Syarikat Islam dan Perkembangan Sejarah

SYARIKAT ISLAM

Rabu, 22 Oktober 2008 SYARIKAT ISLAM atau MASYUMI

SYARIKAT ISLAM atau MASYUMI

Himbauan kepada para pemimpin dan ummat Islam Indonesia untuk merenungkan, memikirkan dan meluruskan sejarah Partai Islam sebagai landasan mewujudkan persatuan dalam ummat Islam dibidang politik

Terbentuknya Partai Politik Islam Masyumi sesungguhnya adalah merupakan suatu kesalahan karena Masyumi itu didirikan sebagai Majelis Permusyawatan Para Ulama Indonesia dan kolompok / organisasi Islam yang ada pada waktu itu untuk tujuan mendirikan majelis imamah dan bukan untuk menjadi partai politik. Idenya sebagai kelanjutan dari MIAI (Al Majlisul Islamil A’la Indonesia) yang didirikan tahun 1937 di Surabaya untuk menyelesaikan perbedaan dan perselisihan paham dikalangana ummat

islam. Hal ini adalah merupakan suatu kealpaan dan kelengahan tokoh PSII yang tidak menyadari bahwa PSII sedang dalam keadaan uzur (tidak bubar) Para tokoh PSII seharusnya mendeklarasikan lebih dahulu aktifnya kembali PSII sebagai partai politik Islam dan mengajak para pemimpin Islam itu menggunakan PSII sebagai satu-satunya partai politik Islam dan mencegah berdirinya Masyumi sebagai partai politik Islam karena tindakan tersebut dapat diibaratkan mendirikan sebuah mesjid baru disamping mesjid yang sudah ada dalam sebuah lingkungan. Hukumnya adalah membuat firkah yang tidak sesuai dengan ketentuan Allah dalam Al Qur’an surat Ali Imran (103). Lahirnya Partai Syarikat Islam Inodesia (PSII) Bahwa dengan ketentuan dan izin Allah, Partai Syarikat Islam Indonesia atau PSII sebagai sebuah organisasi politik dan kemasyarakatan yang pertama di Indonesia, didahului oleh kelahiran Sarekat Dagang Islam (SDI) pada tanggal 16 Oktober 1905 oleh Haji Samanhudi di Surakarta (Solo). Lahir dizaman bangsa Indonesia berada dibawah kekuasaan penjajah kaum kolonial Belanda yang telah menguras kekayaan dan menjadikan bangsa Indonesia sebagai hamba sahaya dan budak mereka selama islam. Hal ini adalah merupakan suatu kealpaan dan kelengahan tokoh PSII yang tidak menyadari bahwa PSII sedang dalam keadaan uzur (tidak bubar) Para tokoh PSII seharusnya mendeklarasikan lebih dahulu aktifnya kembali PSII sebagai partai politik Islam dan mengajak para pemimpin Islam itu menggunakan PSII sebagai satu-satunya partai politik Islam dan mencegah berdirinya Masyumi sebagai partai politik Islam karena tindakan tersebut dapat diibaratkan mendirikan sebuah mesjid baru disamping mesjid yang sudah ada dalam sebuah lingkungan. Hukumnya adalah membuat firkah yang tidak sesuai dengan ketentuan Allah dalam Al Qur’an surat Ali Imran (103). Lahirnya Partai Syarikat Islam Inodesia (PSII) Bahwa dengan ketentuan dan izin Allah, Partai Syarikat Islam Indonesia atau PSII sebagai sebuah organisasi politik dan kemasyarakatan yang pertama di Indonesia, didahului oleh kelahiran Sarekat Dagang Islam (SDI) pada tanggal 16 Oktober 1905 oleh Haji Samanhudi di Surakarta (Solo). Lahir dizaman bangsa Indonesia berada dibawah kekuasaan penjajah kaum kolonial Belanda yang telah menguras kekayaan dan menjadikan bangsa Indonesia sebagai hamba sahaya dan budak mereka selama

abad. Untuk meluaskan gerakan dan memenuhi aspirasi ummat Islam yang berkembang waktu itu, setelah para pemimpin SDI mengadakan perhubungan dengan HOS Tjokroaminoto maka pada tahun 1912 dikukuhkanlah nama Syarikat Islam sebagai badan pergerakan, ditetapkan Anggaran Dasarnya, kemudian tanggal 14 September 1912 dimintakan pengesahan Akte Notaris Pendiriannya (Recht Persoon) dari pemerintahan Kolonial Belanda. Setelah itu SI menjadi Partai Syarikat Islam Hindia Timur (PSIHT) melalui Kongres (Majelis Tahkim) tahun 1927 di Madiun, lalu menjadi Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) melalui Majelis Tahkim di Batavia tahun 1930. PSII sebagai peletak nilai dasar sejarah dan pelopor dalam barisan organisasi politik pada zaman pra kemerdekaan telah memiliki nilai historis yang amat berarti dan telah melakukan peranan yang amat penting dalam kontek peletakan nilai dasar sejarah pergerakan bangsa Indonesia dan telah melahirkan proses pembangunan semangat juang yang tinggi untuk melepaskan bangsa dari cengkeraman kaum yang menjajah dan memperbudak bangsa Indonesia.Partai Syarikat Islam Indonesia dizaman penjajahan adalah organisasi yang paling ditakuti oleh pemerintah kolonial Belanda karena sepak terjangnya yang nyata nyata akan membawa bangsa Indonesia kepada kemerdekaan sebagai bangsa, dan kemerdekaan yang lebih luas yang disebut kemerdekaan sejati, yaitu kemerdekaan yang bebas dari segala macam perhambaan dan penindasan serta penghinaan diri dan dari segala ketakutan dalam segala aspek kehidupan dan pergaulan karena kaum Syarikat Islam hanya akan menghambakan diri kepada Allah SWT semata-mata, tiada kepada yang lainnya. PSII akan menwujudkan persamaan derajat bangsa Indonesia dengan bangsa bangsa lainnya di dunia yang dilandasi etika dan moral sesuai dengan ajaran Islam. Persatuan dalam Ummat Islam adalah kebutuhan dan perintah Allah Dengan kesadaran akan perlunya ada persatuan dalam ummat Islam dalam bidang politik untuk dapat terhimpunnya kekuatan supaya dapat menjalankan Islam dengan sepenuh-penuhnya asas dan seluas- luasnya syari’at, sehingga akan memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan kaum kolonial dan dari segala macam bentuk perbudakan dan perhambaan, maka Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII)

dari

tiga

menetapkan: “PERSATUAN DALAM UMMAT ISLAM” sebagai landasan utama dalam program asasny a, yang lengkapnya berbunyi: “Kaum Partai Syarikat Islam Indonesia percaya bahwa untuk menjadikan Ummat Islam yang bersatu, lebih dahulu di dalam seluruh Indonesia mesti dibangunkan suatu kaum (Partai) yang tidak berpecah pecah atau berbahagi-bahagi sebaga imana yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala dalam

