PENGARUH LINGKUNGAN FISIK TERHADAP KINERJA GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SD DAERAH BINAAN R.A. KARTINI KECAMATAN KUTOARJO KABUPATEN PURWOREJO

(1)

PENGARUH LINGKUNGAN FISIK

TERHADAP KINERJA GURU DALAM PEMBELAJARAN

DI SD DAERAH BINAAN R.A. KARTINI

KECAMATAN KUTOARJO KABUPATEN PURWOREJO

SKRIPSI

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

oleh

Singgih Mahendra 14014111592

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015


(2)

(3)

(4)

(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

Berusahalah untuk tidak menjadi manusia berhasil tetapi menjadi manusia yang berguna (Einstein.).

Kita tidak bisa mengajarkan apa yang kita inginkan. Tapi, kita hanya bisa mengajarkan siapa kita (Ir. Soekarno).

Pendidikan belum dikatakan berhasil ketika seorang siswa hanya membawa pulang ilmu. Tetapi, pendidikan dikatakan berhasil ketika seorang siswa dapat membawa pulang sosok sang guru sepenuhnya (Ali Al-Jufri).

Pendidikan merupakan bekal hidup yang paling berharga (Penulis).

Persembahan

Skripsi ini saya persembahkan untuk Ibu Tri Indriawati dan Bapak Hery Winarno yang tak kenal mengeluh demi anak-anaknya, Aditya Mahardhika yang menjadi sumber inspirasi untuk selalu meningkatkan kadar ikhtiar.


(6)

vi

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Lingkungan Fisik terhadap Kinerja Guru dalam Pembelajaran di SD Daerah Binaan R.A. Kartini Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Banyak pihak yang telah mendukung dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini, sehingga bisa terselesaikan. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk menjadi mahasiswa UNNES. 2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES yang

telah memberikan izin dan dukungan dalam penelitian ini.

3. Dra. Hartati, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES yang telah memberikan kesempatan untuk memaparkan gagasan dalam bentuk skripsi ini.

4. Drs. Akhmad Junaedi, M.Pd., Koordinator PGSD UPP Tegal Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES yang telah memberikan fasilitas untuk melakukan penelitian.


(7)

vii

5. Drs. Noto Suharto, M.Pd., Dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, saran, dan motivasi kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Dosen jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar UPP Tegal Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES yang telah banyak membekali penulis dengan ilmu pengetahuan.

7. Kepala SD Daerah Binaan R.A. Kartini Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian. 8. Teman-teman mahasiswa PGSD UPP Tegal Fakultas Ilmu Pendidikan

UNNES angkatan 2011 yang saling memberikan semangat dan motivasi. Semoga semua pihak yang telah mendukung penulis dalam penyusunan skripsi ini mendapatkan pahala dari Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi penulis sendiri dan masyarakat serta pembaca pada umumnya.

Tegal, 25 Mei 2015


(8)

viii

Mahendra, Singgih. 2015. Pengaruh Lingkungan Fisik terhadap Kinerja Guru dalam Pembelajaran di SD Daerah Binaan R.A. Kartini Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo. Skripsi, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Drs. Noto Suharto, M.Pd.

Kata Kunci: Lingkungan fisik, kinerja guru, pembelajaran.

Salah satu faktor yang berkaitan dalam dunia pendidikan adalah kinerja guru dalam pembelajaran karena dengan guru yang mempunyai kinerja baik akan menghasikan peningkatan mutu pendidikan. Kinerja guru dalam pembelajaran di SD Dabin R.A. Kartini Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo masih belum optimal, hal ini dikarenakan sebagian guru dalam pelaksanaan pembelajaran belum maksimal. Hal ini terlihat dari pengkondisian siswa dalam pelaksanaan pembelajaran masih rendah dan penggunaan media maupun sumber belajar kurang maksimal. Selain itu Selain itu, konsentrasi guru dan siswa pada saat kegiatan pembelajaran masih rendah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut guru perlu dukungan, salah satunya yaitu lingkungan fisik sekolah yang nyaman dan kondusif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh lingkungan fisik terhadap kinerja guru dalam pembelajaran di SD Dabin R.A. Kartini Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo.

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian ex post facto. Populasi pada penelitian ini yaitu semua guru di SD Dabin R.A Kartini Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo, yang berjumlah 56 orang. Data dikumpulkan melalui kuesioner lingkungan fisik dan kinerja guru dalam pembelajaran. Penghitungan pengujian hipotesis menggunakan bantuan program SPSS versi 20.

Analisis data menggunakan analisis regresi sederhana, dengan hasil t hitung > t tabel (2,072 > 2,005), yang artinya lingkungan fisik berpengaruh terhadap kinerja guru dalam pembelajaran. Sedangkan besarnya pengaruh lingkungan fisik terhadap kinerja guru dalam pembelajaran yaitu 7,04%. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa lingkungan fisik berpengaruh terhadap kinerja guru dalam pembelajaran, besarnya pengaruh lingkungan fisik pada kinerja guru dalam pembelajaran sebesar 7,4 %, sedangkan 92,6 dipengaruhi oleh faktor lain di luar lingkungan fisik. Disarankan kepada pihak-pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan seperti pengelola pendidikan dan pemerintah hendaknya senantiasa meningkatkan kualitas lingkungan fisik sekolah agar guru mendapat kenyamanan dalam bekerja, sehingga dapat meningkatkan kinerja, salah satunya yaitu kinerja guru dalam pembelajaran.


(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 9

1.3 Pembatasan Masalah ... 10

1.4 Rumusan Masalah ... 10

1.5 Tujuan Penelitian ... 11

1.5.1 Tujuan Umum ... 11

1.5.2 Tujuan Khusus ... 11

1.6 Manfaat Penelitian ... 12

1.6.1 Manfaat Teoritis ... 12

1.6.2 Manfaat Praktis ... 12

2. KAJIAN PUSTAKA ... 14

2.1 Kajian Teori ... 14

2.1.1 Lingkungan ... 14


(10)

x

2.1.3 Kinerja ... 19

2.1.4 Kinerja Guru ... 21

2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru ... 21

2.1.6 Indikator Kinerja Guru ... 23

2.1.7 Penilaian Kinerja Guru ... 26

2.2 Kajian Empiris ... 31

2.3 Kerangka Berpikir ... 36

2.4 Hipotesis ... 38

3. METODE PENELITIAN ... 39

3.1 Desain Penelitian ... 39

3.2 Variabel dan Definisi Operasional ... 40

3.2.1 Variabel Penelitian ... 40

3.2.2 Definisi Operasional ... 41

3.3 Populasi dan Sampel ... 42

3.3.1 Populasi ... 42

3.3.2 Sampel ... 43

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 43

3.4.1 Kuesioner (Angket) ... 44

3.4.2 Wawancara ... 45

3.4.3 Dokumentasi ... 45

3.5 Instrumen Penelitian ... 46

3.5.1 Uji Validitas ... 49

3.5.2 Uji reliabilitas ... 49

3.6 Metode Analisis Data ... 50

3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 50

3.6.2 Uji Prasyarat Analisis ... 55

3.6.3 Uji Hipotesis ... 57

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 62

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 62

4.2 Analisis Deskriptif ... 63


(11)

