Kematian Mutawakkil
j. Kematian Mutawakkil
Setelah Imam Al-Hâdî as. memberitahukan tentang kematiannya itu, Mutawakkil tidak hidup kecuali selama tiga hari. Anaknya yang bernama Muntashir mengatur rencana untuk membantainya. Beberapa orang berkebangsaan Turki menyerangnya pada malam Rabu yang bertepatan dengan tanggal 4 Syawal 247 Hijriah. Kelompok ini dipimpin oleh seorang berkebangsaan Turki yang bernama Bâghir. Mereka telah menghunus pedang-pedang mereka. Pada waktu itu, Mutawakkil sedang dalam keadaan mabuk sempoyongan. Fath bin Khâqân ketakutan seraya menjerit : ―Celaka kamu sekalian. Ini adalah Amirul Mukminin!‖ Mereka tidak menggubrisnya. Fath melemparkan dirinya di atas tubuh Mutawakkil supaya menjadi kambing korban baginya. Akan tetapi, tindakan Fath itu tidak dapat membela Mutawakkil dan tidak juga dirinya. Pedang-pedang kelompok berkebangsaan Turki itu menyabet tubuh mereka berdua dan memotong- motongnya sehingga tidak dikenali manakah potongan daging tubuh Mutawakkil dan
1 Ibid., hal. 265.
potongan daging tubuh Fath. Sepotong daging mereka jatuh ke dalam gelas-gelas khamar (yang telah dihidangkan). Akhirnya, Mutawakkil dan Fath dikuburkan bersama dalam satu kuburan. Dengan peristiwa mengerikan ini, masa kekuasaan Mutawakkil — sebagai sosok yang paling memusuhi Ahlul Bait as —berakhir.
Mengenang kematian Mutawakkil ini, seorang penyair yang bernama Ibrahim bin Ahmad Al-Asadî melantunkan bait-bait syair berikut ini: Beginilah kematian orang-orang besar, di dalam pelukan seruling, kecapi, dan tetesan-tetesan khamar. Di dalam gelimangan dua gelas yang selalu mengenyangkannya, gelas kelezatan dan gelas kematian. Ia selalu terjaga dalam kebahagiaan hingga datang kematian yang telah ditentukan Allah ketika ia lelap tidur. Kematian memiliki tingkat-tingkat yang berbeda-beda, dan di ujung pedanglah kematian orang-orang besar. Ia sendiri tidak tahu malaikat pembawa maut mengirimkan berbagai macam penyakit dan mala petaka. Ia merasa ketakutan dan di malam yang gelap gulita, pedang-pedang tajam
mencabik-cabik tubuhnya. 1 Penyair itu menangisinya dengan bait-bait syair yang menggambarkan kegilaan
dan kekotoran perangainya. Ia dijemput maut pada saat ia bersenda gurau dengan gelas- gelas khamar dan alat-alat musik, dan segala penyakit yang sedang dideritanya tidak mencegah ia melakukan itu semua. Pedang-pedang kelompok berkebangsaan Turki itu telah memanen tubuhnya dan ia tidak meneguk rasa sakit kecuali sedikit. Sebelum ini, para penyair telah mengenang kematian para raja lantaran mereka enggan memperbaiki kondisi kehidupan sosial masyarakat, enggan menebarkan keadilan, keamanan, dan ketentramanan di tengah-tengah mereka.
Ala kulli hal , mimpi buruk itu telah sirna dari tengah-tengah kehidupan Bani Ali dan para pengikut mereka. Sekarang, Muntashir —yang telah memimpin pemberontakan atas ayahnya sendiri —memegang tampuk kekhalifahan. Pemerintahannya ini diterima oleh masyarakat luas dengan kebahagiaan yang meluap. Setelah berhasil memegang tampuk kekuasaan itu, ia melakukan banyak kebaikan kepada Bani Ali. Di antaranya adalah berikut ini:
a. Membatalkan pelarangan berziarah kepada Imam Husain as., pelopor kemuliaan umat manusia itu, dan tindakannya ini mendapatkan pujian dan ucapan terima kasih yang tak terhingga. Ayahnya telah memberlakukan pelarangan untuk menziarahi cucu Rasulullah saw. ini dan menentukan hukuman-hukuman yang sangat berat bagi orang-orang yang berani menziarahinya.
b. Mengembalikan tanah Fadak kepada Bani Ali as.
c. Mengembalikan wakaf-wakaf Bani Ali as. yang telah disita oleh pemerintah kepada mereka.
d. Menurunkan gubernur Madinah, Shâlih bin Ali yang telah berbuat jahat terhadap Bani Ali as. dari kedudukannya. Sebagai gantinya, ia menunjuk Ali bin Hasan sebagai gubernur Madinah dan ia berwasiat kepadanya supaya bertindak baik terhadap
Bani Ali as. 2 Para penyair berterima kasih kepada Muntashir atas segala karunia dan kebaikan
yang telah ia lakukan terhadap Bani Ali as. tersebut. Yazid bin Muhammad Al-Mihlabî bersenandung:
Engkau telah berbuat baik kepada Bani Abu Thalib setelah mereka mendapat cercaan dan perlakukan jahat sekian lama.
1 Zuhar Al-Adab, jilid 1, hal. 227. 2 Târîkh Ibn Al-Atsîr, jilid 5, hal. 311.
Engkau kembalikan kecintaan kepada Bani Hâsyim dan kau anggap sebagai saudara setelah dimusuhi sekian lama. Engkau tentramkan kehidupan mereka dan berbuat derma atas mereka sehingga mereka lupa sakit hati sekian lama. Seandainya para leluhur melihat engkau telah berbuat derma kepada
mereka, mereka yakin timbanganmu terberat di sana. (1) Muntashir telah menyambung tali kekerabatan dengan keluarga nabawi setelah
Bani Abbâsiyah, para leluhurnya selalu berusaha untuk memutusnya dan menghinakan mereka. Ia menghentikan segala ancaman, kesengsaraan, penghinaan, dan tekanan- tekanan yang selama itu dialami oleh mereka. Akan tetapi, sangat disayangkan sekali. Masa kekuasaannya tidak berlangsung lama. Seorang dokter kerajaan telah membunuhnya. Ia meracuninya atas dasar perintah dari bangsa Turki. Dan Muntashir
pun meninggal dunia pada saat itu juga. 2 Dengan kematiannya itu, masyarakat telah kehilangan kebaikan yang tak terhingga. Ia telah berhasil memberikan kebebasan
beragama kepada mereka dan membasmikan mimpi buruk itu dari kehidupan mereka.