Masa Pendudukan Jepang Dan Berdirinya BPUPKI

2. Masa Pendudukan Jepang Dan Berdirinya BPUPKI

Hindia Belanda terlibat dalam perang Asia Pasifik, segera setelah serangan udara jepang terhadap Pearl Harbour pada Desember 1941. Segera setelah mendengan berita tentang serangan itu dari pernyataan perang Jepang terhadap Amerika dan Inggris pemerintah Belanda dan mengasingkan di London menyatakan perang terhadap Jepang. Penjelasan ini disampaikan kepada mentri luar negri Jepang 10 Desember 1942. Pasukan Jepang memasuki wilayah Hindia Belanda pada awal bulan berikutnya. Tentara Hindia Belanda pun menyerah pada 5 maret 1942, tanpa mampu memberikan perlawanan yang berarti. Dengan kejadian (mengejutkan) ini, pada mulanya bangsa Indonesia terutama yang bergabung dalam MIAI, menaruh harapan bahwa Jepang akan mengikut-sertakan orang Indonesia, turut ambil bagian yang lebih aktif dan memegang peranan dalam menentukan kebijaksanaan politik dan memperbaiki sosial bangsa Indonesia. Ternyata harapan itu buyar sama sekali dengan diumumkan dekrit panglima militer Jawa (ma’lumat no. 3 pada 30 Maret) yang melarang membicarakan dalam bentuk apapun struktur bangsa Indonesia. Dekrit ini ditempatkan dalam tindakan keras membekukan dan membuyarkan organisasi-organisasi politik dari semua aliran, baik yang sosialis komunis yang nasionalis sekuler ataupun yang nasionalis islam termasuk didalamnya MIAI, barulah mereka tahu bahwa Jepang tidaklah lebih baik daripada Belanda, bahkan tentara Dai Nippon ini lebih licik, lebih kejam, lebih sadis, tanpa ada pertimbangan prikemanusiaan lagi. Namun para pemimpin gerakan indonesia khususnya tokoh MIAI, selalu berusaha memohon dan mendesak penguasa militer jepang agar diberi hak berkumpul dan berorganisasi. Untuk dapat berkiprah dalam pelajaran sosial masyarakat. Akhirnya pihak jepang pun mengabulkan permohonan mereka untuk mngizinkan kembali organisasi-organisasi yang telah dibubarkan, dengan persyaratan yang ketat dan pengawasan yang tajam, maka pada bula Desember 1943 atas restu penguasa, dirikanlah organisasi islam Masyumi (Majelis Syuro Muslim Indonesia) sebagai penjelmaan MIAI yang telah dibekukan itu. Sementara SM. Kartosuwiryo dan PSII kedua yang pernah dipaksa untuk mengakhiri segala kegiatannya, sebagai realisasi dari dekrit militer itu, namun SM. Kartosuwiryo