Qur’an suart

ke 103: Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu

bercerai berai, (QS:Ali Imran:103). Kemudian pada surat Ali 'Imran ayat ke 105 Allah berfirman: Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat. Kemudian Allah berfirman lagi dalam surat Al Al Anfal ayat 73: Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu (keharusan adanya persaudaraan yang teguh antara kaum muskimin), niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar. Sudah sangat jelas sekali dari keterangan diatas bahwa Allah memerintahkan dan mewajibkan kepada ummat Islam untuk bersatu, tidak bercerai berai dan membangun kerja sama dengan senantiasa menggugah serta menggerakkan hati nurani, akal dan budi untuk menghimpun kearifan demi tercapai dan terpeliharanya islam dalam wujud kemerdekaan, tegaknya keadilan, tercipta dan terpeliharanya perdamaian, adanya kemak-muran dan kesejahteraan dalam keridhaan dan ampunan Allah SWT. Persatuan yang demikian itulah dibangunkan oleh kaum Partai Syarikat Islam Indonesia yang didalam persatuannya itu menjadi sebagian pula dalam Persatuan Ummat

dunia. Tokoh-tokoh pendahulu PSII telah terlibat dalam berbagai peristiwa penting proses perjuangan dan peletakan sendi dasar sistem kehidupan bangsa Indonesia, seperti Sumpah Pemuda, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), Piagam Jakarta, penyusunan Undang-Undang Dasar 1945, peristiwa 10 Nopember 1945 di Surabaya, serta dalam cikal bakal dan pembangunan Angkatan Perang Republik Indonesia dan berbagai kegiatan politik setelah kemerdekaan Indonesia.

Islam

se

Uzur tidak berarti bubar Pada zaman penjajahan facicme Jepang (tahun 1942) seluruh kegiatan politik PSII dinyatakan uzur karena tekanan yang kuat dan pelarangan semua kegiatan politik oleh Jepang. Pernyataan uzur dalam PSII tidaklah berarti PSII membubarkan diri atau bubar, akan tetapi menghentikan sementara kegiatannya karena adanya suatu hal luar biasa yang tidak memungkinkan dilaksanakannya kegiatan organisasi partai secara formil, Uzur tidak berarti bubar Pada zaman penjajahan facicme Jepang (tahun 1942) seluruh kegiatan politik PSII dinyatakan uzur karena tekanan yang kuat dan pelarangan semua kegiatan politik oleh Jepang. Pernyataan uzur dalam PSII tidaklah berarti PSII membubarkan diri atau bubar, akan tetapi menghentikan sementara kegiatannya karena adanya suatu hal luar biasa yang tidak memungkinkan dilaksanakannya kegiatan organisasi partai secara formil,

bahwa: “Sekalian anggota Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) haruslah berkeyakinan dan beri’tiqad, bahwa Partai itu tidak dapat bubar atau dibubarkan.

Adapun kalau sekiranya ada udzur baginya, hendaklah dikembalikan kepada firman Allah dalam Al Qur’an surat At Taghabun ayat 16: “Fattaqullaha mastatha’tum”,

(Takutlah kamu sekalian kepada Allah dengan sekuat kuatmu). Akan tetapi, meskipun PSII dalam keadaan uzur, para pemimpin dan kader PSII tetap melakukan berbagai kegiatan baik secara diam diam dibawah tanah maupun kegiatan formil dalam pemerintahan Jepang. Mereka telah turut berperan mengantarkan bangsa Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan 17 Agustur 1945.

Tokoh Tokoh PSII yang terlibat dalam sejarah perjuangan kemedekaan Apabila kita melihat kebelakang sejarah bangsa Indonesia, tidak sedikit tokoh-tokoh Syarikat Islam telah terukir namanya dan tidak dapat dihapus dalam sejarah pergerakan kemerdekaan bangsa ini, antara lain K.H. Samanhudi, HOS Cokroaminoto, H.Agus Salim, Abdul Muis, Dr.Sukiman, Abikusno Tjokrosuyoso, Mr.Muh. Roem, A.M.Sangadji dan banyak lagi yang tersebar diseluruh daerah Indonesia sebagai suhada. Presiden R.I. ke I Ir.Sukarno (almarhum) yang mendapat gemblengan dari tokoh Syarikat Islam berkata dalam otobiografinya yang ditulis Cindy Adams halaman 52 tentang HOS Tjokro aminoto: “Seorang tokoh yang mempunyai daya cipta dan cita-cita tinggi, seorang pejuang yang mencintai tanah tumpah darahnya. Pak Tjokro adalah pujaanku. Aku muridnya. Secara sadar atau tidak sadar dia menggemblengku”. Selain itu KH.Achmad Dahlan yang kemudian dikenal sebagai tokoh dan Pimpinan Muhammadiyah, sesungguhnya adalah tokoh sayap pendidikan Syarikat Islam, yang dipisahkan dari organisasi Syarikat Islam untuk kepentingan mempertahankan eksistensi kegiatan pendidikan ini ditengah-tengah pemerintahan kolonial Belanda, karena Syarikat Islam pada tahun 1922 melancarkan politik non kooperatif terhadap pemerintah Hindia Belanda.

Menghindari perselisihan karena soal furuk dan khilafiah Pada tahun 1922 atas inisiatif orang-orang Syarikat Islam dilangsungkan Kongres Al Islam pertama bertempat di Cirebon yang dihadiri oleh para pemuka dari berbagai organisasi Islam dan para ulama seluruh Indonesia. Dengan adanya Kongres tersebut Menghindari perselisihan karena soal furuk dan khilafiah Pada tahun 1922 atas inisiatif orang-orang Syarikat Islam dilangsungkan Kongres Al Islam pertama bertempat di Cirebon yang dihadiri oleh para pemuka dari berbagai organisasi Islam dan para ulama seluruh Indonesia. Dengan adanya Kongres tersebut

Pada awal kemerdekaan setelah penjajahan Jepang dibentuklah Majelis Syura Muslimin Indnesia sebagai Majelis Permusyawatan Para Ulama Indonesia dan kolompok/organisasi Islam yang ada pada waktu itu dan bukan sebagai partai politik. Idenya sebagai kelanjutan dari MIAI (Al Ma jlisul Islamil A’la Indonesia) yang didirikan tahun 1937 di Surabya. Para tokoh Syarikat Islam secara perorangan (bukan mewakili PSII karena PSII masih dalam keadaan uzur) turut serta membentuk Masyumi sebagai lembaga musyawa-rah ummat Islam Indonesia. Kemudian setelah keluar pengumuman pemerintah pada awal kemerdekaan agar masyarakat membentuk partai-partai politik, yang dimaksudkan untuk menunjukan kepada dunia luar bahwa kemerdekan Indonesia yang telah diproklamasikan itu didukung dan ditopang oleh kekuatan partai partai politik bangsa Indonesia, maka organisasi Majelis Syura Muslimin Indonesia menjadi partai Politik Islam Masyumi.