xi

4.2.2 Kinerja Guru dalam Pembelajaran ... 70

4.3 Uji Prasyarat Analisis ... 79

4.3.1 Uji Normalitas ... 79

4.3.2 Uji Linieritas ... 81

4.4 Uji Hipotesis ... 83

4.4.1 Analisis Korelasi ... 83

4.4.2 Analisis Regresi Sederhana ... 86

4.4.3 Analisis Koefisisen Determinan ... 89

4.5 Pembahasan ... 90

4.5.1 Gambaran Umum ... 90

4.5.2 Lingkungan Fisik dan Kinerja Guru dalam Pembelajaran ... 92

4.5.3 Pengaruh Lingkungan Fisik Terhadap Kinerja Guru dalam Pembelajaran ... 92

5. PENUTUP ... 95

5.1 Simpulan ... 95

5.2 Saran ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 98


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Populasi Penelitian ... 42

3.2 Sampel Penelitian ... 43

3.3 Kriteria Penilaian Angket dengan Skala Likert ... 48

3.4 Sampel Uji Coba ... 42

3.5 Kategori Variabel Lingkungan Fisik ... 52

3.6 Kategori Kinerja Guru dalam Pembelajaran ... 54

3.7 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ... 59

4.1 Statistik Lingkungan Fisik ... 64

4.2 Frekuensi Skor Lingkungan Fisik ... 65

4.3 Prosentase Lingkungan Fisik ... 69

4.4 Statistik Kinerja Guru dalam Pembelajaran ... 71

4.5 Frekuensi Skor Kinerja Guru dalam Pembelajaran ... 71

4.6 Prosentase Kinerja Guru dalam Pembelajaran ... 78

4.7 Uji Normalitas Variabel Lingkungan Fisik ... 80

4.8 Uji Normalitas Variabel Kinerja Guru dalam Pembelajaran ... 81

4.9 Uji Linearitas Data ... 82

4.10 Korelasi Lingkungan Fisik dan Kinerja Guru dalam Pembelajaran ... 85

4.11 Analisis Regresi ... 86


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Bagan Kerangka Berpikir ... 37

3.1 Desain Penelitian ... 40

4.1 Histogram Distribusi Skor Angket Lingkungan Fisik ... 66

4.2 Prosentase Lingkungan Fisik ... 70

4.3 Histogram Distribusi Skor Angket Kinerja Guru dalam Pembelajaran ... 72

4.4 Prosentase Kinerja Guru dalam Pembelajaran ... 79


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kisi-Kisi Angket Uji Coba ... 100

2. Instrumen Uji Coba ... 102

3. Tabulasi Hasil Angket Uji Coba ... 110

4. Hasil Uji Validitas ... 112

5. Hasil Uji Reliabilitas ... 119

6. Kisi-Kisi Instrumen Angket Penelitian ... 120

7. Instrumen Penelitian ... 122

8. Tabulasi Hasil Angket Penelitian ... 126

9. Rekapitulasi Hasil Uji Prasyarat Analisis ... 132

10. Rekapitulasi Hasil Uji Hipotesis ... 135

11. Daftar Nama Sampel Uji Coba ... 137

12. Daftar Nama Guru SD Daerah Binaan R.A. Kartini Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo ... 138

13. Surat Ijin Penelitian ... 141

14. Foto Lingkungan Fisik SD Daerah Binaan R.A. Kartini Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo ... 151


(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bagian pendahuluan akan membahas mengenai hal-hal yang mendasari peneliti untuk melakukan penelitian. Bab ini peneliti akan membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Uraian selengkapnya dijelaskan sebagai berikut:

1.1

Latar Belakang Masalah

Kemajuan suatu bangsa dapat ditentukan oleh sumber daya manusia yang unggul. Sumber daya manusia yang unggul tersebut didapat dari manusia-manusia yang memiliki latar belakang pendidikan yang maju serta bermutu. Sumber daya manusia tersebut diharapkan dapat mengelola suatu bangsa, sehingga dapat memajukan bangsa tersebut. Sejalan dengan hal itu, pendidikan hadir untuk mengubah sumber daya manusia yang belum bermutu menjadi sumber daya manusia yang memiliki mutu yang bermutu tinggi. Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1Ayat1 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.


(16)

2 Munib (2011: 34) mendefinisikan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan sistematis yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi siswa agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan. Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat diartikan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana yang dilakukan seseorang untuk mengembangkan sifat dan tingkah laku peserta didik agar sesuai dengan cita-cita pendidikan.

Pendidikan memegang peranan penting dalam mengembangkan sumber daya manusia yang berilmu, kreatif, dan mandiri. Setiap individu berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak sesuai dengan kebutuhannya. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3, tentang Pendidikan Nasional yang berbunyi:

Fungsi dan tujuan sistem pendidikan nasional: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tujuan pendidikan nasional tersebut akan terwujud apabila semua pihak yang terkait turut berperan serta dalam meningkatkan mutu pendidikan bangsa. Semua pihak berperan serta dan saling berkoordinasi maka akan tercipta siswa yang berkualitas. Namun untuk menciptakan peserta didik yang berkualitas banyak faktor yang mempengaruhi, salah satunya yaitu kinerja guru. Menurut Barnawi dan Arifin (2014: 14) kinerja guru adalah tingkat keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas pendidikan sesuai dengan tanggung jawab dan


(17)

wewenangnya berdasarkan standar kinerja. Hal ini hampir sama dengan pengertian kinerja guru menurut Supardi (2013: 54), bahwa kinerja guru merupakan suatu kondisi yang menunjukkan kemampuan seorang guru dalam menjalankan tugasnya di sekolah serta menggambarkan adanya suatu perbuatan yang ditampilkan guru dalam melakukan aktivitas pembelajaran.

Kinerja guru dalam pembelajaran merupakan faktor utama dalam pencapaian tujuan pendidikan, karena guru merupakan ujung tombak dalam dunia pendidikan. Pembelajaran yang berkualitas merupakan cerminan dari kinerja guru tersebut. Dengan kata lain semakin baik kinerja guru maka semakin baik juga pembelajaran di dalam kelas. Rusman (2012: 3) menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran haruslah berpusat pada siswa karena subyek pembelajaran adalah siswa (Suprijono 2009: 13).

Aspek kualitas pembelajaran merupakan upaya-upaya guru untuk menyampaikan pembelajaran supaya mudah dipahami, mudah diingat, dan menyenangkan. Guru perlu menyampaikan pembelajaran materi pembelajaran secara tersusun dan sistematik. Tujuan pembelajaran juga hendaklah jelas dan dapat diukur serta isi kandungan pembelajarannya mencakup juga penilaian yang perlu diadakan pada kegiatan akhir pendidikan. Selain itu pembelajaran haruslah disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan karakteristik siswa.

Pada kenyataannya mutu pembelajaran sangat tergantung pada kualitas guru dan kinerja guru. Rendahnya kualitas dan kinerja guru berakibat pada rendahnya prestasi akademik siswa di sekolah. Kinerja guru dalam pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu lingkungan kerja. Menurut


(18)

4 laporan produkivitas International Labour Office (ILO) dalam Barnawi dan Arifin (2014: 54), hal pertama yang harus diusahakan untuk memperbaiki kinerja guru adalah menjamin agar guru dapat melaksanakan tugasnya dalam keadaan memenuhi syarat. Dengan demikian, guru dapat melaksankan tugasnya tanpa mengalami ketegangan-ketegangan, atau dengan kata lain pemerintah harus menyediakan lingkungan kerja yang baik bagi guru (Pramudyo 2010) dalam Barnawi dan Arifin (2014: 54).

Lingkungan kerja dapat menciptakan hubungan kerja yang mengikat antara orang-orang yang ada di dalamnya. Lingkungan kerja dalam suatu organisasi mempunyai arti penting bagi individu yang bekerja di dalamnya, karena lingkungan akan mempengaruhi kepuasan individu dalam bekerja. Untuk menciptakan lingkungan kerja yang kondusif, sedikitnya diperlukan dua hal, yakni guru itu sendiri serta hubungan baik antara guru dengan orang tua dan masyarakat di sekitarnya (Mulyasa 2013: 193).

Lingkungan kerja dibagi menjadi dua yaitu lingkungan fisik dan non fisik. Sedarmayanti (2011: 26) menjelaskan lingkungan fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tampat kerja yang dapat mempengaruhi guru baik secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan kerja lebih dititikberatkan pada keadaan fisik tempat kerja karena dengan tidak adanya gangguan dalam lingkungan bekerja maka guru akan dapat bekerja dengan baik (Ferina, 2008) dalam Lestari dan Sriathi (2013). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa lingkungan fisik adalah segala sesuatu yang terdapat disekeliling guru yang dapat dilihat dan dirasakan kemudian memberikan efek samping baik negatif maupun positif terhadap hasil dari pekerjaan.


