Konfrensi Meja Bundar (KMB) dan Hakikat RIS

1. Konfrensi Meja Bundar (KMB) dan Hakikat RIS

Setelsh mendapat pengalaman “perang gunung Cepu” melawan TII, Belanda berkesimpulan bahwa TII merupakan suatu kekuatan yang cukup besar, yang bisa mengecam dominasinya di Indonesia. Dan mereka pun menjadi kecut hatinya, bila harus menghadapi TII secara langsung. Mereka melihat dengan mata kepala sendiri, adanya kekuatan yang luar biasa pada diri Tentara Islam, yang kadang-kadang diluar perkiraan ratio. Oleh karena itulah mereka membuat siasat lagi, siasat yang licik sekali, yaitu menjadikan tokoh-tokoh RI yang non Muslim, yang sudah menyerah, baik sipil maupun yang militernya sebgai boneka yang bisa diperalat untuk menghadapi kekuatan Tentara Islam Indonesia. kemudian ditawarkan “perundingan” kepada pimpinan republik yang telah menyerah dan berada dalam tahanan, mereka pun menerimanya dengan gembira. Soekarno memberikan mandat kepada Mr. Moh. Room untuk menrima tawaran perundingan, yang isinya selalu didiktekan oleh pihak Belanda. Maka lahirlah apa yang biasa disebut “Statmen Room-Royen”, yang isinya antara lain :

1. Crease Fire atau penghentian tembak-menembak.

2. Round Table Conference / KMB dan

3. Kerjasama / Samed Working antara pihak Republik dengan Belanda. Natijah dari statmen ini adalah pimpinan RI siap untuk manjadi pemerintah boneka “Belanda” dalam melaksanakan politik ekonomi sosial dan undang-undang kolonial, yang memras dan menindas rakyatnya. Terutama ummat Islam Bangsa Indonesia. Statme ini kemudian dimatangkan dalam KMB yang berlangsung 23-08-1949 s/d 02-11-1949 di Den Hag, dengan membentuk sebuah Negara Federasi, merupakan gabungan dari negara-negara boneka yang ada di Indonesia Serikat (RIS) dalam konfrensi ini pula Belanda menyerahkan kedaulatan RIS pada tanggal 27-12-1949, dan di Jakarta terjadi hal yang sama dari RI kepada RIS, sementara RIS itu merupakan persekongkolan (kerja sama) antara kaum munafiq (tokoh-tokoh sekuler) dan kaum kafirin (pemerintahan Belanda) dalam menghadapi kekuatan ummat Islam Bangsa Indonesia yang telah bernaung di dalam Negara Islam Indonesia. Ialah yang dimaksud oleh Allah (firman-Nya) Q.S. Al- Anfal ayat 73 : “ Adapun Orang-orang yang Kafir, sebagian mereka menjadi pelindung sebagian yang lain (bekerja sama dalam 3. Kerjasama / Samed Working antara pihak Republik dengan Belanda. Natijah dari statmen ini adalah pimpinan RI siap untuk manjadi pemerintah boneka “Belanda” dalam melaksanakan politik ekonomi sosial dan undang-undang kolonial, yang memras dan menindas rakyatnya. Terutama ummat Islam Bangsa Indonesia. Statme ini kemudian dimatangkan dalam KMB yang berlangsung 23-08-1949 s/d 02-11-1949 di Den Hag, dengan membentuk sebuah Negara Federasi, merupakan gabungan dari negara-negara boneka yang ada di Indonesia Serikat (RIS) dalam konfrensi ini pula Belanda menyerahkan kedaulatan RIS pada tanggal 27-12-1949, dan di Jakarta terjadi hal yang sama dari RI kepada RIS, sementara RIS itu merupakan persekongkolan (kerja sama) antara kaum munafiq (tokoh-tokoh sekuler) dan kaum kafirin (pemerintahan Belanda) dalam menghadapi kekuatan ummat Islam Bangsa Indonesia yang telah bernaung di dalam Negara Islam Indonesia. Ialah yang dimaksud oleh Allah (firman-Nya) Q.S. Al- Anfal ayat 73 : “ Adapun Orang-orang yang Kafir, sebagian mereka menjadi pelindung sebagian yang lain (bekerja sama dalam

besar”. sangat disesalkan sekali, tokoh-tokoh Masyumi dan partai Islam lainnya, yang mengaku mempejuangkan Islam, tidak waspada dengan permainan kotor dan licik ini,

sehingga mereka terjerumus kedalam perangkap persekongkolan, antara munafiqin dan kafirin. Mereka menerima dan mendukung RIS serta menolak Negara Islam Indonesia, perihal sebgai muslim mestinya wajib, menerima dan mendukung negara Islam Indonesia, yang jelas-jelas sah dan Islam, serta menolak RIS yang nyata-nyata sekuler (kafir) dan tidak sah kelahirannya di bumi Indonesia ini, terutama tindakan mereka itu semata-mata be rdasarkan hitungan Ro’yo (Ratio) yang telah ditunggangi hawa nafsu, tidak berdsarkan wahyu sama sekali, karena mungkin orientasi kehidupannya bukan lagi ukhrowi, tetapi duniawi (materialistis). berkat dukungan mereka itulah, RIS sebagai lembaga sekuler yang rapuh menjadi kuat dan kokoh kedudukannya, terutama setelah M.Natsir sebagi pimpinan Masyumi mengajukan misi integralnya kepada parlemen RIS pada tanggal 3 April 1950 disetujui untuk merubah RIS menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia atau Republik Indonesia Kesatuan (RIK) dengan tetap Soekarno sebagai presiden didampingi Moh. Hatta sebagai wakilnya.