Sejarah Koperasi Indonesia
2. Sejarah Koperasi Indonesia
a. Periode Pendudukan Belanda Pada periode ini gerakan koperasi dipelopori oleh R. Aria
Wiriaatmaja. Beliau mendirikan semacam koperasi simpan pinjam dengan nama Hulp en Spaar Bank, yang artinya Bank Per-
tolongan dan Simpanan. Tujuan dari pendirian bank tersebut untuk Koperasi di Indonesia ada sejak zaman
menolong para pegawai negeri sipil yang terjerat utang dari kaum pendudukan Belanda lintah darat. Selain itu koperasi ini juga membantu petani dan
dengan nama Hulp en pedagang kecil.
Spaar Bank . Hingga sekarang koperasi
Cita-cita dan ide R. Aria Wiriaatmaja tidak dapat berlanjut masih ada namun karena tindakan pemerintah Belanda yang merintangi dan
dengan nama dan asas menghambat kegiatan itu. Hal ini dibuktikan dengan didirikannya
yang berbeda. Algemen Nallescrediet Bank (sekarang menjadi Bank Rakyat Indonesia), rumah gadai, bank desa, dan sebagainya.
102 Ekonomi XII untuk SMA/MA
Meskipun koperasi tersebut telah diambil alih oleh Belanda, namun tidak menyurutkan semangat para tokoh lainnya untuk mendirikan koperasi. Misalnya, pada tahun 1908 Boedi Oetomo mendirikan lembaga koperasi konsumsi, tetapi tidak berhasil karena perhatian rakyat terhadap koperasi masih kurang. Selain itu, pada tahun 1912, H. Saman Hudi memelopori berdirinya koperasi industri kecil dan kerajinan dengan tujuan memperkuat perdagangan dan industri dari pedagang Tionghoa.
Untuk menghambat perkembangan koperasi, pemerintah Belanda pada tahun 1915 mengeluarkan Undang-Undang No. 431 tertanggal 7 April 1915. Namun undang-undang ini mendapat kecaman dari masyarakat Indonesia.
b. Periode Pendudukan Jepang Pada masa pendudukan Jepang tahun 1942, koperasi tidak mengalami
perkembangan melainkan semakin mengalami kemunduran. Hal ini karena adanya ketentuan dari penguasa Jepang bahwa untuk mendirikan koperasi harus mendapat ijin dari pemerintah setempat dan biasanya dipersulit. Keadaan ini berlangsung dari tahun 1942 sampai dengan 1945.
c. Periode Setelah Kemerdekaan Setelah Proklamasi Kemerdekaan 17
Agustus 1945, muncullah semangat baru untuk menggerakkan koperasi. Pada periode ini, koperasi sudah mendapat landasan hukum yang kuat di dalam pasal 33 ayat (1) UUD 1945. Semakin kuatnya landasan koperasi telah mengantarkan Kongres Koperasi I di Tasikmalaya yang menghasilkan keputusan sebagai berikut:
1) Mendirikan Organisasi Koperasi Rakyat
Indonesia (SOKRI).
Sumber: Kompas, 19 Juli 2006.
Gambar 3.2
2) Tanggal 12 Juli ditetapkan sebagai Hari
Pemerintah menggalakkan gerakan menabung guna
Koperasi.
meningkatkan perekonomian setelah kemerdekaan.
3) Mendirikan Bank Koperasi.
4) Asas koperasi adalah gotong royong.
5) Koperasi desa sebagai dasar untuk memperkuat susunan perekonomian.
6) Mengadakan gerakan menabung. Setelah Kongres Koperasi I berhasil dilaksanakan, kemudian diadakan
Kongres Koperasi II di Tasikmalaya pada tanggal 12 Juli 1953 dan menetapkan hal-hal berikut ini.
1) Mengganti SOKRI menjadi Dewan Koperasi Indonesia.
2) Menetapkan pelajaran koperasi sebagai mata pelajaran di sekolah.
3) Menetapkan Drs. Moh. Hatta sebagai Bapak Koperasi Indonesia.
Bab 3 Koperasi 103
Kemudian pada tanggal 24 April 1961 di Surabaya diadakan Musyawarah Koperasi I dan Musyawarah Koperasi II di Jakarta. Musyawarah tersebut berhasil mengeluarkan UU Koperasi No.
14 Tahun 1965, tentang Pokok-Pokok Perkoperasian. Tetapi isi dari undang-undang tersebut menyimpang dari cita-cita koperasi.
Kemudian pemerintah bertekad untuk memurnikan koperasi sesuai dengan UUD 1945 pasal 33, maka pada tanggal 18 Desember 1967 disahkan UU Koperasi No. 12 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perkoperasian yang berisi tentang:
1) Keanggotaan secara sukarela.
Sumber: Ensiklopedi Umum
untuk Pelajar Jilid 6, 2) 2005 Asas demokrasi dan kekuasaan tertinggi pada rapat anggota.
Gambar 3.3
3) SHU dibagikan atas dasar jasa anggota.
Moh. Hatta sebagai Bapak
4) Ada pembatasan atas dasar bunga modal.
Koperasi Indonesia.
5) Menyejahterakan anggota.
6) Manajemen terbuka. Namun seiring berjalannya waktu, untuk lebih menyesuaikan
Ketertarikan Moh. dengan perkembangan zaman, maka pada tanggal 21 Oktober Hatta pada koperasi dimulai sewaktu ia
1992 telah dikeluarkan UU No. 25 Tahun 1992 tentang menjalani pendidikan di Perkoperasian. Dengan adanya undang-undang yang baru ini
Eropa. Ia melihat bahwa diharapkan koperasi-koperasi yang telah ada dapat bertambah
koperasi di negara- maju dan akan tumbuh koperasi-koperasi baru.
negara Skandinavia sangat berperan dalam