(19)

Sasaran pada penelitian ini yaitu semua guru yang ada di SD Daerah Binaan R.A. Kartini Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo, yang mencakup guru kelas, guru mata pelajaran, guru yang sudah menjadi pegawai negeri sipil maupun guru wiyata bakti. Pemilihan sasaran penelitian yang meliputi semua guru didasarkan pada pengertian guru menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru Pasal 1 Ayat 1 yang menyebutkan bahwa:

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Berdasarkan landasan hukum tersebut peneliti beranggapan bahwa semua guru yang ada di SD Daerah Binaan R.A. Kartini Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo telah melaksanakan tugas sebagai guru. Akan tetapi dalam pelaksanaan tugas tersebut kurang maksimal. Kekurangan tersebut terletak pada tahap-tahap kegiatan pembelajaran, contohnya pada tahap pelaksanaan. Dalam tahap ini, guru seharusnya mampu menciptakan maupun memanfaatkan sumber belajar dan media pembelajaran secara maksimal. Dengan demikian, pembelajaran akan berjalan dengan optimal. Pada kenyataannya, sebagian besar guru di SD Daerah Binaan R.A. Kartini Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo belum mengaplikasikan pemanfaatan sumber belajar dan media pembelajaran secara maskimal. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan kepala sekolah di SD Daerah Binaan R.A. Kartini Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo.

Wawancara ini dilaksanakan pada tanggal 8 Januari 2014 dengan kepala sekolah se-Dabin R.A Kartini Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo terdiri


(20)

6 dari 7 SD, meliputi: SD Negeri Semawung Daleman 1, SD Negeri Semawung Daleman 2, SD Negeri Senepo, SD Negeri Sidarum, SD Negeri Kuwu Rejo, SD Negeri Pringgowijayan dan SD Nasional. Didapatkan informasi permasalahan yang terjadi antara lain: penggunaan media dan sumber belajar dalam pembelajaran kurang bervariasi, pengkondisian siswa pada saat pembelajaran masih rendah, dan kurangya konsentrasi guru dan siswa pada saat kegiatan pembelajaran.

Lokasi dari tujuh SD di Dabin R.A. Kartini berbeda-beda. Beberapa SD terletak persis di tepi jalan raya utama, jalan raya penghubung, dan kawasan pasar. Dengan adanya perbedaan lokasi tersebut perbedaan kondisi lingkungan kerja fisiknya juga berbeda-beda. Hal ini mempengaruhi kualitas kinerja guru masing-masing SD yang akan berdampak pada kegiatan pembelajaran.

Beberapa penelitian yang mengungkap variabel yang hampir sama telah ada sebelumnya. Penelitian yang berjudul “Pengaruh Pendidikan, Pelatihan, Motivasi Kerja, dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Guru” oleh Sugiyono dan M.D. Rahadhini (2011) dari Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia volume 5, nomor 2. Hasil penelitiannya yaitu: Pimpinan UPTD Pendidikan pada Kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan harus memberikan perhatian terhadap pentingnya peran sumber daya manusia dalam organisasi sekolah. Untuk mengoptimalkan kinerja guru, kebijakan yang diterapkan harus memenuhi prinsip efisiensi dan efektivitas. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) penyediaan fasilitas dan dana pendamping dalam rangka meningkatkan pendidikan dan pelatihan guru sebagai agen pembelajaran. Untuk itu guru perlu diberi kesempatan mengikuti studi lanjut, menyelenggarakan pelatihan atau


(21)

bimbingan teknis secara bertahap dan berkesinambungan, pengembangan dan pemberdayaan jaringan tim pengembangan kurikulum, pembimbingan penelitian tindakan kelas maupun mengikutsertakan pendidikan dan pelatihan tingkat kabupaten, propinsi, dan tingkat pusat. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan pendidikan dan pelatihan dengan harapan dapat meningkatkan kinerja guru secara optimal, (2) membangun motivasi kerja guru dalam berbagai kegiatan dan kesempatan melalui reward dan punishment agar lebih terdorong untuk meningkatkan kinerjanya, diantaranya dengan meningkatkan kesejahteraan guru melalui kemudahan kenaikkan pangkat, penambahan jumlah peserta sertifikasi guru, penghargaan terhadap guru berprestasi dan promosi, memberi bantuan dana bagi yang melanjutkan kuliah, menyelenggarakan berbagai even lomba guru berprestasi, menciptakan suasana kerja yang kondusif tanpa adanya tekanan, (3) membangun dan meningkatkan lingkungan kerja yang efektif melalui terpenuhinya lingkungan kerja yang nyaman dan tidak meninggalkan budaya disiplin maupun sanksi, adil dan proposrsional. Diawali dengan keteladanan perilaku disiplin dari para pemimpin maupun rekan kerja. Dengan terbangunnya lingkungan kerja yang efektif, harapannya dapat meningkatkan kinerja guru secara optimal.

Penelitian tentang pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja guru juga dilakukan oleh Nunung Ristiana (2011) dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang, dengan judul “Pengaruh Kompensasi, Lingkungan Kerja dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru Tidak Tetap(GTT)”. Hasil Penelitiannya yaitu dengan menggunakan metode analisis regresi, dapat disimpulkan bahwa variabel kompensasi (X1) berpengaruh positif dan signifikan


(22)

8 terhadap kinerja GTT. Dengan demikian berarti bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa kompensasi memiliki pengaruh terhadap kinerja GTT dapat diterima (Hipotesis 1 diterima). Selain itu, terdapat pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel lingkungan kerja (X2) terhadap kinerja guru tidak tetap. Secara simultan lingkungan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja GTT. Ada juga pengaruh positif dan signifikan antara variabel motivasi kerja (X3) terhadap kinerja GTT. Secara simultan motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja GTT .Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa kompensasi, lingkungan kerja, dan motivasi kerja memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja Guru Tidak Tetap di tingkat SD/MI Kabupaten Kudus.

Penelitian lain tentang pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja guru juga dilakukan Iskandar (2012) dari Universitas Negeri Semarang, dengan judul “Pengaruh Motivasi dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Guru SMA Negeri se-Kabupaten Kendal”. Hasil Penelitiannya yaitu (1) motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran di SMA Negeri se-Kabupaten Kendal dengan koefisien sebesar 0,385 dan nilai signifikansi 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 dan besarnya pengaruh sebesar 21,1 % sehingga dapat dikatakan bahwa apabila terjadi peningkatan motivasi maka kinerja guru SMA Negeri di Kabupaten Kendal juga akan mengalami peningkatan, (2) lingkungan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran di SMA Negeri se-Kabupaten Kendal dengan koefisien


(23)

sebesar 0,481 dan nilai signifikansi 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 dan besarnya pengaruh sebesar 28 % sehingga dapat dikatakan bahwa apabila tercipta lingkungan kerja yang dapat mendukung kegiatan belajar mengajar maka kinerja guru SMA Negeri di Kabupaten Kendal juga akan mengalami peningkatan, (3) motivasi dan lingkungan kerja secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran di SMA Negeri se-Kabupaten Kendal dengan koefisien sebesar 0,249 dan 0,375 dan nilai signifikansi 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 dan besarnya pengaruh sebesar 35,4 % sehingga dapat dikatakan bahwa apabila terjadi peningkatan motivasi guru dalam mengajar dan terciptanya lingkungan kerja yang dapat mendukung kegiatan belajar mengajar maka kinerja guru SMA Negeri di Kabupaten Kendal juga akan mengalami peningkatan.