Terbentuknya Partai Politik Islam Masyumi sesungguhnya adalah merupakan

suatu kesalahan Hal ini adalah karena Masyumi itu didirikan sebagai Majelis Permusyawatan Para Ulama Indonesia dan kolompok / organisasi Islam yang ada pada waktu itu untuk tujuan mendirikan majelis imamah dan bukan untuk menjadi partai politik. Idenya sebagai kelanjutan dari MIAI (Al Majlisul Islamil A’la Indonesia) yang didirikan tahun 1937 di Surabaya untuk menyelesaikan perbedaan dan perselisihan paham dikalangana ummat islam.

Hal ini adalah merupakan suatu kealpaan dan kelengahan tokoh PSII yang tidak menyadari bahwa PSII sedang dalam keadaan uzur (tidak bubar) Para tokoh PSII seharusnya mendeklarasikan lebih dahulu aktifnya kembali PSII sebagai partai politik Islam dan mengajak para pemimpin Islam itu menggunakan PSII sebagai satu-satunya partai politik Islam dan mencegah berdirinya Masyumi sebagai Hal ini adalah merupakan suatu kealpaan dan kelengahan tokoh PSII yang tidak menyadari bahwa PSII sedang dalam keadaan uzur (tidak bubar) Para tokoh PSII seharusnya mendeklarasikan lebih dahulu aktifnya kembali PSII sebagai partai politik Islam dan mengajak para pemimpin Islam itu menggunakan PSII sebagai satu-satunya partai politik Islam dan mencegah berdirinya Masyumi sebagai

adalah membuat firkah yang tidak sesuai dengan ketentuan Allah dalam Al Qur’an surat Ali Imran (103).

Setelah terlanjur berdirinya partai politik Islam Masyumi dimana terdapat para pemimpin dan tokoh-tokoh PSII didalamnya, maka para tokoh PSII dari Sumatera Barat (Sumatera Tengah pada waktu itu) menyampaikan peringatan kepada para tokoh PSII yang ada dalam Masyumi, bahwa PSII yang sedang uzur harus diaktifkan kembali sebagai partai politik Islam. Maka sebagian besar tokoh PSII yang menyadari dan taat sebagai kader yang telah mengucapkan bai’at sebagai anggota PSII, kembali mengaktifkan PSII pada tahun 1947 di Yogyakarta sebagai partai politik dan keluar dari Masyumi.

Untuk diketahui bunyi bai’at PSII adalah sbb.: Asyhadu allailaha illallah wa asyhadu anna –Muhammadan rasulullah Wallahi. Demi Allah !, sesungguhnya saya masuk menjadi anggota Partai Syarikat Islam Indonesia dengan ikhlas dan suci hati, tidak karena sesuatu keperluan diri saya sendiri, atau karena megharapkan pertolongan dalam suatu perkara dari sebelum saya menjadi

anggota. Selama-lamanya saya akan meninggikan Agama Islam diatas segala apa-apa yang dapat saya pikirkan, maka saya akan tetap mengerjakan segala perintah Allah dan perintah Rasul Allah dan menjauhi segala larangan-Nya Saya hendak mengusahakan diri dengan sekuat-kuat ketakutan saya kepada Allah Ta’ala dan dengan sekuat-kuat fikiran dan tenaga saya hendak menyampaikan maksud Partai Syarikat Islam Indonesia dan sekali-kali tidak akan membuat bencana atau khianat atas Partai Syarikat Islam Indonesia. Saya hendak memperhatikan dan menurut dengan sungguh-sungguh ketentuan- ketentuan Peraturan Dasar dan keputusan-keputusan Majelis Tahkim Partai Syarikat Islam Indonesia dan selalu membela Partai Syarikat Islam Indonesia dari pada bencana fihak mana saja.

Kejadian tersebut menimbulkan salah paham dan friksi yang pertama dari sebagian pemimpin Islam yang ada di Masyumi kepada para tokoh dan kaum PSII yang mengaktifkan kembali PSII, yang dipandang sebagai telah keluar dan tidak taat Kejadian tersebut menimbulkan salah paham dan friksi yang pertama dari sebagian pemimpin Islam yang ada di Masyumi kepada para tokoh dan kaum PSII yang mengaktifkan kembali PSII, yang dipandang sebagai telah keluar dan tidak taat

Perlu adanya klarifikasi tentang sejarah Partai Politik Islam

Berdasarkan hal hal yang diuraikan tersebut diatas kita tidak dapat menyalahkan betul keterlanjuran berdirinya Masyumi pada waktu itu, akan tetapi kita juga tidak dapat menyalahkan tokoh-tokoh PSII mengaktifkan kembali Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII). Keadaan yang demikian itu telah menyebabkan terjadinya firkah partai politik Islam di Indonesia. Persoalan selanjutnya adalah bahwa partai Masyumi telah dibubarkan oleh pemerintah Sukarno, karena alasan terlibat dalam pemebrontakan PRRI dan PERMESTA. Jika secara hukum hal pembubaran itu sah adanya, maka partai Masyumi tidak memenuhi syarat lagi untuk diaktifkan atau dihidupkan kembali, akan tetapi jika tindakan Sukarno membubarkan Masyumi dianggap tidak syah secara hukum, hanya sah secara politik maka Masyumi menurut pandangan demokrasi liberal boleh hidup lagi jika keadaan politik mengizinkannya. Akan tetapi jika ditinjau dari sudut pandangan Islam berdasarkan Qur’an surat Ali ‘Imran (103), bila telah ada partai Islam maka tindakan mendirikan lagi partai Islam adalah termasuk tindakan membuat firkah. Apalagi jika ditinjau dari sejarah terbentuknya Masyumi dimana telah ada Partai Syarikat Islam Indonesia yang sedang uzur, maka seharusnya Partai Syarikat Islam Indonesialah yang mesti digunakan sebagai wadah partai bagi Ummat Islam Indonesia. Silahkan para pemimpin, cendekiawan dan tokoh Islam berkiprah didalammnya. Dan menggunakan nama Partai Syarikat Islam Indonesia sebagai satu-satunya Partai Islam milik kaum muslimin Indonesia tidaklah boleh diartikan memenangkan kepentingan dan untuk kebanggaan kaum Syarikat Islam akan tetapi hendaklah dianggap sebagai melaksanakan perintah Allah untuk bersatu dalam wadah (jamaah) yang telah ada, dan yang menang dan bangga adalah ummat Islam Indonesia. Cita-cita PSII untuk mewujudkan suatu kaum (jamaah) yang tidak terpecah belah belum dapat terwujud karena kenyataan, muncul banyak partai Islam di Indonesia dan ikut dalam Pemilu Pertama (1955), yaitu partai Islam NU, PERTI, Masyumi dan PSII.

PSII semasa dan setelah orde baru

Pada zaman orde baru, berdasarkan Undang-undang Parpol dan Ormas yang memasung hak demokrasi dan hak politik rakyat, PSII terpaksa dengan berat hati dibawah tekanan politik yang amat berat memfusikan kegiatan politiknya kedalam Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yaitu partai yang didirikan dengan memfusikan kegiatan politik dari 4 partai politik Islam: NU, MI, PSII dan PERTI. Setelah itu PSII berubah menjadi organisasi kemasyarakatan non politik dengan nama Syarikat Islam.

Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang dibentuk semasa orde baru itu meskipun dilahirnya sangat sesuai dengan doktrin atau paham kemasyarakatan Syarikat Islam tentang persatuan dalam ummat Islam, akan tetapi usaha tersersebut disinyalir kuat berbau rekayasa untuk mengendalikan dan memecah kekuatan dan persatuan dalam kelompok kelompok ummat Islam. Hal tersebut menjadi dasar keengganan sebagaian besar kaum Syarikat Islam untuk memfusikan kegiatan politiknya kepada PPP dan lagi pula karena hal itu bertentangan dengan Anggaran Dasar, keyakinan dan i’tiqad kaum Syarikat Islam bahwa PSII itu tidak dapat bubar atau dibubarkan sebagaimana yang dinyatakan oleh anggaran dasarnya.

Sinyalemen tersebut terbukti dari berhasilnya pemerintah mengintervensi PPP, mengkebirinya, dan menyelewengkan fungsinya, sehingga PPP menjadi partai ornament pemerintah atau ornament penguasa orde baru. PPP dizaman order baru hanya sebagai tukang stempel keinginan penguasa dan tukang pemberi komentar yang baik terhadap semua rencana pemerintah, serta tukang mengusulkan kemauan penguasa yang seolah-olah usul dari partai ini. Tindakan lebih lanjut dari pemerintah orde baru mengeliminir kekuatan Islam adalah mencabut diberlakukannya asas Islam bagi partai politik termasuk PPP, sehingga dengan demikian tidak ada lagi partai Islam semasa orde baru, meskipun dalam setiap kampanye para aktivisnya selalu membohongi ummat meneriakkan PPP adalah partai Islam warisan para ulama, sedangkan asas Islam dan jiwa keulamaan itu telah tercabut dari tubuh PPP. Pemerintah turut campur dan memaksa melalui sistem intelnya kepada partai pada setiap kesempatan musyawarahnya di semua lini untuk mengganti fungsionaris yang tidak disukai pemerintah dengan orang yang diingini dan Sinyalemen tersebut terbukti dari berhasilnya pemerintah mengintervensi PPP, mengkebirinya, dan menyelewengkan fungsinya, sehingga PPP menjadi partai ornament pemerintah atau ornament penguasa orde baru. PPP dizaman order baru hanya sebagai tukang stempel keinginan penguasa dan tukang pemberi komentar yang baik terhadap semua rencana pemerintah, serta tukang mengusulkan kemauan penguasa yang seolah-olah usul dari partai ini. Tindakan lebih lanjut dari pemerintah orde baru mengeliminir kekuatan Islam adalah mencabut diberlakukannya asas Islam bagi partai politik termasuk PPP, sehingga dengan demikian tidak ada lagi partai Islam semasa orde baru, meskipun dalam setiap kampanye para aktivisnya selalu membohongi ummat meneriakkan PPP adalah partai Islam warisan para ulama, sedangkan asas Islam dan jiwa keulamaan itu telah tercabut dari tubuh PPP. Pemerintah turut campur dan memaksa melalui sistem intelnya kepada partai pada setiap kesempatan musyawarahnya di semua lini untuk mengganti fungsionaris yang tidak disukai pemerintah dengan orang yang diingini dan

Pencabutan asas Islam kemudian diberlakukan pula kepada semua ormas Islam yang ada termasuk SI yang telah menjadi ormas, menggantinya dengan Pancasila, sebagai syarat untuk memperoleh legalitas atau syarat perizinan melakukan kegiatannya secara

formil. PPP yang telah berhasil dijadikan ornament pemerintah ini lebih jauh telah menjadi

partai per ”SATE” an bagi kehidupan ormas pendiri PPP. Politik belah bambu yang sering diterapkan para fungsionaris PPP terhadap ormas-ormas pendiri PPP karena tekanan politik penguasa yang dalam istilahnya dikenal dengan nama operasi TUNTAS yaitu TUNTUNAN DARI ATAS dan ditambah lagi dengan berkembangkanya usaha- usaha untuk memperjuangkan kepentingan kelompok sendiri didalam partai telah menghasilkan perpecahan dalam tubuh ormas-ormas pendiri PPP. Organisasi kaum Syarikat Islam adalah salah satu korban yang tercabik-cabik oleh rekayasa sistem politik orde baru itu disamping NU, MI dan PERTI. Pernyataan NU kembali kepada khitah tahun 26 menjelang pemilu 1987 adalah sebagai akibat dan jawaban dari sepak terjang kebijakan penguasa orde baru yang menekan dan mendorong PPP untuk menjalankan politik belah bambu yang sangat merugikan organisasi NU itu. Kelompok MI yang tidak terorganisir secara formil dan tidak pernah melaksanakan kongres ataupun munas, seperti mendapat penunjukan dari penguasa untuk memegang kendali yang mengontrol PPP. Tidak pernah PPP di ketua umumi oleh orang bukan MI setelah tidak menjadi partai Islam.

Gugurlah arti dan makna fusi partai partai Islam

Dengan kondisi PPP yang seperti itu maka seluruh ormas pendiri PPP secara tidak resmi menganggap gugur arti dan makna serta kesepakatan fusi partai-partai Islam pada tanggal 5 Januari 1973 yang menjadi tumpuan harapan ummat Islam itu. Dan dilain pihak penguasa orde baru melalui undang-undang parpol yang menerapkan sistem massa mengambang yang direkayasa sejalan dengan perekayasaan pembentukan anggota DPR dan MPR-nya tidak memberi kesempatan kepada seluruh anggota ormas pendiri PPP melakukan kegiatan politik praktis kecuali sebagian kecil anggota yang menduduki jabatan dalam PPP yang dalam istilahnya adalah orang-orang yang berada dalam sistem, yaitu maksudnya berada dalam sistem kekuasaan politik.

Hakikatnya semua partai politik waktu itu (zaman orde baru) berada dibawah suatu kontrol dan kendali kekuasaan politik. Dengan demikian PPP sebagai partai Islam harus dianggap sudah tidak ada lagi, dan seharusnya partai itu ditinggalkan dan dibubarkan, dan para anggotanya kembali bergabung kepada organisasi masing- masing sebelum PPP. Dengan demikian PPP sebagai salah satu sumber pemecah belah ummat pada organisasi pendirinya dapat diakhiri.

Reformasi yang menghidupan Demokrasi dan mengantarkan Syarikat Islam

kembali pada fitrahnya sebagai Partai Politik Islam

Setelah berlalunya masa orde baru, dengan adanya gerakan moral oleh para mahasiswa yang mendorong dilakukannya reformasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, untuk mengembalikan kehidupan demokrasi dan melepaskan pemasungan hak politik rakyat, maka Syarikat Islam sebagai organisasi perintis dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia yang telah mengantarkan bangsa Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan 17 Agustus 1945, serta turut aktif dalam kegiatan politik dan kemasyarakatan mengisi kemerdekaan, telah mengambil sikap dan langkah mengembalikan kiprahnya sebagai partai politik pada tanggal 29 Mei 1998 yaitu mengaktifkan kembali PSII dengan berasaskan dienul Islam sebagaimana semula.

