Saat –saat menjelang proklamasi Negara Islam Indonesia

5. Saat –saat menjelang proklamasi Negara Islam Indonesia

Semenjak pertama kali merjunkan diri kedalam kancah perjuangan politik mulai dari PSII nya sampai pada masa perjanjian Jepang dan Belanda yang kedua kalinya SM. Kartosuwiryo telah mendasari perjuangan dengan islam, untuk menuju satu arah perjuangan yaitu lahirnya Negara Islam Indonesia yang merdeka, yang dapat menjamin seluruh ummat islam dalam melaksanakan pengabdiannya kepada Allah Rabbul Izzati dengan murni anpa di campuri dengan kemusrikan. Tidak pernah terlintas dalam hatinya untuk terlibat dalam perjuangan Nasional, yang bertujuan mendirikan sebuah negara yang berdasarkan nasionalisme dan dengan penuh kesabaran beliau selalu memperingari dan mengajak mereka untuk memutar haluan menyesuaikan langkah perjuangan dengan Rasulullah S.A.W, ini bisa dibuktikan dengan melihat tindakan-tindakan beliau, baik sebelum maupun sesudah proklamasi RI.

Sesungguhnya begitu beliau mendengar pengumuman menyerahnya Jepang kepada sekutu, pada 14 agustus 1945, dan tidak adanya persiapan dari tokoh-tokoh nasionalis muslim untuk memproklamirkan kemerdekaan, maka pada tanggal itu pula beliau memproklamirkan kemerdekaan, maka pada tanggal itu juga beliau memproklamirkan Negara Islam Indonesia. ternyata ummat islam belum siap menerima konsep Negara Islam Indonesia ini, perhatian mereka berpusat pada tokoh-tokoh nasionalis yang bergabung dalam BPUPKI. Setelah 3 hari kemudian, tepatnya pada tangal 17 agustus 1945, Soekarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan RI, maka SM. Kartosuwiryo menarik kembali proklamasinya, untuk menghargai revolusi rakyat yang sebagian besar umat islam, yang dikorbankan oleh tokoh-tokoh islam pula. Namun beliau menjadi kecewa setelah mengetahui bahwa negara yang baru dilahirkan itu adalah Negara Sekuler Murni, tanpa ada warna Sesungguhnya begitu beliau mendengar pengumuman menyerahnya Jepang kepada sekutu, pada 14 agustus 1945, dan tidak adanya persiapan dari tokoh-tokoh nasionalis muslim untuk memproklamirkan kemerdekaan, maka pada tanggal itu pula beliau memproklamirkan kemerdekaan, maka pada tanggal itu juga beliau memproklamirkan Negara Islam Indonesia. ternyata ummat islam belum siap menerima konsep Negara Islam Indonesia ini, perhatian mereka berpusat pada tokoh-tokoh nasionalis yang bergabung dalam BPUPKI. Setelah 3 hari kemudian, tepatnya pada tangal 17 agustus 1945, Soekarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan RI, maka SM. Kartosuwiryo menarik kembali proklamasinya, untuk menghargai revolusi rakyat yang sebagian besar umat islam, yang dikorbankan oleh tokoh-tokoh islam pula. Namun beliau menjadi kecewa setelah mengetahui bahwa negara yang baru dilahirkan itu adalah Negara Sekuler Murni, tanpa ada warna

Beliau kemudian berusaha untuk menjajaki tokoh-tokoh islam yang telah gagal itu untuk menghimpun potensi ummat islam guna menentukan langkar-langkah perjuangan islam selanjutnya. Ajakan beliau pun disambut baik terutama oleh tokoh- tokoh muda seperti Moh. Natsir, Moh. Room, A. Wahab Hasyim dan yang lainnya, akhirnya terbentuklah Masyumi baru, namun tokoh-tokoh ini menerima tawaran Soekarno untuk duduk dalam kabinet, dan mengikatkan loyalitas Masyumi kepada Republik Sekuler. SM. Kartosuwiryo segera menarik diri Masyumi dan kembali ke Malangbong untuk mengelola “Sabilillah dan Hizbullah” sebagi kekuatan inti untuk mengawal perjuangan islam, namun beliau tidak memutuskan tali ukhuwah dengan tokoh-tkoh Masyumi yang telah bergabung dalam pemerintah RI itu. Selalu saja beliau memperhatikan gerak langkah mereka yang membawa jutaan ummat dengan memberikan teguran dan peringatan bila terlihat ada penyimpangan yang terlalu jauh dengan menjual ummat kepada pihak penjajah, seperti terjadi pada saat diselenggarakannnya perjanjian linggar jati maret 1947, yang membuahkan Agresi Militer Belanda pertama, yang mengakibatkan penderitaan besar bagi ummat, beliau mengirimkan statmen (peringatan-peringatan), tapi tidak diizinkan oleh pimpinan republik.