Hasil penelitian yang telah dilakukan menjadi landasan diadakannya penelitian ini untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh lingkungan fisik terhadap kinerja guru dalam pembelajaran di SD Dabin R.A. Kartini Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka judul penelitian ini yaitu “Pengaruh Lingkungan Fisik terhadap Kinerja Guru dalam Pembelajaran di SD Daerah Binaan R.A. Kartini di Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo”.

1.2

IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:


(24)

10 (1) Penggunaan media pembelajaran dan sumber belajar masih kurang

bervariasi.

(2) Pengkondisian siswa dalam pelaksanaan pembelajaran masih kurang.

(3) Guru dalam melaksanakan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya tidak maksimal.

(4) Kerjasama antar guru dalam melaksankan tanggung jawabnya masih kurang.

(5) Kurangnya konsentrasi guru dan siswa pada saat kegiatan pembelajaran.

1.3

PEMBATASAN MASALAH

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, permasalahan yang muncul sangat kompleks, sehingga perlu dibatasi. Pembatasan masalah tersebut bertujuan agar pokok permasalahan yang diteliti tidak terlalu meluas dari yang telah ditetapkan. Batasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

(1) Lingkungan pada penelitian ini yaitu lingkungan fisik yang ada di SD Daerah Binaan R.A. Kartini Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo. (2) Kinerja guru dalam penelitian ini yaitu kinerja guru di SD Daerah Binaan

R.A. Kartini Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo.

1.4

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:


(25)

(1) Adakah pengaruh lingkungan fisik terhadap kinerja guru SD dalam pembelajaran di SD Daerah Binaan R.A. Kartini Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo?

(2) Seberapa besar pengaruh lingkungan fisik terhadap kinerja guru dalam pembelajaran di SD Daerah Binaan Kartini Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo?

1.5

TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah penelitian ini bertujuan:

1.5.1 Tujuan umum:

Tujuan umum adalah sesuatu yang ingin dicapai secara global atau garis besar yang ingin dicapai dalam penelitian. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh lingkungan fisik terhadap kinerja guru dalam pembelajaran di SD Daerah Binaan R.A. Kartini Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo.

1.5.2 Tujuan khusus:

Tujuan khusus adalah sesuatu yang ingin dicapai dan dirinci secara lebih detail. Secara khusus penelitian ini bertujuan:

(1) Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh lingkungan fisik terhadap kinerja guru dalam pembelajaran di SD Daerah Binaan R.A. Kartini Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo.


(26)

12 (2) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh lingkungan fisik terhadap kinerja guru dalam pembelajaran di SD Daerah Binaan R.A. Kartini Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo.

1.6

MANFAAT PENELITIAN

Sebuah penelitian yang baik adalah penelitian yang mampu memberikan manfaat bagi lingkungan disekitarnya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Berikut ini akan dibahas mengenai manfaat penelitian secara teoritis dan praktis.

1.6.1 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis adalah manfaat yang dapat membantu peneliti untuk lebih memahami suatu konsep atau teori dalam suatu displin ilmu. Manfaat teoritis pada penelitian ini yaitu memberikan gambaran tentang pengaruh lingkungan fisik terhadap kinerja guru SD dalam pembelajaran di SD Dabin R.A. Kartini Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo serta menambah wawasan tentang lingkungan fisik yang nyaman untuk bekerja.

1.6.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis ialah manfaat yang bersifat terapan dan dapat segera digunakan untuk keperluan praktis, misalnya memecahkan suatu masalah, membuat keputusan, memperbaiki suatu program yang sedang berjalan. Manfaat praktis pada penelitian ini dapat dilihat dari siswa, guru, sekolah, dan peneliti. Berikut ini akan diuraikan manfaat praktis dari keempatnya.


(27)

(1) Bagi Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai sumber informasi mengenai acuan dasar tindakan siswa untuk berperan aktif dalam penciptaan lingkungan fisik yang kondusif, sehingga mampu menumbuhkan kinerja guru yang optimal.

(2) Bagi Guru

Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan guru sebagai acuan atau dasar untuk meningkatkan kinerjanya. Hasil penelitian juga dapat dijadikan sebagai acuan guru untuk lebih memperhatikan lingkungan kerjanya agar tercipta kondisi kerja yang nyaman, sehingga hasil kerja dapat optimal.

(3) Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini pihak sekolah diharapkan dapat memperhatikan lingkungan kerja pegawainya guna meningkatkan kualitas kinerja bagi guru secara optimal dan acuan untuk perbaikan manajemen lingkungan kerja.

(4) Bagi Peneliti

Untuk meningkatkan dan menambah pengetahuan tentang pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja guru sebagai salah satu kesempatan menerapkan ilmu manajemen sekolah.


(28)

14

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

Pada bagian ini akan dijelaskan tentang kajian teori, kajian empiris, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian. Uraian selengkapnya sebagai berikut:

2.1

Kajian Teori

Hal-hal yang akan dibahas di kajian teori dalam penelitian ini yakni: pengertian lingkungan, lingkungan kerja, pengertian kinerja, kinerja guru, dan penilaian kinerja guru. Uraian selengkapnya dijelaskan sebagai berikut:

2.1.1 Lingkungan

Lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada disekitar individu, kelompok maupun organisasi. “Jika ditata dengan baik, lingkungan dapat menjadi

keadaan/kondisi yang bernilai positif dalam membangun dan memepertahankan sifat positif” (Heryati dan Muhsin, 2014: 177). Begitu juga sebaliknya apabila

lingkungan tidak ditata dengan baik, lingkungan dapat menjadi keadaan/kondisi yang negatif bagi individu, kelompok maupun organisasi

Dalyono (2007: 129) dalam Heryati dan Muhsin (2014: 178) menjelaskan bahwa lingkungan merupakan segala material dan stimulus di dalam maupun di luar individu, baik yang bersifat fisiologis, psikologis, maupun sosiokultural. Umam (2014: 226) menyatakan bahwa” lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di luar sistem”.


(29)

Lingkungan terdiri atas lingkungan luar dan lingkungan dalam. Heryati dan Muhsin (2014: 178) menjelaskan lingkungan luar diarttikan sebagai gabungan faktor geografi dan sosial ekonomi mempengaruhi hubungan individu, kelompok maupun organisasi. Adapupun lingkungan dalam dalam adalah bahan pokok bangunan dan ketersediaan peralatan untuk menunjang tugas indivisu, kelompok maupun organisasi.

Dari pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa lingkungan yang menguntungkan harus dijaga karena akan memacu kelangsungan kegiatan individu, kelompok, maupun organisasi. Sedangkan lingkungan yang merugikan haruslah dikendalikan agar tidak mengganngu kelangsungan kegiatan individu, kelompok maupun organisasi.

2.1.2 Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja dalam sebuah organisasi harus benar- benar diperhatikan dan diatur sedemikian rupa, sehingga dapat menciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan yang akan mendorong semangat dalam melaksanakan pekerjaannya dengan lebih giat. Barnawi dan Arifin (2014: 54) menyatakan lingkungan kerja merupakan faktor situasional yang berpengaruh terhadap kinerja guru, baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Mulyasa (2013: 193) “untuk menciptakan lingkungan kerja yang kondusif, sedikitnya harus memperhatikan dua hal, yakni guru itu sendiri serta hubungan baik antara guru dengan orang tua dan masyarakat sekitarnya”.

Menurut Sedarmayanti dalam Riadi (2014), jenis lingkungan kerja terbagi menjadi dua, yaitu: (1) lingkungan kerja fisik dan, (2) lingkungan kerja nonfisik. Uraian selengkapnya sebagai berikut:


(30)

16 2.1.2.1 Lingkungan Fisik

Sedarmayanti (2011: 26) menjelaskan lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tampat kerja yang dapat mempengaruhi guru baik secara langsung maupun tidak lansung. Menurut Scott (1981) dalam Torang (2014: 27) mendefinisikan lingkungan kerja fisik adalah semua bentuk ketergantungan hubungan yang dapat membuat organisasi bertahan hidup di sekitar sistem di mana dia berada.

