Laporan Keuangan

Laporan Keuangan - Harga Pokok Penjualan dan Laporan Keuangan

===

2. Laporan Keuangan

Seperti halnya perusahaan jasa, perusahaan dagang juga menyusun laporan keuangan. Laporan keuangan pada perusahaan dagang juga terdiri atas laporan laba-rugi, laporan perubahan modal, dan neraca.

a. Laporan Laba-Rugi Laporan laba-rugi pada perusahaan dagang memberikan beberapa

informasi mengenai hal-hal berikut ini.

1) Penjualan Bersih Jumlah yang dibebankan kepada pembeli karena terjadi penjualan

barang, baik secara kredit maupun tunai dicatat sebagai penjualan bruto (gross sales). Sedangkan penjualan bersih (net sales) adalah jumlah penjualan bruto dikurangi dengan retur penjualan dan pengurangan harga serta potongan penjualan.

2) Harga Pokok Penjualan Harga pokok penjualan dihitung dengan cara:

Persediaan barang dagang awal

Rp xxx

Pembelian bersih selama periode akuntansi

Rp xxx +

Barang siap untuk dijual

Rp xxx

Persediaan barang dagang akhir

Rp xxx –

Harga Pokok Penjualan

Rp xxx

3) Laba Bruto Laba bruto (gross profit) adalah selisih antara penjualan

bersih dengan harga pokok penjualan. Disebut bruto karena Jika harga pokok

jumlah ini masih harus dikurangi dengan beban-beban. penjualan lebih kecil

4) Beban Usaha dari penjualan bersih maka diperoleh laba

Seringkali beban usaha dikelompokkan lagi menjadi beban kotor, namun bila harga penjualan (selling expenses) dan beban administrasi dan umum

pokok penjualan lebih (general and administrative expenses). Beban penjualan

besar dari penjualan adalah semua beban yang terjadi dalam hubungannya dengan

bersih maka diperoleh rugi kotor. Dikatakan

kegiatan menjual dan memasarkan barang. Contoh beban kotor karena jumlah penjualan antara lain:

tersebut belum

a) beban gaji bagian penjualan, diperhitungkan dengan

b) beban-beban yang beban iklan, terjadi dalam kegiatan

c) beban angkut penjualan, perusahaan.

d) beban perlengkapan toko, dan lain-lain. Adapun beban administrasi dan umum adalah beban dalam perusahaan

dagang yang bersifat umum. Contoh beban ini antara lain:

a) beban gaji pegawai kantor,

b) beban sewa gedung,

c) beban penerangan,

60 Ekonomi XII untuk SMA/MA 60 Ekonomi XII untuk SMA/MA

e) beban penyusutan peralatan kantor, dan lain-lain.

5) Laba Usaha Laba usaha (income from operation) atau laba operasi (operating

income ) adalah laba yang diperoleh semata-mata dari kegiatan utama perusahaan. Untuk menghitung laba usaha dengan menghitung selisih antara laba kotor dengan beban usaha.

6) Pendapatan Lain-Lain Pendapatan lain-lain maksudnya pendapatan yang bukan berasal dari

kegiatan utama perusahaan. Contoh pendapatan lain-lain adalah: keuntungan dari penjualan aktiva tetap, pendapatan sewa, pendapatan bunga, dan lain- lain.

7) Beban Lain-Lain Beban-beban yang tidak dapat dihubungkan secara langsung dan pasti

dengan kegiatan utama perusahaan akan dikelompokkan ke dalam beban lain-lain (other expenses). Contoh beban lain-lain perusahaan dagang adalah beban bunga, kerugian dari penjualan aktiva tetap, dan lain-lain.

8) Laba Bersih Laba bersih (net profit) adalah angka terakhir dalam laporan laba-rugi

yang merupakan kenaikan bersih terhadap modal. Bila perusahaan menderita rugi maka jumlah akhir pada laporan laba-rugi adalah rugi bersih (net loss).

Laporan laba-rugi dapat disusun dalam bentuk single step maupun bentuk multiple step.

1) Laporan Laba-Rugi Bentuk Single Step Pada penyusunan laba-rugi dengan bentuk single step, semua

pendapatan dikelompokkan menjadi satu dan semua beban juga dikelompokkan menjadi satu. Keuntungan dari bentuk single step adalah pendapatan dibedakan dengan jelas dari beban. Namun terdapat kelemahan dari bentuk single step, yaitu tidak dibedakan antara beban untuk kegiatan utama perusahaan dengan beban lain-lain di luar kegiatan utama perusahaan. Dengan demikian bentuk ini kurang dapat membantu dalam menganalisa hasil kegiatan perusahaan.