Euphoria yang ke bablasan

Dalam awal arus reformasi yang sedang berembus itu para tokoh dan para pemimpin masyarakat dari berbagai golongan dengan riang gembira ramai-ramai mendirikan partai-partai politik menyambut datangnya era demokrasi. Tidak ketinggalan para tokoh Islam atau yang menganggap dirinya tokoh Islam turut pula mendirikan berbagai partai Islam dengan berbagai latar belakang pemikiran.

Apabila tindakan mendirikan partai Islam itu dirujuk kepada Al Qur’an surat Ali Imran (103), maka hal tersebut menurut paham kaum Syarikat Islam dapat dikategorikan sebagai membuat firkah yaitu mendirikan partai Islam setelah adanya partai Islam sebelumnya. Termasuk dalam hal ini PPP diklassifikasikan sebagai mendirikan partai Islam baru, dikarenakan PPP yang lama sudah dianggap tidak ada karena tidak lagi memegang amanat fusi yang dirusak orde baru serta dipaksa Apabila tindakan mendirikan partai Islam itu dirujuk kepada Al Qur’an surat Ali Imran (103), maka hal tersebut menurut paham kaum Syarikat Islam dapat dikategorikan sebagai membuat firkah yaitu mendirikan partai Islam setelah adanya partai Islam sebelumnya. Termasuk dalam hal ini PPP diklassifikasikan sebagai mendirikan partai Islam baru, dikarenakan PPP yang lama sudah dianggap tidak ada karena tidak lagi memegang amanat fusi yang dirusak orde baru serta dipaksa

Perolehan kursi tidak berarti legitimasi hukum sebagai partai Islam sesuai Al Qur’an

Diperolehnya banyak kursi oleh PPP dalam DPR pada pemilu 1999 belum dapat dianggap sebagai legitimasi PPP sebagai partai Islam yang keberadaannya sesuai dengan A l Qur’an, melainkan hanya karena emosinal ke islaman para pendukung yang tidak menyadari keadaan dan hukum tentang keberadaan partai Islam menurut Al Qur’an.

Mencari titik temu dengan membuka hati dan berlapang dada, ikhlas karena Allah, meletakkan kepentingan Islam diatas kepentingan pribadi dan kepentingan

golongan

Dengan menyadari telah terlanjurnya berdiri banyak partai-partai Islam di Indonesia sebagai firkah-firkah kekuatan politik ummat Islam yang tidak sesuai dengan Al

Qur’an, maka para pemimpin partai dan tokoh tokoh Islam bertanggung jawab, harus membuka hati selapang-lapangnya dan pikiran seluas-luasnya menyeleng-garakan forum forum dialog secara luas dan terus menerus hingga tercapai titik temu dalam visi dan missi serta rumusan-rumusan tentang hakikat, tujuan, fungsi dan peranan serta garis pemikiran yang detail tentang bagaimana seharusnya partai partai Islam Indonesia. Setiap orang Islam yang sesungguhnya adalah seorah pejuang. Seorang pejuang / mujahid Islam adalah mereka yang meletakkan kepentingan Islam diatas kepentingan pribadi dan kepentingan golongan. Peringatan HOS Tjokroaminoto

Kalau kita mengerti benar-benar dan dengan sungguh sungguh hati menjalankan perintah perintah Islam, maka selama-lamanya kita tidak akan dapat dihinggapi nafsu egoisme, individualisme, despotisme, kapitalisme, dan lain- lain nafsu “isme” yang jahat itu. Sebaliknya apabila ada orang Islam masih juga menjadi seorang egois, individualis, despoot, kapitalis dan lain-lain nafsu isme yang jahat itu, maka hilanglah sebagian kecil atau sebagian besar dari keislamannya atau keislamannya gugur sama sekali….

Nauzubillahi minzaliq Billahi fi sabilil haq.

SEJARAH BERDIRINYA NII AWAL MULANYA PERGERAKAN ISLAM DI INDONESIA

1. Berdirinya SDI ( Syarikat Dagang Islam )

Syarikat Dagang Islam di dirikan di Solo, pada tanggal 16 Oktober 1905 oleh Kyai Haji Samanhudi di bantu oleh M. Asmadimejo, M. Kertokirono daqn M. Haji Rojak. Motif utma didirikannya organisasi ini adalah berusaha menerapkan sistem ekonomi islam di dunia Perdagangan Indonesia. Khususnya bagi pedagang batik di Solo. Menjelang lahirnya SDI, terjadi diskriminasi tajam yang sengaja di lakukan piak bangsawan kepad masyarakat biasa. Juga sangat menonjol sikap angkuh dan superioritas dari kalangn pedagang pedagang yang banyak mendominasi perdagangan pada saat itu. Maka SDI di maksudkan sebagai benteng utuk menentang si Superioritas dan dominasi Pedagang-pedagang Cina sekaligus mendobrak diskriminasi bangsawan yang bertindak sewenang-wenang terhadap masyarakat awam. Sesungguhnya di dalam jiwa pendiri SDI ini terkandung maksud yang lebih jauh lagi, yaitu ingin menegakkan Islam sebagai satu satunya sistem yang berlaku di bumi Indonesia Namun karena terbatasnya kemampuan beliau di tambah pula dengan kondisi penjajahan yang sangat keras dan ganas dalam mengawasi dan menghambat setiap bentuk gerakan bangsa Indonesia, maka Untuk sementara waktu Beliau ( Kyai Haji Samanhudi ) hanya berorientasi pada masalah ekonomi saja. Meswki demikian SDI tetap di anggap sebagai ( Miqod = awal pemberangkatan / Starting point ) bagi perjalanan sejarah ini. Menyadari akan keterbatasan kemampuan ini, Kyai Haji Samanhudi selalu mencari dan menghubungi tokoh tokoh Islam lainnya untuk di ajak bersama sama mengelola lembaga perjuangan ini. Sekitar bulan Mei 1912. SDI memperoleh seorang tokoh tangguh yang ikut mewarnai perjalanan Sejarah ini, yaitu Haji Umar Said Cokroaminoto setelah ada persesuaian antara keduanya dalam pandangan mengenai garis garis perjuangan Sunnah Rasulullah SAW.

