2.3.3 Tenaga Kerja dan Jam Kerja
Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan demi berjalannya gerak langkah perusahaan didasari atas kebutuhan setiap bagian lahan kerja. Jam kerja untuk
operator setiap harinya adalah 8 jam kerja. Tenaga kerja pada UD. Ngatimin dapat dilihat pada Tabel 2.1:
Tabel 2.1 Daftar Tenaga Kerja No Keterangan Tenaga Kerja
Jumlah
1 Pemilik 1
orang 2
Operator Stasiun Pencetakan 2 orang
3 Operator Stasiun Perebusan
1 orang 4
Operator Stasiun Penjemuran 2 orang
5 Operator Stasiun Pengeringan
1 orang 6
Operator Stasiun Penggorengan 2 orang
7 Operator Stasiun Pembungkusan
4 orang
Jumlah 13 orang
2.4 Proses Produksi
2.4.1 Uraian Proses Produksi
Proses produksi
adalah metode
untuk membuat suatu barang atau jasa bertambah nilainya dengan menggunakan sumber tenaga, bahan baku, mesin,
dana dan faktor-faktor produksi lainnya. Secara umum proses produksi pembuatan kerupuk pada UD. Ngatimin adalah:
1. Proses Pengadonan Bahan Dalam kegiatan pengadonan bahan dibantu dengan mesin pengaduk. Mesin
pengaduk berfungsi untuk mengaduk tepung dengan bahan lainnya agak menjadi halus dan tercampur. Mesin dapat bergerak sendiri namun untuk
semakin menghaluskan bahan yang tercampur dibutuhkan bantuan tangan
Universitas Sumatera Utara
manusia dalam proses pengadukan. Proses pengadukan bahan dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut
Gambar 2.2 Proses Pengadukan Bahan
2. Proses Pencetakan Kerupuk Dalam kegiatan pencetakan kerupuk dibantu dengan mesin molen. Proses ini
dilakukan untuk mencetak kerupuk dalam bentuk yang diinginkan. Sesudah dicetak dalam bentuk lingkaran, kerupuk diletakkan diatas wadah kayu untuk
diolah ke proses selanjutnya. Proses pencetakan kerupuk dapat dilihat pada Gambar 2.3 berikut
Gambar 2.3 Proses Pencetakan
Universitas Sumatera Utara
3. Proses Perebusan Kerupuk Dalam proses perebusan kerupuk dilakukan dengan alat yang berupa panci
besar. Proses perebusan dibantu dengan api yang diperoleh dari kayu yang dibakar. Proses ini dilakukan kurang lebih 15-20 menit dalam sekali
perebusan. Proses perebusan kerupuk dapat dilihat pada Gambar 2.4 berikut
Gambar 2.4 Proses Perebusan
4. Proses Penjemuran Dalam proses penjemuran ini, diawali dengan penyusunan kerupuk terlebih
dahulu untuk selanjutnya dijemur dibawah sinar matahari. Jumlah kerupuk yang disusun dalam satu wadah sekitar 128 kerupuk mentah. Selanjutnya
wadah tersebut dibawa keluar untuk dijemur dengan bantuan sinar matahari. Proses penyusunan dan penjemuran kerupuk dapat dilihat pada Gambar 2.5
dan Gambar 2.6 berikut
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.5 Proses Penyusunan
Gambar 2.6 Proses Penjemuran
5. Proses Pengeringan
Dalam proses pengeringan ini, dibantu dengan api yang diperoleh dari kayu yang dibakar. Proses ini dilakukan untuk membuat kerupuk semakin kering
dan renyah. Sesudah dijemur dibawah sinar matahari, kerupuk diletakkan
Universitas Sumatera Utara
diatas wadah untuk dikeringkan dengan bantuan kayu bakar. Proses pengeringan kerupuk dapat dilihat pada Gambar 2.7 berikut
Gambar 2.7 Proses Pengeringan
6. Proses Penggorengan Dalam proses penggorengan, dilakukan diatas panci besar. Proses
penggorengan dilakukan dua kali untuk menghasilkan bentuk kerupuk yang besar. Proses pertama dilakukan dengan minyak yang tidak terlalu panas dan
proses selanjutnya dengan minyak yang sangat panas. Proses penggorengan kerupuk dapat dilihat pada Gambar 2.8 berikut
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.8 Proses Penggorengan
7. Proses Pembungkusan Dalam merupakan proses akhir dari tahap produksi kerupuk putih. Sesudah
kerupuk jadi, kerupuk dibungkus dengan plastik dan diikat dengan karet. Sesudah dibungkus, kerupuk siap dipasarkan ke warung dan rumah makan.
Proses pembungkusan kerupuk dapat dilihat pada Gambar 2.9 berikut
Gambar 2.9 Proses Pembungkusan
Universitas Sumatera Utara
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Ergonomi
3
Ergonomi atau ergonomics bahasa Inggrisnya sebenarnya berasal dari kata Yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum.
Dengan demikian ergonomi dimaksudkan sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaannya. Istilkah ergonomi
lebih popular digunakan oleh beberapa Negara Eropa Barat. Di Amerika istilah ini lebih dikenal sebagai Human Factor Engineering atau Human Engineering.
Disiplin ergonomi secara khusus akan mempelajari keterbatasan dan kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan teknologi dan produk-produk
buatannya. Disiplin ini berangkat dari kenyataan bahwa manusia memiliki batas- batas kemampuan baik jangka pendek maupun jangka panjang pada saat
berhadapan dengan keadaan lingkungan sistem kerjanya yang berupa perangkat keras mesin, peralatan kerja dan atau perangkat lunak metode kerja, sistem dan
prosedur. Dengan demikian, terlihat jelas bahwa ergonomi adalah suatu keilmuan yang multidisiplin karena mempelajari pengetahuan-pengetahuan dari ilmu
kehayatan kedokteran, biologi, ilmu kejiwaan psikologi dan kemasyarakatan sosiologi. Pada prinsipnya disiplin ergonomi akan mempelajari apa akibat-akibat
jasmani, kejiwaan, dan sosial dari teknologi dan produk-produknya terhadap
3
Wignjosoebroto, Sritomo. 1995. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu: Teknik Analisis untuk Peningkatan Produktivitas Kerja
. Surabaya: Guna Widya. h: 54-55
Universitas Sumatera Utara