hal. 275 61 R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Politea, Bogor, 1988, hal 192 62 R. Sugandhi, op.cit, hal. 275
4. Pasal 382 bis KUHP Ketentuan persaingan curang atau persaingan melawan hukum termuat dalam pasal ini. Ketentuan itu berbunyi : Barangsiapa untuk mendapatkan, melangsungkan, atau memperluas
hasil perdagangannya untuk perusahaannya sendiri atau kepunyaan orang lain, melakukan perbuatan curang untuk menyesatkan khalayak umum atau seorang tertentu, diancam, jika perbuatan itu dapat menimbulkan kerugian bagi pihak-pihak konkruennya atau konkruen- konkruen orang lain, karena persaingan curang, dengan pidana penjara selama-lamanya satu tahun empat bulan atau denda sebanyak- banyaknya sembilan ratus rupiah.
Yang diancam hukuman dalam pasal ini adalah orang yang melakukan perbuatan menipu untuk memperdayakan umum atau seseorang dengan maksud untuk menetapkan, memelihara atau menambah hasil
perdagangannya atau perusahaan sendiri atau orang lain. 63 Pasal ini mengancam dengan maksimum hukuman penjara satu tahun empat bulan
atau denda sembilan ratus rupiah. Kejahatan ini dinamakan persaingan curang (oneerlijke concurrentie) atau penawaran curang (oneerlijke
mededinging 64 ). Supaya dapat dihukum menurut pasal ini, maka :
a. Terdakwa harus melakukan suatu perbuatan menipu
63 Ibid., hal. 402 63 Ibid., hal. 402
c. Perbuatan itu dilakukan untuk menarik sesuatu keuntungan didalam perdagangan atau perusahaan sendiri atau orang lain
d. Karena perbuatan itu dapat ditimbulkan kerugian bagi saingannya
e. Saingannya itu adalah saingan dari terdakwa sendiri atau dengan saingan dari orang lain yang dibela terdakwa Maksud pasal ini adalah untuk memberantas persaingan curang antara
para pedagang dalam mencari keuntungan, tetapi dalam pasal ini tindak pidana ini hanya dinamakan persaingan curang, namun dirumuskan sebagai perbuatan yang menipu untuk memperdayakan khalayak ramai atau orang tertentu. Dan unsur persaingan hanya berupa kemungkinan kerugian pada lawan bersaing. Jadi tidak perlu benar-benar ada lawan bersaing, cukup apabila ada perbuatan yang bersifat menipu dan ada tujuan
si pelaku untuk memperdayakan publik atau orang tertentu. 65 Unsur lain dalam pasal ini yaitu maksud untuk menetapkan,
memelihara atau menambah hasil perdagangan atau perusahaannya atau kepunyaan orang lain. Hal ini dimaksudkan agar seorang agen atau kuasa suatu perusahaan yang melakukan perbuatan ini untuk keperluan majikannya dapat dihukum.
Konsumen dapat dirugikan karena perbuatan persaingan curang tersebut, misalnya penjualan produk tiruan dari produk orang lain. Apapun
64 R. Soesilo, op.cit., hal. 264 65 Wiryono Prodjodikoro, op.cit., hal. 47 64 R. Soesilo, op.cit., hal. 264 65 Wiryono Prodjodikoro, op.cit., hal. 47
padahal ia telah membayar seharga produk aslinya. 66 Dalam perkembangannya sekarang Pasal 382 bis KUHP telah
memiliki ketentuan yang lebih khusus yaitu Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Yang Tidak Sehat. Undang-undang ini mengatur tentang perbuatan curang para pelaku usaha dengan cara yang lebih maju dan canggih dibandingkan dengan perbuatan curang yang diatur dalam Pasal 382 bis KUHP. Dalam undang-undang ini persaingan curang dikenal dengan istilah persaingan usaha tidak sehat yaitu persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau penasaran barang dan atau jasa yang dilakukan dengan tidak jujur atau melawan hukum atau mengahambat persaingan usaha. Ketentuan pidana dalam Undang-Undang ini hanya terbatas pada pidana denda atau pidana kurungan pengganti.
5. Pasal 383 KUHP Pasal ini hampir bersamaan dengan ketentuan sebagaimana termuat dalam pasal 382bis tersebut. Yang berbunyi sebagai berikut : Diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan,
seorang penjual yang berbuat curang terhadap pembeli : (1) Karena sengaja menyerahkan barang lain dari pada yang ditunjuk
untuk dibeli.
66 AZ. Nasution, op.cit., hal. 140
(2) Mengenai jenis, keadaan atau jumlah barang yang diserahkan dengan menggunakan tipu muslihat.