2. Masa Peralihan Pada SI ( Syarikat Islam )

Setelah HOS Cokroaminoto bergabung ke dalam SDI, beliau mencoba menyusun sebuah anggaran dasar organisasi yang dapat di berlakukan di seluruh Indonesia Setelah HOS Cokroaminoto bergabung ke dalam SDI, beliau mencoba menyusun sebuah anggaran dasar organisasi yang dapat di berlakukan di seluruh Indonesia

a. Kemerdekaan Indonesia ( mengusir pihak penjajah dari bumi Indonesia )

b. Kemerdekaan Islam Indonesia, artinya Islam sebagai satu satunya sistem yang haq bisa berlaku di Indonesia dengan sempurna dan di lindungi oleh kekuasaan ( Negara Islam Indonesia ).

c. Kemerdekaan di seluruh Dunia, artinya membentuk Khalifah fil ardi / struktur pemerintahannya memberlakukan hukum Islam sebagai penjabaran dari mulkiyah-tullah / Kerajaan Allah di muka bumi.

Langkah lanjut dari gagasan tersebut maka pada tanggal 11 Nopember 1912 SDI di ganti dengan nama Syarikat Islam (SI) yang orientasinya bukan sekedar masalah masalah ekonomi saja, melainkan sudah mencakup kepada seluruh Manhijul hayal, ( meliputu segala aspek kehidupan untuk di warnai dengan corak Islam saja ). Dalam kongres SI pertama di Surabaya tahun 1913 telah di putuskan untuk membantu cabang cabangnya di seluruh tanah air yang di bagi tiga wilayah, yaitu wilayah Jawa Barat ( meliputi Sumatera dan pukau sekitarnya), Jawa Tengah ( meliputi Kalimantan ) dan Jawa Timur ( meliputi Sulawesi, Bali, Lombok dan Sumbawa). Kemudian pada tahun tahun berikutnya bergabung pula beberapa tokoh Islam lainya. Inilah tokoh tokoh yang banyak berperan aktif pada tahun tahun awal sejak berdirinya SI Kepribadian HOS Cokroaminoto menampilkan sikap tidak pernah kompromi terhadap kolonia Belanda. Beliau lahir di Bakur, Madiun Jawa Timur, pada tanggal 16 Agustus 1882 dari keluarga yang taat kepada Islam. Beliau pernah belajar administrasi Pemerintahan, serta mengikuti kursus kursus dalam soal teknik mesin. Sikap HOS Cokroaminoto yang tegas terhadap orang orang Kafir ( dalam hal ini pihak Belanda ), ini di buktikan ketika beliau di panggil oleh pemerintah Belanda untuk menghadap, dengan tegap dan menampilkan sikap ksatria da hadpan orang Bekanda, tidak seperti sikap orang orang pribumi pada umumnya yang apabila menghadap Belanda harus duduk di lantai tidak boleh duduk di kursi serta dilarang memakai alas kaki. HOS Cokroaminoto menyadari hal itu, yakni suatu penghinaan terhadap bangsa Indonesia yang mayoritas Islam oleh pihak Belanda yang Nasrani.

Kira kira lima tahun pertama sejak HOS Cokroaminoto bertindak sebagai ketua, dia banyak menyumbangkan pikiran demi kemajuan Syarikat Islam. Dalam anggaran dasar yang beliau susun, banyak mewarnai kehidupan Syarikat Islam berikutnya, sehingga dalam anggaran dasarnya pun Syarikat Islam secara keseluruhan ( Kaffah ) mencakup semua aspek kehidupan baik secara pe4mahaman Aqidah Islam, Ekonomi, Politik, Sosial, Budaya dan Peme rintahan menurut tuntunan Al Qur’an dan Sunnah Rasul Untuk merealisasikan gagasan membentuk dunia Islam ini. HOS Cokroaminoto mempersiapkan Kader kader militan yang terdiri dari mahasiswa mahasiswa yang berjiwa progresif. Diantaranya Soekarno yang di harapkan dapat menghimpun dan mengelola kaum Intelektual serta Cendikiawan dalam satu wadah dan satu arah dalam menentang penjajah. Semaun di arahkan untuk memyadarkan masyarakat awam dan akan kepenyingan kemerdekaan sekaligus melibatkan perjuangan dalam menentang penjajah. Sementara SM Kartosuwiryo di tugaskan untuk mempengaruhi para Ulama dan para Kyai untuk di ajak bersama sama dalam menyegakkan Al Islam menjadi satu satunya sistem hidupm di Indonesia. Meski akhirnya, keduanya kader yang pertama yaitu Soekarno dan Semaun beberapa tahun kemudian menyimpang dari garis garis Syarikat Islam. Lalu membentuk wadah baru yang tidak berdasarkan Islam dan tidak ber pedoman kepada Al Qur’an dan Sunnah. Selama di bawah kepemimpinan HOS Cokroaminoto, SI di seluruh daerah mencapai 435 cabang di dukung oleh jutaan anggota. Sampai akhirnya kegemilangan SI mulai menurun pada periode-periode berikutnya dengan terdapatnya perselisihan- perselisihan pendapat dalam intern pimpinan yang berakibat munculnya berbagai partai dan organisasi lain yang tidak sejalan dengan syarekat islam.

3. Awal Perpecahan Dalam SI

Malapetaka ini bermula dengan hadirnya dua orang belanda yang bernama Henricus Yosephus Fransiciscus Marie Sneevliet dan Adolf Baars yang datang ke indonesia pad tahun 1913. Pada mulanya ia bekerja sebagai pimpinan redaksi “ Hardels Blad” Surabaya selama dua bulan. Kemudian menjadi sekretaris K.D.S. (Kamar Dagang Semarang) pada tahun yang sama. Keduanya kader-kader komunis yang telah dididik di negri Rusia. Kemudian mereka mendirikan ISDV (Indische Sociaal Democraticehc Vereneging) pada tahun 1914 di semarang, yang merupakan partai sosialis kemudian berkembang menjadi partai komunis terutama setelah berhasilnya revolusi Rusia pada tahun 1917. Menurut analisis tokoh tokoh SI, munculnya ISDV yang di kembangkan pleh dua orang Belanda tersebut adalah meruoakan usaha pemerintah Belanda untuk mengoncangkan Malapetaka ini bermula dengan hadirnya dua orang belanda yang bernama Henricus Yosephus Fransiciscus Marie Sneevliet dan Adolf Baars yang datang ke indonesia pad tahun 1913. Pada mulanya ia bekerja sebagai pimpinan redaksi “ Hardels Blad” Surabaya selama dua bulan. Kemudian menjadi sekretaris K.D.S. (Kamar Dagang Semarang) pada tahun yang sama. Keduanya kader-kader komunis yang telah dididik di negri Rusia. Kemudian mereka mendirikan ISDV (Indische Sociaal Democraticehc Vereneging) pada tahun 1914 di semarang, yang merupakan partai sosialis kemudian berkembang menjadi partai komunis terutama setelah berhasilnya revolusi Rusia pada tahun 1917. Menurut analisis tokoh tokoh SI, munculnya ISDV yang di kembangkan pleh dua orang Belanda tersebut adalah meruoakan usaha pemerintah Belanda untuk mengoncangkan