Sedarmayanti (2011: 26) menjelaskan bahwa “lingkungan kerja fisik dibagi menjadi dua, yaitu: (1) lingkungan kerja yang langsung berhubungan dengan pegawai (seperti: pusat kerja, kursi, meja, dan sebagainya), (2) lingkungan kerja perantara, dapat juga disebut lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya: temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, warna dan lain-lain”.

Barnawi dan Arifin (2014: 54), menerangkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi lingkungan fisik, yaitu meliputi pencahayaan, pewarnaan, udara, kebersihan, kebisingan, dan keamanan.

(1) Pencahayaan

Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif (Keputusan Kementerian Kesehatan RI Nomor 1405 Tahun 2002) dalam (Barnawi dan Arifin 2014: 54). Barnawi dan Arifin (2014: 55) menjelaskan bahwa pencahayaan di tempat kerja membantu dalam memperlancar proses pekerjaan sehingga harus diupayakan pencahayaan yang baik di tempat kerja. pencahayaan memungkinkan guru dapat melihat objek-objek yang dikerjakan secara jelas, cepat, dan tepat.


(31)

Pencahayaan dapat dibuat secara alami (matahari) maupun buatan (lampu). Pencahayan alami dibuat untuk menghemat energi dan biaya. Pencahayaan buatan dibuat untuk menghemat energi dan biaya”.

(2) Pewarnaan

Pemilihan warna ruangan kerja juga mempengaruhi kinerja guru. Menurut Barnawi dan Arifin (2014: 56) warna dapat memberikan efek psikologis seseorang yang ada di sekitarnya. Pemberian warna tidak hanya pada tembok-tembok sekolah saja, tetapi peralatan sekolah juga dapat diberi warna sesuai dengan keinginan.

(3) Udara

Barnawi dan Arifin (2014: 57) menyatakan bahwa “penyehatan udara ruang adalah upaya yang dilakukan agar suhu dan kelembaban, debu, pertukaran udara, bahan pencemar, dan mikroba di ruang kerja memenuhi persyaratan kesehatan”. Keadaan suhu udara di dalam ruang kerja perlu diatur sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan efek negatif terhadap pegawai. Udara yang sehat akan terasa sejuk dan segar sehingga dapat mempercepat pemulihan tubuh akibat kelelahan. Kondisi udara yang sehat, guru dapat melakukan pekerjaan dengan nyaman dan senang.

(4) Kebersihan

Lingkungan kerja harus diperhatikan kebersihannya baik lingkungan kerja yang ada di dalam maupun di luar ruang ruang kerja. Lingkungan kerja yang bersih memberikan rasa nyaman bagi pegawai. Sebaliknya, tempat kerja yang kotor tidak akan nyaman dijadikan tempat untuk bekerja.


(32)

18 (5) Kebisingan

Barnawi dan Arifin (2014: 62) “kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu pekerjaan atau bahkan kesehatan”. Di sekolah, kebisingan dapat bersumber dari aktivitas bermain siswa, kegiatan trasnportasi, dan lokasi lingkungan sekitar sekolah. Tingkat kebisingan yang terlalu tinggi dapat mengganggu konsentrasi kerja sehingga menurunkan produktivitas kerja pegawai.

(6) Keamanan

Keamanan di tempat kerja akan menimbulkan ketenangan dalam bekerja. Ketenangan sangat dibutuhkan pegawai untuk mengoptimalkan hasil kerja. Apabila keamanan pegawai tidak terjamin, maka timbullah kegelisahan dan kekhawatiran. Kegelisahan dan kekhawatiran akan berdampak buruk terhadap kinerja.

2.1.2.2Lingkungan Kerja non Fisik

Sedarmayanti (2011: 26) menjelaskan lingkungan non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan, maupun dengan sesama rekan kerja. Sekolah hendaknya dapat mencerminkan kondisi yang mendukung kerja sama antar guru dengan atasan, maupun rekan kerja. Kondisi yang hendaknya diciptakan adalah suasana kekeluargaan, komunikasi yang baik, dan pengendalian diri.

Oleh karena itu, lingkungan kerja harus ditangani atau didesain agar menjadi kondusif terhadap pekerja untuk melaksanakan kegiatan dalam suasana yang aman dan nyaman (Zaenal dan Suharyo, 2009: 219) dalam Barnawi dan Arifin (2014: 54). Lingkungan kerja dalam organisasi harus diperhatikan dan


(33)

diatur sedemikian rupa, sehingga dapat menciptakan suasana menyenangkan yang selanjutnya dapat mendorong semangat dalam bekerja dengan lebih giat, tetap terpelihara, tidak hanya kepada pegawai yang bersangkutan tetapi juga keseluruhan pegawai dalam organisasi tersebut. Untuk menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan nyaman, sedikitnya diperlukan dua hal, yakni guru itu sendiri serta hubungan baik antara guru dengan orang tua dan masyarakat di sekitarnya (Mulyasa 2013: 193).

Dari beberapa pendapat tersebut disimpulkan bahwa lingkungan kerja yang kondusif akan meningkatkan produktivitas kerja, dan ini perlu disadari dengan baik oleh setiap guru. Setiap guru mempunyai kewajiban yang sama, salah satunya yaitu menciptakan suasana yang nyaman dalam lingkungan kerjanya.

2.1.3 Kinerja

Kinerja (performance), atau bisa juga disebut dengan prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja, unjuk kerja, atau penampilan kerja. Kinerja lebih sering disebut dengan prestasi yang merupakan hasil atau apa yang keluar (outcomes) dari sebuah pekerjaan dan kontribusi sumber daya manusia terhadap organisasi (Supardi 2013: 45-46).

Menurut Suprihanto (1996: 16) dalam Supardi (2013: 47), kinerja adalah hasil kerja seseorang dalam suatu periode tertentu yang dibandingkan dengan beberapa kemungkinan, misalanya standar target, sasaran, kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu.

Pengertian kinerja menurut Torang (2014: 74) adalah kuantitas dan kualitas hasil kerja individu atau sekelompok di dalam organisasi dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi yang berpedoman pada norma, standar


(34)

20 operasional prosedur, kriteria dan ukuran yang telah ditetapkan atau yang berlaku dalam organisasi.

Dari pendapat beberapa ahli, dapat disimpulkan kinerja adalah tingkat keberhasilan seserorang atau kelompok dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab berdasarkan standar kinerja yang telah ditetapkan selama periode tertentu dalam rangka mencapai tujuan organisasi.

Menurut Timpe dalam (Supardi 2013: 50), menyebutkan faktor- faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi maupun individu, antara lain: lingkungan, perilaku manajemen, desain jabatan, penilaian kinerja, umpan balik dan administrasi pengupahan. Karwati dan Priansa (2013: 50) mengemukakan “berdasarkan ruang lingkupnya, kinerja dapat dipahami dalam tiga perspektif, yaitu kinerja individu, kinerja kelompok, dan kinerja organisasi. Kinerja organisasi terbetuk atas kinerja individu dan kinerja kelompok”.

Pendapat lain mengenai kinerja menyatakan: “Kinerja merupakan fungsi dari interaksi antara ability (kemampuan dasar) dengan motivation (motivasi) yaitu kinerja (performance) P = (A x M)” (Robbins 1994: 187) dalam Supardi (2013: 47). Teori tersebut menujukkan bahwa orang yang memiliki kemampuan dasar yang tinggi, tetapi memiliki motivasi yang rendah maka kinerjanya rendah, demikian pula dengan orang yang memiliki motivasi tinggi, tetapi memiliki kemapuan dasar yang rendah maka kinerjanya juga rendah. Berbeda dengan orang yang memiliki kemampuan dasar yang tinggi dan memiliki motivasi yang tinggi maka kinerjanya tinggi. Oleh sebab itu perlu adanya keseimbangan antara kemampuan dasar dan motivasi agar kinerja yang dihasilkan sesuai dengan harapan.