2) Laporan Laba-Rugi Bentuk Multiple Step Adapun untuk bentuk multiple step, antara beban untuk kegiatan utama

perusahaan dengan beban lain-lain di luar kegiatan utama dibedakan. Dengan demikian bentuk ini cukup baik untuk menganalisa hasil kegiatan perusahaan.

Untuk lebih jelasnya akan disajikan contoh laporan laba-rugi. Contoh ini berdasarkan pada neraca lajur PT Angkasa Raya pada materi yang lalu.

Bab 1 Siklus Akuntansi Perusahaan Dagang 61

1) Contoh Laporan Laba-Rugi Bentuk Single Step

PT Angkasa Raya Laporan Laba-Rugi Per Januari 2006

Penjualan Rp167.736.000,00 Retur Penjualan & Pengurangan Harga

Rp2.140.000,00

Potongan Penjualan

Rp1.840.000,00 +

Penjualan Bersih Rp 3.980.000,00 – Harga Pokok Penjualan:

Rp163.756.000,00 Persediaan Barang Dagang Awal

Rp 17.700.000,00 Pembelian

Rp105.280.000,00

Potongan Pembelian

Rp 1.525.000,00 –

Pembelian Bersih Rp103.755.000,00 + Barang Siap Dijual

Rp121.455.000,00 Persediaan Barang Dagang Akhir

Rp 22.150.000,00 – Harga Pokok Penjualan

Rp99.305.000,00 – Laba Kotor

Rp64.451.000,00 Pendapatan di Luar Usaha (Pendapatan Sewa)

Rp 1.200.000,00 + Rp65.651.000,00

Beban usaha:

Beban Gaji Bagian Penjualan

Rp 20.044.000,00

Beban Iklan

Rp

Beban Bunga

Rp

Beban Serba-serbi Bagian Penjualan

Rp

Beban Gaji Bagian Adm & Umum

Rp

Beban Serba-serbi Bag. Adm & Umum

Rp

Beban Perlengkapan Toko

Rp

Beban Perlengkapan Kantor

Rp

Beban Asuransi Bag. Penjualan

Rp

Beban Asuransi Bag. Adm & Umum

Rp

Beban Penyusutan Peralatan Toko

Rp

Beban Penyusutan Peralatan Kantor

Rp

Beban Penyusutan Gedung

Rp 350.000,00 +

Total Beban Usaha Rp34.316.000,00 –

Laba Bersih Sebelum Pajak

Rp31.335.000,00

62 Ekonomi XII untuk SMA/MA

2) Contoh Laporan Laba-Rugi Bentuk Multiple Step

PT Angkasa Raya Laporan laba-rugi

Per 31 Januari 2006

Penjualan Rp167.736.000,00 Retur Penjualan & Pengurangan Harga

Rp2.140.000,00

Potongan penjualan

Rp1.840.000,00 +

Penjualan Bersih Rp 3.980.000,00 – Harga Pokok Penjualan:

Rp163.756.000,00 Persediaan Barang Dagang Awal

Rp 17.700.000,00 Pembelian

Rp105.280.000,00

Potongan Pembelian

Rp 1.525.000,00 –

Pembelian Bersih Rp103.755.000,00 + Barang Siap Dijual

Rp121.455.000,00 Persediaan Barang Dagang Akhir

Rp 22.150.000,00 – Harga Pokok Penjualan

Rp 99.305.000,00 – Laba Kotor

Rp 64.451.000,00

Beban Usaha:

* Beban Penjualan: Beban Gaji Bagian Penjualan

Rp 20.044.000,00

Beban Iklan

Rp 3.460.000,00

Beban Serba-serbi Bagian Penjualan

Rp

Beban Asuransi Bagian Penjualan

Rp

Beban Perlengkapan Toko

Rp

Beban Penyusutan Peralatan Toko

Rp 225.000,00 +

Jumlah Beban Penjualan Rp24.729.000,00 * Beban Administrasi dan Umum: Beban Gaji Bagian Adm & Umum

Rp 6.032.000,00

Beban Serba-serbi Bag. Adm & Umum

Rp 2.120.000,00

Beban Perlengkapan Kantor

Rp

Beban Asuransi Bag. Adm & Umum

Rp

Beban Penyusutan Peralatan Kantor

Rp

Beban Penyusutan Gedung

Rp 350.000,00 +

Jumlah Beban Administrasi dan Umum Rp 9.002.000,00 + Total Beban Usaha

Rp 33.731.000,00 – Laba Operasi

Rp 30.720.000,00 Pendapatan dan Beban di Luar Usaha: Pendapatan Sewa

Rp 1.200.000,00

Beban Bunga

Rp 585.000,00 –

Rp 615.000,00 +

Laba Bersih Sebelum Pajak

Rp 31.335.000,00

b. Laporan Perubahan Laba Ditahan Laba atau rugi bersih sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas

(PT) tidak dipindahkan langsung ke akun Modal. Dengan demikian laporan perubahan modal untuk perusahaan yang berbentuk PT agak berbeda. Laporan

Bab 1 Siklus Akuntansi Perusahaan Dagang 63 Bab 1 Siklus Akuntansi Perusahaan Dagang 63

PT Angkasa Raya Laporan Laba Ditahan Per 31 Januari 2006

======================================================================== Laba ditahan: 1 Januari 2006

Rp 3.256.000,00 Laba bersih bulan Januari 2006

Kenaikan laba ditahan – Rp 27.335.000,00 +

Laba ditahan 31 Januari 2006

Rp 30.591.000,00

c. Neraca Bentuk neraca untuk perusahaan dagang tidak jauh berbeda dengan

perusahaan jasa. Perbedaannya adalah pada neraca perusahaan dagang lebih banyak aktiva dan kewajiban yang harus dilaporkan. Berikut ini bentuk neraca pada PT Angkasa Raya.

PT Angkasa Raya Neraca

Per 31 Januari 2006 ========================================================

AKTIVA KEWAJIBAN DAN MODAL

Aktiva Lancar:

Kewajiban:

Kas Rp 8.572.000,00

Utang Lancar:

Piutang Dagang Rp 6.880.000,00

Rp7.420.000,00 Persediaan Brg. Dagang Rp22.150.000,00

Utang Dagang

Rp 296.000,00 Perlengkapan Kantor Rp 280.000,00

Perlengkapan Toko Rp 550.000,00

Utang Gaji

Jumlah Utang Lancar Rp 7.716.000,00 Asuransi DD

Rp 60.000,00 Utang Jangka Panjang: Jumlah Aktiva Lancar

Rp38.492.000,00

Rp 9.000.000,00 Aktiva tetap

Utang Hipotik

Rp16.716.000,00 Tanah

Jumlah Kewajiban

Rp10.000.000,00

Modal

Gedung Rp42.000.000,00 Akum. Peny. Gedung (Rp9.750.000,00)

Rp40.000.000,00 Peralatan Toko

Modal Saham

Rp30.591.000,00 Akum. Peny. Per. Tk (Rp4.825.000,00)

Rp14.700.000,00

Laba Ditahan

Rp70.591.000,00 Peralatan Kantor

Jumlah Modal

Rp 9.070.000,00 Akum. Peny. Per. Ktr (Rp2.380.000,00)

Jumlah Aktiva Tetap

Rp48.815.000,00

Jumlah Aktiva

Rp87.307.000,00

Jumlah Kewajiban dan Modal Rp87.307.000,00

64 Ekonomi XII untuk SMA/MA

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Self Efficacy (Efikasi Diri) Siswa yang Rendah di Kelas XI IPS SMAN I Kendal Melalui Layanan Konseling Kelompok Behavioral

0 2 24

BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Self Efficacy (Efikasi Diri) Siswa yang Rendah di Kelas XI IPS SMAN I Kendal Melalui Layanan Konseling Kelompok Behavioral

0 1 10

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Self Efficacy (Efikasi Diri) Siswa yang Rendah di Kelas XI IPS SMAN I Kendal Melalui Layanan Konseling Kelompok Behavioral

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Self Efficacy (Efikasi Diri) Siswa yang Rendah di Kelas XI IPS SMAN I Kendal Melalui Layanan Konseling Kelompok Behavioral

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Self Efficacy (Efikasi Diri) Siswa yang Rendah di Kelas XI IPS SMAN I Kendal Melalui Layanan Konseling Kelompok Behavioral

0 2 104

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Supervisi Klinis Dengan Tehnik Kunjungan Kelas Di Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Ungaran Timur

0 0 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori 1.1.1 Hakekat Supervisi - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Supervisi Klinis Dengan Tehnik Kunjungan Kelas Di Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Ungaran Timur

0 0 12

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Gugus Ki Hajar Dewantara - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Supervisi Klinis Dengan Tehnik Kunjungan Kelas Di Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Ungaran Timur

0 0 29

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Supervisi Klinis Dengan Tehnik Kunjungan Kelas Di Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Ungaran Timur

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Supervisi Klinis Dengan Tehnik Kunjungan Kelas Di Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Ungaran Timur

0 0 38