Demikian pula ketika pihak republik mengadakan naskah renvile yang mengakibatkan harus menyerahan sebagian besar wilayah dan rakyat indonesia ke tangan penjajah. Beliau memberi peringatan keras dan mengancamnya, tapi juga tidak ada peringatan dari mereka. mereka sampai hati meninggalkan rakyatnya disebagian banyak wilayah, untuk segera diserahkan kepada Belanda dan mereka sekarang hanya menguasai tujuh keresidenan saja, sesuai dengan garis demarkasi Van Mook, yaitu : Yogya, Solo, Magelang, Kediri, Madiun, Bojonegoro dan Malang. Republik benar dalam keadaan kritis, baik politik mapun militer, dan ekonomi sudah benar-benar diambang kehancuran. Saat itulah SM. Kartosuwiryo mempersiapkan diri dengan menggalang kekuatan sabilillah dan hizbullah di Jawa Barat, untuk mengalihkan gerakan-gerakan ummat kepada revolusi yang bercorakkan islam. Setelah Belanda melancarkan serangan ke Yogya sebagai ibukota Republik, dengan agresi militer II, 19 Desember 1948, yang mengakibatkan jatuhnya republik ke tangan Belanda. Maka SM. Kartosuwiryo mengeluarkan maklumat no. 5, tertanggal 20 Desember 1948. Isinya adalah komando umum kepada seluruh lapisan ummat islam bangsa Indonesia untuk Demikian pula ketika pihak republik mengadakan naskah renvile yang mengakibatkan harus menyerahan sebagian besar wilayah dan rakyat indonesia ke tangan penjajah. Beliau memberi peringatan keras dan mengancamnya, tapi juga tidak ada peringatan dari mereka. mereka sampai hati meninggalkan rakyatnya disebagian banyak wilayah, untuk segera diserahkan kepada Belanda dan mereka sekarang hanya menguasai tujuh keresidenan saja, sesuai dengan garis demarkasi Van Mook, yaitu : Yogya, Solo, Magelang, Kediri, Madiun, Bojonegoro dan Malang. Republik benar dalam keadaan kritis, baik politik mapun militer, dan ekonomi sudah benar-benar diambang kehancuran. Saat itulah SM. Kartosuwiryo mempersiapkan diri dengan menggalang kekuatan sabilillah dan hizbullah di Jawa Barat, untuk mengalihkan gerakan-gerakan ummat kepada revolusi yang bercorakkan islam. Setelah Belanda melancarkan serangan ke Yogya sebagai ibukota Republik, dengan agresi militer II, 19 Desember 1948, yang mengakibatkan jatuhnya republik ke tangan Belanda. Maka SM. Kartosuwiryo mengeluarkan maklumat no. 5, tertanggal 20 Desember 1948. Isinya adalah komando umum kepada seluruh lapisan ummat islam bangsa Indonesia untuk

Karena melihat keadaan vakum, tidak ada pemerintahan yang sah bertanggungjawab, maka pada tanggal 21 desember 1948, SM. Kartosuwiryo bermaksud segera memproklamirkan Negara Islam Indonesia. Namun maksud ini ditarik lagi setelah keesokan harinya 22 Desember 1948, Mr. Syafrudin Prawiranegara memproklamasikan PDRI (Pemerintahan Daryrat Republik Indonesia), di Bukit Tinggi, Sumatra Barat dengan suatu pertimbangan bahwa Mr. Syafrudin adalah seorang muslim yang baik dan tokoh Masyumi yang mempunyai cita-cita mendirikan Negara Islam, SM. Kartosuwiryo berharap agar Mr. Syafrudin merubah PDRI menjadi Sebuah Negara Islam, dan TII pun adalah mendukungnya. Namun harapan itu menjadi kandas sama sekali manakala Moh. Room, salah satu tokoh Masyumi dan tokoh PDRI meskipun pada saat itu tidak membawa dari PDRI, tapi mandat dari Soekarno telah mengadakan perundingan dengan pihak Belanda, yang dikenal dengan Room dan Royen, di tandatangani tanggal 7 mei 1949.

SM. Kartosuwiryo mengecam keras terhadap perjanjian itu melalui statmennya yang sempat diedarkan ke berbagai pihak, diantaranya beliau mengatakan , “Dengan

adanya statmen Room Royen ini maka Moh. Room telah menyelesaikan tugasnya”. sebagai wakil Masyumi, wakil ummat Islam... sungguh sangat memalukan sekali...! kalau dulu zaman naskah Linggar Jati Masyumi mati- matian ‘anti Linggar Jati’ sekarang wakil Masyumi dalam kabinet dan wakil ummat Islam sendiri yang mendapat giliran terakhir menjual Negara sampai habis total, Republik Indonesia sebagai negara yang merdeka benar-benar sudah bangkrut sementara PDRI tidak mempunyai peranan apa-apa, sebab kemudia Mr. Syafrudin menyerahkan kembali mandatnya kembali kepada Soekarno.