(35)

Dari pendapat beberapa ahli tersebut, disimpulkan kinerja berdasarkan ruang lingkupnya terdiri dari kinerja individu, kinerja kelompok, dan kinerja organisasi. Kinerja individu, kelompok, maupun organisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: lingkungan, perilaku manajemen, desain jabatan, penilaian kinerja, umpan balik dan administrasi pengupahan. Oleh karena itu faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja individu, kelompok maupun organisasi perlu diperhatikan, demi terciptanya produktivitas kerja yang maksimal.

2.1.4 Kinerja Guru

Guru merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan dan dianggap sebagai orang yang berperan penting dalam pencapaian tujuan pendidikan. Oleh karena itu kinerja guru sangat penting untuk diperhatikan dan dievaluasi.

Barnawi dan Arifin (2014: 14) mendefinisikan kinerja guru sebagai tingkat keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas pendidikan sesuai dengan tanggungjawab dan wewenangnya berdasarkan standar kinerja. Rachmawati dan Daryanto (2013: 16) mendefinisikan kinerja guru yaitu “kemampuan yang ditunjukkan oleh guru dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya.”

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja guru adalah kemampuan dan keberhasilan guru dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya sebagai tenaga profesioal berdasarkan standar kinerja. Kinerja guru dapat menggambarkan adanya suatu perbuatan yang ditampilkannya selama melakukan aktivitas pembelajaran.

2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru

Kinerja guru tidak terwujud begitu saja, tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu. Baik faktor-faktor internal mapunu eksternal sama-sama membawa


(36)

22 dampak terhadap kinerja guru. Barnawi dan Arifin (2014:42), kinerja guru dipengaruhi oleh faktor tertentu yaitu faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal kinerja guru adalah faktor yang datang dari dalam diri guru yang mempengaruhi kinerjanya, seperti kemampuan, ketrampilan, kepribadian, persepsi, motivasi menjadi guru, pengalaman lapangan, dan latar belakang keluarga. Sedangkan faktor eksternal kinerja guru adalah faktor yang datang dari luar guru yang dapat mempengaruhi kinerjanya, contoh gaji, sarana dan prasarana, lingkungan kerja fisik, dan kepemimpinan.

Supardi (2013: 52) menyimpulkan bahwa terdapat faktor dari dalam dan dari luar yang dapat mempengaruhi kinerja guru. Faktor dari dalam berupa faktor individual dan faktor psikologis, seperti sikap, karakteristik, sifat-sifat fisik, minat, motivasi, pengalaman, umur, jenis kelamin, pendidikan, dan lainnya. Kemudian faktor dari luar berupa faktor situasional dan faktor karakteristik pekerjaan.

Rachmawati dan Daryanto (2013:19) menyatakan bahwa “faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru antara lain kepribadian dan dedikasi, pengembangan profesi, kemampuan mengajar, antar hubungan dan komunikasi, hubungan dengan masyarakat, kedisiplinan, kesejahteraan, iklim kerja”.

Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa kinerja guru dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi kinerja guru meliputi: (1) kemampuan, (2) ketrampilan, (3) kepribadian, (4) persepsi, (5) motivasi, (6) pengalaman, dan (7) latar belakang keluarga. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja guru terdiri


(37)

dari: (1) gaji, (2) sarana dan prasarana, (3) lingkungan kerja fisik, (4) kepemimpinan, (5) situasional, dan (6) karakteristik pekerjaan. Berdasarkan kesimpulan tersebut faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru perlu diperhatikan dengan harapan akan tercipta kinerja guru yang optimal.

2.1.6 Indikator Kinerja Guru

Kinerja guru tidak akan berkualitas tanpa adanya kerjasama yang sinergis dari berbagai pihak mulai dari kepala sekolah, tenaga kependidikan, peserta didik, orang tua/ wali, dan masyarakat yang merupakan komponen penentu keberhasilan suatu pendidikan. Sinergis komponen-komponen pendidikan ini akan membentuk iklim kerja yang kondusif dalam meningkatkan kinerja guru.

Terdapat beberapa indikator kinerja guru yaitu akan tampak dalam hal kepuasan siswa dan orang tua peserta didik, prestasi belajar siswa, perilaku sosial dan kehadiran guru (Murgatroyd and Morgan, 1963: 63) dalam Supardi (2013: 55). Dengan demikian, memahami kinerja guru tidak terlepas dari peserta didik sebagai subjek didik, dan tingkat prestasi belajar peserta didik.

Kinerja guru dapat terlihat jelas dalam pembelajaran yang diperlihatkannya dari prestasi hasil belajar peserta didiknya. Kinerja guru yang baik akan menghasilkan prestasi belajar peserta didik yang baik (Supardi 2013: 55). Standar beban kerja guru mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 35 Ayat 1 tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa beban kerja guru mencakup kegiatan pokok, yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan menilai hasil pembelajaran.


(38)

24 2.1.6.1Merencanakan Pembelajaran

Tugas guru yang pertama ialah merencanakan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran harus dibuat sebaik mungkin perencanaan pembelajaran yang baik akan membawa hasil yang baik pula. Guru (Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, 2008: 4) dalam Barnawi dan Arifin (2014: 15), wajib membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Langkah- langkah dalam menyusun RPP, sebagai berikut:

(1) Mengisi kolom identitas. (2) Menentukan alokasi waktu.

(3) Menentukan SK, KD, dan Indikator yang akan digunakan.

(4) Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan SK, KD, dan Indikator yang telah ditentukan.

(5) Menentukan karakter siswa yang akan dikembangkan.

(6) Mengidentifikasi materi ajar berdarkan materi pokok/ pembelajaran yang terdapat dalam silabus.

(7) Menentukan metode pembelajaran yang digunakan.

(8) Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, inti, dan akhir.

(9) Menentukan alat/ bahan/ sumber belajar yang digunakan.

(10) Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, teknik penskoran, dan lain-lain.

2.1.6.2Melaksanakan Pembelajaran

Tugas guru yang kedua yaitu melaksanakan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran (Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga


(39)

Kependidikan, 2008: 4-5) dalam Barnawi dan Arifin (2014: 16), adalah kegiatan ketika terjadi interaksi edukatif antara peserta didik dengan guru, kegiatan ini adalah kegiatan tatap muka yang sebenarnya.

Kegiatan pembelajaran adalah inti penyelenggaraan pendidikan yang ditandai adanya kegiatan pengelolaan kelas, penggunaan media dan sumber belajar, dan penggunaan metode serta strategi pembelajaran. Dalam mengelola kelas guru harus mampu menciptakan suasana kondusif yang menyenangkan agar pembelajaran dapat berlangsung lancar.

2.1.6.3Menilai Hasil Pembelajaran

Menurut Rusman (2012: 13) penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan hasil kemajuan belajar peserta didik. Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematis, dan terprogram dengan menggunakan tes maupun nontes dalam bentuk tertulis atau lisan, lembar kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, produk, portofolio, dan penilaian diri.

Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dijadikan indikator kinerja guru dalam penelitian ini yaitu perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran. Ketiga indikator kinerja guru tersebut haruslah terpenuhi, demi terciptanya pembelajaran yang sesuai dengan beban kerja beban yang telah ditentukan. Dengan begitu tujuan dari pendidikan dapat tercapai dengan maksimal.


(40)

26

2.1.7 Penilaian Kinerja Guru

Dalam upaya mewujudkan kinerja yang baik diperlukan proses penilaian kinerja. Penilaian Kinerja Guru (PKG) pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan untuk membina dan mengembangkan guru profesional yang dilakukan dari guru, oleh guru, dan untuk guru. Hal ini penting untuk melakukan pemetaan terhadap kompetensi dan kinerja seluruh guru dalam berbagai jenjang dan jenis pendidikan (Mulyasa 2013: 88).

