Penaklukan Benteng Khaibar

4. Penaklukan Benteng Khaibar

Setelah Allah swt. memuliakan Nabi-Nya dan menghinakan kaum kafir Quraisy, ia berpikir bahwa program kaum muslimin tidak akan berjalan lancar, negara Islam tidak akan damai, dan slogan muslimin tidak akan terangkat tinggi di muka bumi ini selama kekuatan Yahudi sebagai musuh bebuyutan Islam dari sejak dulu hingga saat itu masih bercokol. Pusat kekuatan dan eksistensi mereka terletak di benteng Khaibar. Benteng ini adalah pusat produksi senjata modern pada masa itu. Di antara senjata yang mereka produksi adalah manjanik yang mampu menembakkan peluru-peluru api. Ketika itu Yahudi adalah sebuah kekuatan yang siap membantu setiap golongan yang ingin memerangi Islam dengan berbagai senjata dari pedang, panah, hingga prisai.

Nabi saw. memerintah pasukan muslimin agar melakukan serangan terhadap benteng Khaibar. Ia menyerahkan komando pasukan kepada Abu Bakar. Ketika Abu Bakar tiba di benteng Khaibar dengan pasukannya, orang-orang Yahudi melemparinya dengan manjanik sehingga Abu Bakar merasa kalah dan kembali dengan ketakutan dan gemetar. Pada hari kedua, Rasulullah saw. menyerahkan komando pasukan kepada Umar bin Khattab. Ternyata Umar tidak berbeda dengan sahabatnya itu. Ia kembali dengan membawa kegagalan. Selama benteng Khaibar tetap tegar dan tertutup rapat, tak seorang pun yang akan berhasil menguasai benteng tersebut.

Setelah muslimin tidak mampu menumbangkan benteng Khaibar dan kepemimpinan Abu Bakar dan Umar dianggap gagal, Nabi saw. mengumumkan bahwa ia akan mengangkat seorang komandan perang yang Allah swt. akan memberikan kemenangan di tangannya. Ia bersabda: ―Besok aku akan berikan bendera komando perang kepada seorang laki-laki yang mencintai Allah swt. dan Rasul-Nya. Allah dan

1 Târîkh Baghdad, jilid 13, hal. 19; Mustadrak Al-Hâkim, jilid 3, hal. 32. 2 Rasâ‟il Al-Jâhizh, hal. 60. 3 Hayâh Al-Imam Amirul Mukminin as., jilid 2, hal. 27. 4 A„yân Asy-Syi„ah, jilid 3, hal. 113.

Rasul-Nya juga mencintainya. Dia tidak akan mundur sampai Allah memberikan kemenangan kepadanya 1 .‖

Mendengar maklumat tersebut, muslimin tidak sabar lagi ingin mengetahui siapakah komandan pasukan yang Allah akan menganugerahkan kemenangan kepadanya itu. Mereka tidak menduga bahwa ia adalah Imam Ali as. Karena pada saat itu ia sedang menderita sakit mata. Ketika sinar matahari pagi mulai menyingsing, Nabi saw. memanggil Ali as. Ketika itu kedua matanya dibalut dengan kain. Setelah berada di hadapan Nabi saw., ia melepaskan kain pembalut itu dari kedua mata Ali as. Lalu Nabi saw. memoleskan ludahnya kepada kedua matanya. Seketika itu juga sakit mata Ali as. sembuh. Rasulullah saw. berkata: ―Hai Ali, ambillah bendera ini sehingga Allah memberikan kemenangan kepadamu! ‖

Pejuang Islam itu menerima bendera komando tersebut dari Nabi saw. dengan tekad yang kuat membaja dan gagah perkasa. Imam Ali as. bertanya kepada Rasulullah saw.: ―Apakah aku perangi mereka sampai mereka memeluk Islam?‖

Nabi saw. menjawab: ―Laksanakanlah tugas ini sampai engkau dapat menundukkan mereka. Lalu ajaklah mereka kepada Islam. Beritahukan kepada kewajiban-kewajiban mereka. Demi Allah, jika Allah memberikan petunjuk kepada seorang saja dari mereka

melalui tanganmu, niscaya hal itu lebih baik bagimu daripada memiliki unta merah 2 .‖ Sang panglima perang, Ali as., segera melakukan serangan dengan gagah berani.