yang saat itu mencurahkan se gala perhatiannya untuk mengelola “Institut Suffah”, karena sikap hijrahnya yang melarang menta’ati selain Allah, tidak menghiraukan dekrit militer itu. Dibantu oleh faktor lokasi yang letaknya agak jauh dari pusat politik dan pemerintahan, yang memungkinkan lemahnya kontrol dan pengawasan dari penguasa. SM. Kartosuwiryo melanjutkan program-program suffahnya tanpa pernah berhenti, meskipun kadang-kadang untuk mengelanui pengawasan, dia harus merubah- rubah siasat dan taktik, misalnya dengan cara sembunyi-sembunyi atau dengan cara menyusupi jumlah muridnya dalam setiap angkatan. Ketika pasang perang beralih, dimana posisi jepang terdesak oleh pihak sekutu, maka dengan mengharap memperoleh dukungan bangsa indonesia, dengan memperkenankan mereka mengambil peran yang lebih aktif dalam urusan Negara, serta kebebasan bergerak yang lebih leluasa. Orang indonesia kini diperkenankan membentuk organisasi bersenjata sendiri. Pertam pada tahun 1943 PETA (Pembela Tanah Air). Kemudian pada akhir tahun 1944 dibentuklah “Hazbbullah”, sebagai Pasukan bersenjata Masyumi. Hal ini dipandang oleh SM. Kartosuwiryo sebagai suatu kesempatan yang baik untuk meningkatkan kegiatan institut suffah, dari pendidikan biasa menjadi pusat militer. Sehingga siswa-siswa suffah nantinya akan benar-benar menjadi kader-kader Mujahid Militant, karenma beliau sadar betul, bahwa pwrjuangan islam tidak akan mungkin berhasil tanpa didukung oleh kekuatan senjata (militer), seperti dinyatakn oleh Allah dalam surat Al-Hadid ayat 25, bahwa besi yang mengandung kekuatan besar itu diciptakan untuk mengawal perjuangan Islam. Demi kader-kader Suffah inilah kemudian dibentuk kader-kader gerilyawan Islam yang utama, yaitu Sabilillah dan Hizbullah, yang akan menjadi inti tentara Islam Indonesia di kemudian hari. Posisi jepang semakin hari semakin terdesak dalam perang melawan sekutu, diperkirakan tidak akan bertahan lama lagi jepang menduduki daerah jajahannya, dengan pertimbangan daripada Indonesia ini jatuh ke tangan sekutu, lebih baik diserahkan kepada pimpinan nasional negeri itu sendiri. Maka pada tanggal 1 maret 1945 panglima tertinggi jepang menjanjikan kemerdekaan kepada indonesia sebgai penegasan daripada janji yang pernah disampaikan oleh perdan menteri Kino, pada tanggal 7 September 1945 Panglima Tertinggi jepang menjanjikan kemerdekaan pada Indonesia sebagai penegasan darpada janji yang pernah di sampaikan oleh perdana menteri Kino pada 7 September 1944 untuk keperluan ini maka dibentuklah suatu panitia Penyelidik Periapan Kemerdekaan (BPUPKI). Susunan panitianya disusun pada yang saat itu mencurahkan se gala perhatiannya untuk mengelola “Institut Suffah”, karena sikap hijrahnya yang melarang menta’ati selain Allah, tidak menghiraukan dekrit militer itu. Dibantu oleh faktor lokasi yang letaknya agak jauh dari pusat politik dan pemerintahan, yang memungkinkan lemahnya kontrol dan pengawasan dari penguasa. SM. Kartosuwiryo melanjutkan program-program suffahnya tanpa pernah berhenti, meskipun kadang-kadang untuk mengelanui pengawasan, dia harus merubah- rubah siasat dan taktik, misalnya dengan cara sembunyi-sembunyi atau dengan cara menyusupi jumlah muridnya dalam setiap angkatan. Ketika pasang perang beralih, dimana posisi jepang terdesak oleh pihak sekutu, maka dengan mengharap memperoleh dukungan bangsa indonesia, dengan memperkenankan mereka mengambil peran yang lebih aktif dalam urusan Negara, serta kebebasan bergerak yang lebih leluasa. Orang indonesia kini diperkenankan membentuk organisasi bersenjata sendiri. Pertam pada tahun 1943 PETA (Pembela Tanah Air). Kemudian pada akhir tahun 1944 dibentuklah “Hazbbullah”, sebagai Pasukan bersenjata Masyumi. Hal ini dipandang oleh SM. Kartosuwiryo sebagai suatu kesempatan yang baik untuk meningkatkan kegiatan institut suffah, dari pendidikan biasa menjadi pusat militer. Sehingga siswa-siswa suffah nantinya akan benar-benar menjadi kader-kader Mujahid Militant, karenma beliau sadar betul, bahwa pwrjuangan islam tidak akan mungkin berhasil tanpa didukung oleh kekuatan senjata (militer), seperti dinyatakn oleh Allah dalam surat Al-Hadid ayat 25, bahwa besi yang mengandung kekuatan besar itu diciptakan untuk mengawal perjuangan Islam. Demi kader-kader Suffah inilah kemudian dibentuk kader-kader gerilyawan Islam yang utama, yaitu Sabilillah dan Hizbullah, yang akan menjadi inti tentara Islam Indonesia di kemudian hari. Posisi jepang semakin hari semakin terdesak dalam perang melawan sekutu, diperkirakan tidak akan bertahan lama lagi jepang menduduki daerah jajahannya, dengan pertimbangan daripada Indonesia ini jatuh ke tangan sekutu, lebih baik diserahkan kepada pimpinan nasional negeri itu sendiri. Maka pada tanggal 1 maret 1945 panglima tertinggi jepang menjanjikan kemerdekaan kepada indonesia sebgai penegasan daripada janji yang pernah disampaikan oleh perdan menteri Kino, pada tanggal 7 September 1945 Panglima Tertinggi jepang menjanjikan kemerdekaan pada Indonesia sebagai penegasan darpada janji yang pernah di sampaikan oleh perdana menteri Kino pada 7 September 1944 untuk keperluan ini maka dibentuklah suatu panitia Penyelidik Periapan Kemerdekaan (BPUPKI). Susunan panitianya disusun pada