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009, menegaskan bahwa penilaian kinerja guru adalah penilaian dari tiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinan karir, kepangkatan, dan jabatannya. Penilaian kinerja guru dilakukan untuk mendapatkan guru bermutu baik dan profesional. Selain itu proses penilaian kinerja menjadi bagian terpenting di dalam manajemen untuk meningkatkan dan mengevaluasi kinerja guru.

Penilaian kinerja guru dilakukan terhadap kompetensi guru sesuai dengan tugasnya sebagai pendidik. Penilaian kinerja memberikan jaminan bahwa guru dapat bekerja secara profesional dan mampu memberikan layanan kepada masyarakat. Sesuai dengan tugas, fungsi, dan perkembangan zaman, guru dituntut untuk memiliki kompetensi dan profesionalisme yang terstandar. Selain itu, “penilaian kinerja dapat menjadi dasar membedakan pekerjaan yang efektif dan

tidak efektif. Penilaian kinerja lebih menggambarkan awal dari sebuah proses daripada sebagai sebuah produk akhir” (Sedarmayanti 2014: 263).


(41)

Dimensi atau standar kinerja yang dievaluasi dalam pelaksanaan pekerjaan meliputi jumlah volume pekerjaan, kualitas kerja, kemampuan menyesuaiakan diri, kemampuan dan kemauan untuk bekerja sama, seperti:

(1) Quantity of Work: berkenaan dengan volume pekerjaan yang dapat dikerjakan seorang guru.

(2) Quality of Work: yang berkenaan dengan ketelitian, dan kelengkapan hasil kerja.

(3) Inisiatif: berkenaan dengan keinginan untuk maju, mandiri, penuh tanggung jawabterhadap pekerjaannya.

(4) Adaptability: berkenaan dengan kemampuan guru untuk merespon dan menyesuaikan dengan perubahan keadaan.

(5) Cooperation: berkenaan dengan kemampuan dan kemauan untuk bekerja sama dengan pimpinan dan sesama teman kerja (Tyson and Jackson, 1993: 404) dalam Supardi (2013: 70).

Indikator penilaian terhadap kinerja guru dilakukan terhadap tiga tahap kegiatan pembelajaran di kelas, yaitu: merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan menilai hasil pembelajaran (Departemen Pendidikan Nasional) dalam Rusman (2012: 75). Gaffar menyatakan bahwa “untuk menilai kinerja guru dapat dilihat pada aspek penguasaan content knowledge, behavioral skill, dan human relation skill” (Supardi 2013: 70). Berdasarkan pendapat tersebut penilaian kinerja guru didasarkan pada penguasaan keilmuan, keterampilan tingkah laku, dan kemampuan menjalin hubungan.


(42)

28 Penilaian kinerja guru harus mampu mengeksplorasi keunggulan dan kelemahan yang dimiliki setiap guru. Kementerian Pendidikan Nasional dalam Barnawi dan Arifin (2014: 26) penilaian kinerja guru memiliki dua fungsi utama, yaitu:

(1) Untuk menilai kemampuan guru dalam menerapkan kompetensi dan keterampilan yang diperlukan dalam pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/ madrasah. Dengan demikian, profil kinerja yang menggambarkan kekuatan dan kelemahan guru akan teridentifikasi dan dimaknai sebagai analisis kebutuhan atau audit keterampilan untuk setiap guru yang dapat digunakan sebagai basis untuk merencanakan penilaian kinerja guru.

(2) Untuk menghitung angka kredit yang diperoleh guru atas kinerja pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/ madrasah yang dilakukannya pada tahun tersebut. Oleh karena itu, kegiatan penilaian kinerja dilakukan setiap tahun sebagai bagian dari proses pengembangan karir dan promosi guru untuk kenaikan pangkat dan jabatan fungsionalnya.

Instrumen sebagai Alat Penilaian Kinerja Guru atau Kemampuan Guru (APKG) telah dikembangkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1982) dalam Supardi (2013: 71). Menurut Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2012: 10-5) penilaian kinerja guru mengacu pada dimensi tugas utama guru yang meliputi merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi


(43)

pembelajaran. Tugas utama tersebut diturunkan menjadi indikator kinerja yang dapat mengukur unjuk kerja guru dalam menjalankan tugasnya sebagai perwujudan dari kompetensi yang dimiliki. Rachmawati dan Daryanto (2013: 121-6) juga menjelaskan alat penilaian yang dimodifikasi oleh Departemen Pendidikan Nasional yaitu Alat Penilaian Kinerja Guru (APKG) meliputi: (1) rencana pembelajaran (RPP), (2) prosedur pembelajaran, dan (3) hubungan antar pribadi. Uraian mengenai indikator penilaian kinerja guru dijelaskan sebagai berikut:

(1) Perencanaan Pembelajaran

Tahap ini berhubungan dengan kemampuan guru dalam menguasai bahan ajar melalui cara penyusunan program kegiatan pembelajaran. Hal ini dilakukan dengan kegiatan pengembangan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Indikator perencanaan pembelajaran antara lain yaitu: menentukan tujuan pembelajaran sesuai dengan silabus dan karakteristik peserta didik, menyusun bahan ajar secara runtut, logis, kontekstual, dan mutakhir, merencanakan kegiatan pembelajaran yang efektif, menentukan media dan sumber belajar yang sesuai dengan materi dan strategi pembelajaran, dan menentukan alat evaluasi yang sesuai dengan bahan ajar.

(2) Pelaksanaan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran di kelas merupakan inti penyelenggaraan pendidikan yang ditandai dengan kegiatan pengelolaan kelas, penggunaan media dan sumber belajar, dan penggunaan metode dan strategi pembelajaran. Indikator pelaksanaan pembelajaran antara lain yaitu: kemampuan membuka pembelajaran


(44)

30 yang menarik, penguasaan bahan ajar, penerapan strategi dan model pembelajaran yang efektif, kemampuan memanfaatkan media dan sumber belajar, kemampuan menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, kemampuan melakukan evaluasi pembelajaran, kemampuan menutup kegiatan pembelajaran, dan kemampuan memberikan tindak lanjut kepada siswa.

(3) Penilaian pembelajaran

Penilaian hasil belajar adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran dan proses pembelajaran yang telah dilakukan. Maka dari itu penilaian pembelajaran harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Guru dituntut memiliki kemampuan dalam menentukan pendekatan dan cara-cara evaluasi, penyusunan alat-alat evaluasi, pengolahan dan penggunaan hasil evaluasi. Indikator penilaian pembelajaran antara lain yaitu: guru merancang alat evaluasi untuk mengukur kemajuan dan keberhasilan belajar siswa, guru menggunakan berbagai strategi dan metode dalam melakukan penilaian, dan guru memanfaatkan hasil penilaian untuk memberikan umpan balik bagi siswa (Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, 2008: 39-46).

Informasi tentang hasil penilaian kinerja guru akan sangat membantu dalam upaya mengelola guru dan mengembangkannya dalam rangka mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Selain itu hasil penilaian kinerja guru dapat dijadikan dasar untuk menentukan kebijakan dalam hal promosi jabatan dan pemeberian imbalan (Barnawi dan Arifin, 2014: 25).

Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dijadikan indikator penilaian kinerja guru dalam penelitian ini yaitu perencanaan


(45)

pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran. Penilaian kinerja yang baik harus mampu menciptakan gambaran yang tepat mengenai kinerja guru yang dinilai. Penilaian tidak hanya untuk memperbaiki kinerja guru yang belum optimal, melainkan juga sebagai bahan acuan untuk meningkatkan kinerja guru. Penilaian kinerja memberikan jaminan bahwa guru dapat bekerja atau memberikan layanan yang berkualitas bagi masyarakat khususnya kepada siswa.