23 Mei 1920 yang merupakan transformasi dari ISDV, tindakan mereka seperti itu tercium oleh pimpinan SI dalam suatu kongres partai pada tahun 1921, mereka di keluarkan dari keanggotaan SI, ini akibat di canangkannya “disiplin partai” dimana dinyatakan bahwa anggota SI tidak di perkenankan menjadi anggota kelompok / partai lain. Sekeluarnya mereka dari SI, mereka semakin giat melakukan propaganda dalam usaha memasyarakatkan fahamnya, bahkan tidak sekedar propaganda, mereka juga memfokuskan Move move yang b ersifat “ Phsyie” ( kejiwaan ). Puncak peris tiwa adalah ketika mereka memproklamasikan berdirinya PKI, kemudian mengadakan pemberontakandi daerah Jawa Tengah dan Sumatera Barat pad atahun 1926. Kelompok ini lebih di kenal dengan “SI” merah ( Sosialis Indonesia ). Pada tahun berikutnya tegasnya pada tahun 1927, Soekarno yang di harapkan jadi kader SI militan menyimpang / bertentangan faham dengan HOS Cokroaminoto mengenai dasar dan tujuan perjuangan. Soekarno berpendapat hanya faham kebangsawananlah bukan Islam yang dapat mempersatukan bangsa Indonesia dalam mempersatukan langkah menghadapi kolonial Belanda, kemudian ia mendirikan Partai Nasional Indonesia ( PNI ) yang berdasarkan nasional sekuler.

4. Lahirnya Sikap Hijrah SI

Hijrah suatu sikap politik SI yang di lancarkan untuk pertama kalinya dalam tahun 1923. Sebagai akibat ketidakpercayaan partai terhadap pemerintah kolonial dan keyakinan pimpinan partaibahwa kerjasama dengan pihak pemerintah kolonial (kafir) hanya akan menimbulkan kerugian dunia akhirat dan mengakibatkan tergelincirnya partai lebih jauh lagi dari tujuan yang sebenarnya. Hijrah adalah strategi Illahi yang telah di tetapkan menjadi salah satunya pola perjuangan para Rasul Nya dalam mengemban risalah menegakkan Dienul Haq atas dien dien lainnya . Termasuk Nabi Muhammad SAW pola perjuangannya adalah Hijrah, tegasnya Iman-Hijrah-Jihad.

Pimpinan SI menyadari benar , bahwa berjuang mentegakkan Islam adalah Ibadah. Oleh karenanya dalam pelaksanaannyaharus mengikuti yang telah di contohkan oleh Rasulullah SAW, apapun resikonya harus di hadapi, tidak boleh membut cara sendiri, malah kiranya motivasi yang melatarbelakangi di tetapkannya sikap hijrahsebagai garis politik yang resmi dari SI. Ditambah dengan kondisi yang mendorong untuk mengambil sikap tegas semacam ini, dimana pada pada saat itu semakin jelas, bahwa pemerintah Belanda dan Volkstraadnya ( Dewan Rakyat ) bukan memberi kemenangan terhadap perjuangan SI, justru sebaliknya mereka berusaha menyikat dan meringkus dengan halus tokoh-tokoh SI agar tunduk dan patuh terhadap segala kehendak mereka (Pemerintah Kolonial), tanpa membantah apalagi mengahalanginya. Juga dengan menyimpangnya Semaun Cs dan Soekarno dari garis Islam dengan membentuk Partai Komunis Indonesia dan PNI yang bedanya sangat menentang Islam yang telah menjadi dasar perjuangan SI, inipun merupakan faktor yang ikut mendorong untuk mengambil sikap hijrah dengan tegas lagi. Terutama terlihat dari langkah-langkah partai yang semakin menampakkan permusuhan terhadap pemerintah Belanda pada tahun 1930, yang telah berubah namanya menjadi PSII (Partai Syarekat Islam Indonesia). Tahun 1933 mencatat suatu penyesuaian struktur partai, juga dasar perjuangan partai yang dihasilkan pada tahun itu dianggap sesuatu yang telah sempurna para pemimpinnya terutama dengan figure HOS Cokroaminoto dibantu SM. Kartosuwiryo sebagai sekretaris pribadinya, berusaha mewarnai lembaga PSII ini dengan warna Islam saja, tanpa ada warna-warni lainnya ini bisa dilihat dari dasra strategi partai yang Islami.

5. Menyimpangnya Beberapa Tokoh SI dari Garis Hijrah

Setelah Si menetapkan dan mempertegas politik hijrahnya yang berarti tidak ada kerjasama dan tidak ada garis taat kepada pemerintah Belanda, maka pihak pemerintah segera menyambutnya dengan tindakan-tindakan keras dan tegas, mereka keluarkan peraturan-peraturan yang sangat ketat, sehingga mempersempit ruang gerak SI. Memang demikianlah resikonya dari sikap hijrah sebagaiman yang telah dialami oleh Nabi Muhammad s.a.w. beliau dengan sikap hijrahnya telah mendapat perlakuan kasar dan kejam yang penuh dengan sikap permusuhan dari pihak pemerintah Quraisy. Beliau dengan para sahabatnya dicari-cari, dicekam, diintimidasi, diblokade, diusir bahkan direncanakan untuk dibunuh. Tapi Allah telah merencanakannya atau memnyelamatkannya dan memenangkannya atas orang-orang kafir itu karena memang

hijrah adalah stategui Allah untuk meyelamatkan dan memenangkan Rasulullah beserta umatnya dalam berjuang mennegakkan Al-Haq. Melihat tindakan Pemerintah Belanda yang makin keras terhadap SI akibat dari sikap poloitik hijrahnya ini, maka beberapa tokoh SI duiantaranya Sukiman dan Wali Al- Fatah serta beberapa orang pemimpin Muhamaddiyah termasuk ketua umumnya KH. Mas Mansyur bersama-sama mengusulkan kepada pemimpin SI agar merubah langkah politik hijrahnya, karena menurut pendapat mereka bahwa politik semacam itu merupakan sesuatu langkah taktik saja dan bukan sesuatu prinsip yang tidak bisa dirubah. Mereka melihat politik hijrah seperti yang dilaksanakan oleh SI tidak bersifat ketat dan baku sehingga menjadi penghambat perjuangan partai sendiri, karena tidak memungkinkan penyesuaian dengan situasi. Disamping itu, orang-orang ini mengusulkan kepada SI agar partai ini membatasi diri pada bidang poloitik saja dan mempercayakan aspek-aspek sosial dan pendidikan pada organisasi lain dalam rangka pergerakan kebangsaan yang memang didirikan untuk mengahadapi bidang itu. Mereka juga meminta agar tindakan disiplin terhadap Muhammadiyah yang telah dilakukan oleh SI pada tahun 1927 itu dicabut kembali (dibatalkan)

a. Keluarnya Sukiman Cs

Dalam mengahadapi usulan-usulan itu, HOS Cokroaminoto sebagai pimpinan puncak dan penanggung-jawab PSII telah bertindak cukup tegas, beliau menolak seluruh usulan-usulan tersebut dengan alasan:pertama, tentang hijrah: bahwa hijrah bukan sekedar taktik, akan tetapi merupakan prinsip yang tidak bisa dirubah-rubah. Bahkan merupakan faktor yang sangat menentukan syah tidaknya amal ibadah dan amal jihad umat Islam dihadapan Allah Rabbul Izati. Bergeser dari hijrah berarti bergeser pula pada kemurnian Islam.