Tak sebersit pun rasa takut dan gentar tergores di dalam hatinya. Ia mengangkat bendera komando itu tinggi-tinggi menuju benteng Khaibar. Ia berhasil mencabut pintu benteng Khaibar dan menjadikannya sebagai prisai untuk menangkal serangan orang-orang

Yahudi. 3 Pasukan Yahudi pun merasa gentar ketakutan dan pucat pasi. Gerangan ksatria apakah ini?! Ia mampu mencopot pintu benteng Khaibar dan menjadikannya sebagai

perisai! Padahal pintu itu tidak dapat dicopot kecuali oleh empat puluh orang kuat. 4 Bagaimana mungkin pintu itu dapat dicopot oleh satu orang saja?! Sungguh hal itu

merupakan keajaiban yang sangat menakjubkan.

Imam Ali as. Melawan Marhab

Marhab adalah seorang ksatria Yahudi yang gagah berani. Ia menantang Imam Ali as. untuk bertanding. Marhab maju dengan mengenakan penutup wajah pelindung buatan Yaman dan batu berlobang yang ia letakkan di kepalanya seraya bersyair:

Khaibar tahu aku adalah Marhab. Penghunus pedang pahlawan tangguh. Bagai singa kekar menyerang musuh. Imam Ali as. menyambutnya. Ia mengenakan jubah berwarna merah. Sebagai

jawAbân syair Marhab, ia bersyair: Akulah yang dinamai oleh ibuku Haidar. Sang pemberani dan singa tak gentar. Singa penerkam musuh bak halilintar. Kedua lenganku terbuka lebar kekar. Kekar dan tangguh bak singa hutan keluar. „Kan kutebas setiap batang leher pengingkar. „Kan kuperangi mereka untuk yang benar. „Kan kuperangi mereka dengan pedangku yang tegar.

1 Hilyah Al- Awliyâ‟, jilid 1, hal. 62; Shifah Ash-Shafwah, jilid 1, hal. 163; Musnad Ahmad, Hadits ke-778.

2 Shifah Ash-Shafwah, jilid 1, hal. 164; Shahîh Al-Bukhârî, jilid 7, hal. 121. 3 Hayâh Al-Imam Amirul Mukminin as., jilid 2, hal. 30. 4 Târîkh Baghdad , jilid 1, hal. 324; Mîzân Al- I„tidâl, jilid 2, hal. 218; Kanz Al-„Ummâl, jilid 6,

hal. 368. Dalam kitab Ar-Riyâdh An-Nâdhirah, jilid 2, hal. 188 disebutkan bahwa tujuh puluh orang lelaki telah bergotong royong untuk mengembalikan pintu benteng tersebut ke tempatnya semula dengan susah payah.

Tidak seorang perawi pun yang berbeda pendapat bahwa syair tersebut adalah syair Imam Ali as. 1 Dalam bait-bait syairnya itu, Imam Ali as. menjelaskan kegagahan,

kekuatan, ketangkasan, keberanian, dan ketegarannya dalam menghadapi orang-orng kafir dan para pembangkang.

Imam Ali as. maju menghadapi Marhab dengan keberaniannya yang luar biasa. Dengan cepatnya menyabetkan pedangnya ke arah kepala Marhab hingga menembus penutup kepalanya. Marhab pun terhuyung jatuh ke atas tanah dengan darah yang bersimbah. Kemudian ia menyeret mayat Marhab dan membiarkannya terkapar menjadi mangsa binatang-binatang buas dan burung-burung pemakan bangkai. Dengan itu, Allah swt. telah menetapkan kemenangan yang gemilang bagi Islam. Benteng Khaibar telah ditaklukkan dan Allah telah menghinakan kaum Yahudi. Peperangan berakhir dan Imam Ali as. memberikan pelajaran keberanian yang senantiasa dikenang di sepanjang

sejarah. 2