Yang diancam hukuman dalam pasal ini adalah penjual :
1. Yang dengan sengaja menjual suatu barang lain daripada yang dimaksud oleh pembeli.
2. Yang dengan sengaja menjual suatu barang tertentu yang keadaan, sifat atau banyaknya tidak sesuai dengan barang yang telah disepakati oleh pembeli. Pasal ini benar-benar mengatur tentang perlindungan konsumen
terhadap konsumen tertentu (penjual berbuat curang terhadap pembeli). Perbuatan curang terhadap konsumen seperti diatur dalam pasal ini diancam dengan hukuman maksimum satu tahun empat bulan. Perbuatan yang diancam tersebut antara lain terdiri dari menyerahkan barang lain dari yang ditunjuk untuk dibeli atau dengan tipu muslihat menyerahkan barang yang tidak sesuai baik mengenai jenis, keadaan maupun jumlah barang seperti yang disepakati bersama antara penjual dan pembeli.
6. Pasal 386 KUHP Dalam pasal ini, diatur khusus tentang makanan, minuman, dan obat- obatan. Pasal tersebut berbunyi sebagai berikut : (1) barangsiapa menjual, menawarkan atau menyerahkan barang
makanan, minuman, atau obat-obatan yang diketahuinya bahwa itu palsu, dan menyembunyikan hal itu, diancam dengan pidana penjara paling lama emapat tahun.
(2) Bahan makanan, minuman atau obat-obatan itu dipalsu, jika nilainya atau faedahnya menjadi kurang karena sudah dicampur dengan suatu barang lain.
Yang menjadi permasalahan dalam pasal ini apabila makanan, minuman atau obat-obatan itu dipalsu, dan mengenai pemalsuan itu, pihak penjual, penawar atau penyerah makanan, minuman atau obat-obatan itu tidak memberitahukannya kepada pembeli. Memalsukan barang makanan, minuman atau obat-obatan itu tidak hanya dengan cara membuat barang lain yang hampir serupa akan tetapi juga dapat dilakukan dengan jalan mencampurinya dengan bahan-bahan lain, sehingga dengan demikian, harga, kekuatan, guna, atau kemanjurannya menjadi berkurang.
Mencampur susu encer kedalam susu kental untuk memenuhi pesanan susu kental menurut yurisprudensi dipandang sebagai mencampur dengan bahan lain, sehingga perbuatan ini dapat dihukum (Arrest Hoge Raad
tanggal 22 Februari 1909). 67 Apabila mengenai kepalsuan itu telah diberitahukan oleh penjual
kepada pembeli, dan pembeli memang mau menerima dalam keadaan demikian, maka menjual bahan makanan dan minuman dan obat-obatan palsu atau dipalsukan itu tidak dihukum. Dalam Undang-Undang sektoral diluar KUHP yaitu Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan juga terdapat pengaturan tentang makanan dan obat-obatan, akan tetapi dalam undang-undang tersebut bukan menitikberatkan kepada pemalsuan produk tetapi menyangkut mengedarkan makanan dan kepada pembeli, dan pembeli memang mau menerima dalam keadaan demikian, maka menjual bahan makanan dan minuman dan obat-obatan palsu atau dipalsukan itu tidak dihukum. Dalam Undang-Undang sektoral diluar KUHP yaitu Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan juga terdapat pengaturan tentang makanan dan obat-obatan, akan tetapi dalam undang-undang tersebut bukan menitikberatkan kepada pemalsuan produk tetapi menyangkut mengedarkan makanan dan
7. Pasal 390 KUHP Pasal 390 KUHP berisi sebagai berikut : “Barangsiapa dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau
orang lain dengan melawan hukum, menyebabkan harga barang dagangan, dana, atau kertas yang berharga uang, turun atau naik dengan menyiarkan kabar bohong, dipidana dengan pidana penjara selama- lamanya dua tahun delapan bulan”.
Pasal ini menentukan, dimana seseorang dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan menyiarkan kabar bohong yang menyebabkan harga-harga barang dagangan, dana-dana atau surat-surat berharga menjadi turun naik, diancam pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan.
Ada beberapa syarat untuk dapat dihukum berdasarkan pasal ini, antara lain 68 :
a. Terdakwa hanya dapat dihukum menurut pasal ini, apabila ternyata bahwa kabar yang disiarkan itu adalah kabar bohong. Yang dipandang sebagai kabar bohong, tidak saja memberitahukan suatu kabar yang kosong, akan tetapi juga menceritakan secara tidak betul tentang suatu kejadian.
67 R. Soesilo, op.cit., hal. 267 68 Ibid. hal 269 67 R. Soesilo, op.cit., hal. 267 68 Ibid. hal 269
c. Orang yang menaikkan harga barang-barang dagangan atau surat-surat efek dengan jalan memborong (membeli) secara besar-besaran itu tidak dihukum.