Menuju kepada percampuran haq dan bathil, sebab hijrah adalah salah satu usaha untuk memurnikan ibadah tau pengabdian kepada Allah (realisasi dari tauhidul ibadah) yang lawanya adalah musyrik. Kedua, tentang pembatasan ruang lingkup SI : bahwa SI adalah gerakan Islam yang bersifat universal mempunyai tujuan menegakkan Khaifatullah fil ardhi, artinya pemerintahan Allah di muka bumi. Tentu saja hal ini tidak bisa dilakukan dalam satu bidang/parsial saja tetapi harus mencakup seluruh aspek kehidupan, baik politik, ekonomi, sosial, pendidikan, juga termasuk aqidah dan ubudiyyahnya. Terakhir tentang tindakan displin Muhammadiyah bahwa tindakan tersebut sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam SI setelah sebelumnya pihak pimpinan memberi Menuju kepada percampuran haq dan bathil, sebab hijrah adalah salah satu usaha untuk memurnikan ibadah tau pengabdian kepada Allah (realisasi dari tauhidul ibadah) yang lawanya adalah musyrik. Kedua, tentang pembatasan ruang lingkup SI : bahwa SI adalah gerakan Islam yang bersifat universal mempunyai tujuan menegakkan Khaifatullah fil ardhi, artinya pemerintahan Allah di muka bumi. Tentu saja hal ini tidak bisa dilakukan dalam satu bidang/parsial saja tetapi harus mencakup seluruh aspek kehidupan, baik politik, ekonomi, sosial, pendidikan, juga termasuk aqidah dan ubudiyyahnya. Terakhir tentang tindakan displin Muhammadiyah bahwa tindakan tersebut sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam SI setelah sebelumnya pihak pimpinan memberi

Mereka menghimbau agar HOS Cokroaminoto menarik kembali tindakan terhadap Sukiman cs tersebut. Namun HOS Cokroaminoto tetap tidak goyah dengan sikapnya ini. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1933, yang kemudian orang-orang ini dengan kekecewaannya berusaha membentuk suatu penelis yang kemungkinan persatuan islam indonesia yang mempunyai dasar campuran : Islam Nasional dan budaya. Pnelis ini menarik kerjasama dengan PSII merdeka di Yogyakarta (termasuk yang tidak setuju dengan politik hijrah) untuk bersama-sama membentuk partai islam indonesia (PARTI). Tetapi usaha ini segera mundur pada tahun berikutnya. walaupun mendapat sambutan dari berbagai tempat di Jawa, dapat disimpulkan bahwa kegiatan seperti ini merupakan suatu permulaan daripada yang dalam 4 Desember 1938 menjadi Partai Islam Indonesia (PII) yang diketuai oleh Raden Widodo dan Sukiman.

b. Keluarnya Agus Salim

Selain Mr. Sukiman cs sesungguhnya masih ada kelompok yang tidak setuju dengan kelompok hijrah, yang menurut pendapat mereka, poltik semacam ini yang hanya akan menimbulkan kesulitan dan keruwwetan belaka. Atau menurut istilah mereka dikatakan “ bak membenturkan kepala ke tembok saja”. Kelompok ini dimotori oleh H. Agus Salim. Namun pada saat itu ketika pimpinan partai masih HOS Cokroaminoto, kelompok ini belum berani secara terang-terangan mengatakan ketidaksetujuan terhadap kelompok/politik hijrah. Bagaimanapun mereka masih segan dengan karishma pribadi dan kepimpinan HOS Cokroaminoto. Baru setelah Cokroaminoto wafat pada tahun 1934, dan kepemimpinan partai jatu ditangan saudarnya, yaitu Abi Kusno Cokro Suryo dan wakilnya SM. Kartosuwiryo, maka kelompok lain mulai berani angkat suara untuk menentang politik. hijrah. Hal ini dapat dilihat pada bulan Maret 1935, H. Agus Salim yang saat itu sebagai ketua dewan partai meminta dengan sangat kepada lanjnah tanfiziyah untuk meninjau kembali kebijaksanaan “politik hijrah”. Sehubungan dengan keluarnya peraturan-peraturan Selain Mr. Sukiman cs sesungguhnya masih ada kelompok yang tidak setuju dengan kelompok hijrah, yang menurut pendapat mereka, poltik semacam ini yang hanya akan menimbulkan kesulitan dan keruwwetan belaka. Atau menurut istilah mereka dikatakan “ bak membenturkan kepala ke tembok saja”. Kelompok ini dimotori oleh H. Agus Salim. Namun pada saat itu ketika pimpinan partai masih HOS Cokroaminoto, kelompok ini belum berani secara terang-terangan mengatakan ketidaksetujuan terhadap kelompok/politik hijrah. Bagaimanapun mereka masih segan dengan karishma pribadi dan kepimpinan HOS Cokroaminoto. Baru setelah Cokroaminoto wafat pada tahun 1934, dan kepemimpinan partai jatu ditangan saudarnya, yaitu Abi Kusno Cokro Suryo dan wakilnya SM. Kartosuwiryo, maka kelompok lain mulai berani angkat suara untuk menentang politik. hijrah. Hal ini dapat dilihat pada bulan Maret 1935, H. Agus Salim yang saat itu sebagai ketua dewan partai meminta dengan sangat kepada lanjnah tanfiziyah untuk meninjau kembali kebijaksanaan “politik hijrah”. Sehubungan dengan keluarnya peraturan-peraturan

Lebih lanjut lagi, pada April tahun yang sama H. Agus Salim berusaha untuk merubah sepenuhnya kebijaksanaan dan melaksanakna referendum dari cabang- cabang partai diadakan menghadapi saran-sarannya itu. Bahkan Kusno curiga bahwa Salim berambisi pribadi untuk duduk dalam Volstraat dan memang pemerintah kolonial Belanda pernah menawarkan itu padanya. Lebih lagi, kongres partai yang diadakan pada tahun 1936 menolak pendirian Agus Salim ini dan tetap menjadikan hijrah sebagai politik resmi dari PSII. Melihat kenyataan ini, Agus Salim tidak tahan lagi, dimana posisi dirinya semakin tersisihkan. Maka dia bertindak lebih jauh lagi dengan membentuk satuan fraksi dalam lingkungan partai yang disebut dengan “Barisan Penyadar Partai Syarekat Islam Indonesia” (BPPSII) pada tanggal 18

November 1936 dengan maksud agar pemikiran-pemikirannya dapat diterima oleh partai. Gerakan ini diketuai oleh Mr. Moh. Room yang direncanakan akan bergerak dalam lingkungan SI sendiri. Tetapi ternyata penyebab gerakan ini yang sampai kecabang-cabang partai, dianggap oleh Abi Kusno suatu hal yang sempat mematahkan stabiliotas partai.