Hukum Konsumen dan Hukum Perlindungan Konsumen.
D. Hukum Konsumen dan Hukum Perlindungan Konsumen.
Istilah atau pengertian hukum konsumen dengan hukum perlindungan konsumen merupakan istilah yang sering disamaartikan. Ada yang mengatakan hukum konsumen adalah juga hukum perlindungan konsumen, namun ada juga yang membedakannya, dengan mengatakan bahwa baik mengenai substansi maupun mengenai penekanan luas lingkupnya adalah berbeda satu sama lain. Hingga kini para pakar belum banyak memberikan pengertian tentang kedua jenis istilah tersebut.
Dengan pemahaman bahwa perlindungan konsumen mempersoalkan perlindungan hukum yang diberikan kepada konsumen dalam usahanya untuk memperoleh barang dan jasa dari kemungkinan timbunya kerugian karena penggunaannya maka hukum perlindungan konsumen dapat dikatakan sebagai
55 Ahmadi Miru, Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Di Indonesia, Disertasi, Program Pascasarjana Universitas Airlangga, Surabaya, 2000 dalam Ahmad Miru Dan
Sudarman Yodo, ibid., hal. 47 Sudarman Yodo, ibid., hal. 47
kewajiban. 56 Dalam berbagai literatur ditemukan sekurang-kurangnya dua istilah
mengenai hukum yang mempersoalkan konsumen. Az. Nasution menjelaskan bahwa kedua istilah itu berbeda, yaitu bahwa hukum perlindungan konsumen adalah bagian dari hukum konsumen. Hukum konsumen menurut Az. Nasution adalah :
Keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan dan masalah penyediaan dan penggunaan produk (barang dan/atau jasa)
antara penyedia dan penggunaannya, dalam kehidupan bermasyarakat. 57
Sedangkan hukum perlindungan konsumen diartikan sebagai : Keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur dan
melindungi konsumen dalam hubungan dan masalah penyediaan dan penggunaan produk (barang dan jasa) konsumen antara penyedia dan
penggunanya, dalam kehidupan bermasyarakat. 58
Lebih lanjut mengenai definisinya itu, Nasution menjelaskan sebagai berikut : Hukum konsumen pada pokoknya lebih berperan dalam hubungan dan
masalah konsumen yang kondisi para pihaknya berimbang dalam kedudukan sosial ekonomi, daya saing, maupun tingkat pendidikan. Rasionya adalah sekalipun tidak selalu tepat bagi mereka yang berkedudukan seimbang demikian, maka mereka masing-masing lebih mampu mempertahankan dan menegakkan hak-hak mereka yang sah.
56 Janus Sidabalok, op.cit., hal. 45 57 Az. Nasution, op.cit., hal. 22 58 Ibid.
Hukum perlindungan konsumen dibutuhkan apabila kondisi pihak-pihak yang mengadakan hubungan hukum atau bermasalah dalam masyarakat itu
tidak seimbang. 59
Pada dasarnya baik hukum konsumen maupun hukum perlindungan konsumen membicarakan hal yang sama, yaitu kepentingan hukum (hak-hak) konsumen. Bagaimana hak-hak konsumen itu diakui dan diatur di dalam hukum serta bagaimana ditegakkan dalam praktek hidup bermasyarakat, itulah yang menjadi materi pembahasannya. Dengan demikian, hukum perlindungan konsumen atau hukum konsumen dapat diartikan sebagai keseluruhan peraturan hukum yang mengatur hak-hak dan kewajiban konsumen dan produsen yang timbul dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya.
Ada sebagian pakar mengatakan bahwa hukum konsumen tergolong sebagai cabang hukum ekonomi. Penggolongan demikian dapat dibenarkan karena masalah yang diatur dalam hukum konsumen adalah mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan barang dan atau jasa. Ada pula yang mengelompokkan hukum konsumen kepada hukum bisnis atau hukum dagang, karena dalam rangkaian pemenuhan kebutuhan barang dan jasa selalu berhubungan dengan aspek bisnis atau transaksi perdagangan. Demikian pula dapat digolongkan sebagai cabang dari hukum perdata disertai alasan bahwa hubungan antara konsumen dengan produsen atau pelaku usaha dalam aspek pemenuhan barang dan atau jasa tersebut lebih merupakan hubungan hukum perdata.
59 Az Nasution, dalam Janus Sidabalok, op.cit hal. 46
Terlepas dari penggolongan di atas, kawasan hukum konsumen dapat ditemukan diberbagai ruang-ruang wilayah hukum yang berlainan satu sama lain. Wilayah hukum tersebut dapat dikelompokkan dalam tiga bidang, antara lain :
1. Bidang Hukum Privat
a. Hukum perdata, khususnya mengenai perikatan, yakni mengatur aspek-aspek kontraktual antara konsumen dan pelaku usaha.
b. Hukum bisnis atau hukum perdata niaga, khususnya mengenai pengangkutan, hak atas kekayaan intelektual (HAKI), monopoli dan persaingan usaha, asuransi.
2. Bidang Hukum Publik
a. Hukum pidana, kriminalisasi dalam berbagai ketentuan standar, isi, takaran, label, etiket, pengelabuan dalam promosi, iklan, lelang, pencantuman klausul baku
b. Hukum administrasi : ketentuan sanksi administratif
c. Hukum tata usaha negara : kewenangan pejabat-pejabat perizinan, pengawasan.
3. Bidang yang mencakup hukum Privat dan Hukum Publik
a. Hukum Kesehatan