2.2

Kajian Empiris

Penelitian tentang pengaruh lingkungan fisik terhadap kinerja guru dalam pembelajaran di SD Daerah R.A. Kartini Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo menarik untuk diadakan penelitian lebih lanjut maupun baru. Beberapa penelitian mengenai pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja guru yang telah dilakukan dapat dijadikan kajian dalam penelitian ini adalah penelitian dari: Hendro Setyono dan Achmad Sudjadi (2009), Agni Prasetya Tartib (2013), Dwi Agung Nugroho Arianto (2013), Osriza Betri (2011), Annierah Maulana Usop, dkk (2013), Nakpodi, E.D. (2011), dan Tony Susilo Wibowo dan Fitria Handayani (2013).

Hendro Setyono dan Achmad Sudjadi (2009), guru Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Patimuan Cilacap dalam jurnal penelitiannya yang berjudul ”Pengaruh Kompetensi Guru, Insentif dan Lingkungan Kerja Fisik terhadap Kinerja Guru SMA Negeri 1 Patimuan Kabupaten Cilacap”. Hasil penelitiannya yaitu kompetensi guru, insentif, dan lingkungan kerja fisik mempunyai pengaruh


(46)

32 yang positif terhadap kinerja guru. Artinya jika kompetensi guru. insentif guru, dan lingkungan kerja fisik ditingkatkan, maka akan meningkatkan kinerja guru SMA Negeri 1 Patimuan Kabupaten Cilacap.

Agni Prasetya Tartib (2013) dari Universitas Komputer Indonesia dalam jurnal penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Lingkungan Kerja dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Guru pada SMP Pasundan 6 Bandung dan SMK Pasundan 3 Bandung”. Hasil penelitiannya yaitu lingkungan kerja dan Kepuasan kerja guru pada SMP Pasundan 6 Bandung dan SMK Pasundan 3 Bandung termasuk dalam kategori baik. Indikator lingkungan kerja seperti ruang gerak, dan pewarnaan dalam kategori baik. Sedangkan hubungan kerja guru kategori sangat baik. Namun ada indikator dalam kategori cukup baik yaitu indikator penerangan dan suhu. Namun ada indikator yang termasuk kategori sedang yaitu pada indikator kompensasi, pengawasan dan kondisi kerja. Kinerja guru pada SMP Pasundan 6 Bandung dan SMK Pasundan 3 Bandung dinilai termasuk dalam kategori tinggi. Indikator persentase tertinggi pada kualitas, hasil kerja, tanggung jawab serta kuantitas. Lingkungan kerja berpengaruh terhadap kepuasan kerja pada SMP Pasundan 6 dan SMK Pasundan 3 Bandung. Lingkungan kerja dan kepuasan kerja secara simultan berpengaruh terhadap kinerja guru pada SMP Pasundan 6 dan SMK Pasundan 3 Bandung sebesar 65,5% dan sisanya 34,5% dari variabel lain yang tidak diteliti.

Dwi Agung Nugroho Arianto (2013) dari Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara dalam penelitiaannya yang berjudul “Pengaruh Kedisiplinan, Lingkungan Kerja dan Budaya Kerja terhadap Kinerja Tenaga Pengajar”. Hasil


(47)

peneltiannya yaitu bahwa lingkungan kerja dan kedisiplinan kerja tidak berpengaruh pada kinerja tenaga pengajar. Sementara itu budaya kerja memiliki pengaruh positif terhadap kinerja. Dengan demikian beberapa hipotesis tidak berhasil dibuktikan dalam penelitian ini. Ada beberapa keterbatasan yang dihadapi dalampenelitian ini, di antaranya adalah populasi terbatas yaitu hanya 30 orang, sehingga hasilnya belum dapat digeneralisasikan pada kelompok populasi dengan jumlah yang besar. Periode sampel dalam penelitian ini hanya dua tahun yaitu tahun 2009 sampai 2011 sehingga berpotensi tidak tertangkapnya gambaran yang sebenarnya atas pengaruh kedisiplinan, lingkungan dan budaya kerja terhadap kinerja tenaga pengajar.

Osriza Betri (2011) dari Universitas Terbuka dalam penelitiaanya yang berjudul “Pengaruh Lingkungan Kerja, Kepemimpinan dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Guru di SMK Swasta se-Kota Batam”. Hasil penelitiannya yaitu variabel yang digunakan adalah lingkungan kerja, kepemimpinan dan budaya organisasi sebagai variabel independen (X), dan kinerja guru sebagai variabel dependen (Y). Data dianalisis menggunakan analisis regresi berganda, Uji t, Uji F, dan Uji Determinasi. Hasil analisis data menunjukkan bahwa Iingkungan kerja, kepemimpinan dan budaya organisasi secara bersama-sama memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja guru (F hit = 126, 727). Sedangkan pengujian secara parsial menunjukkan bahwa lingkungan kerja, kepemimpinan dan budaya organisasi memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja guru dengan t hit berturut-turut sebesar 3.173, 2.150 dan 3.292. Disimpulkan bahwa Iingkungan kerja, kepemimpinan dan budaya organisasi


(48)

34 merupakan faktor yang mampu mempengaruhi kinerja guru, tetapi budaya organisasi merupakan faktor yang paling menonjol mempengaruhi kinerja guru yang seharusnya menjadi fokus perhatian otoritas pendidikan setempat.

Annierah Maulana Usop, dkk (2013), jurnal internasional dalam penelitiannya yang berjudul “Work Performance and Job Satisfaction among Teachers”. Hasil penelitiaannya menjelaskan bahwa,

This study attempted to find out the relationship of work performance and job satisfaction among teachers of Division of Cotabato City. Results stated that most teachers are 31-40 age bracket. Majority of them are females, married, earned a college

degree and further master’s unit. Sixty- four percent of them had 11 to 15 years of service. Therefore, the findings, concluded that the teachers of Division of Cotabato City displays a high level of performance. They were contented with their job satisfaction facets such as school policies, supervision, pay, interpersonal relations, opportunities for promotion and growth, working conditions, work itself, achievement, recognition, and responsibility. This implies that

a teacher’s satisfied with their job is also a productive one. Furthermore, if the teachers contented with their job, they will develop and maintain high level of performance. Teaching learning process make more efficient and effective that could produce high competitive learners.

Inti dari penjelasan tersebut yaitu performa kinerja dan kepuasan kerja guru di Kota Cotabato relatif tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain: kebijakan sekolah, supervisi, gaji, hubungan interpersonal, promosi, kondisi kerja, kinerja personal, prestasi, pengakuan, dan produktivitas. Hal ini berarti jika seorang guru puas dengan pekerjaannya, guru akan mengembangkan dan mempertahankan tingkat kinerja yang tinggi.

Selanjutnya penelitian oleh Nakpodia, E.D. (2011) Department of Educational administration and Policy Studies, Delta State University, Abraka –


(49)

Nigeria dalam penelitiaannya yang berjudul “Work Environment and Productivity

among Primary School Teachers in Nigeria”. Hasil penelitiaannya menjelaskan bahwa,

“It is a known fact that the quality of a teacher and his level of commitment affect the standard of his work. The standard of his work determines the quality of the performance of the children that he teaches. If the good standard of education of children must be maintained, teachers’ quality must be improved by improving not only his academic and professional competence but also his work environment. Motivation is a major factor for promoting productivity. Improving the work environment of primary school teachers will improve their productivity and educational quality.”

Inti dari penjelasan tersebut yaitu untuk menciptakan standar pendidikan yang baik bagi siswa, guru haruslah mempunyai kualitas. Kualitas yang harus ditingkatkan oleh guru tidak hanya kompetensi akademik dan profesional saja, melainkan kualitas lingkungan kerjanya. Meningkatkan lingkungan kerja akan meningkatkan produktivitas dan pendidikan.

Tony Susilo Wibowo dan Fitria Handayani (2013) dari Program Studi Manajemen Universitas PGRI Adi Buana Surabaya. Dalam penelitiaannya yang berjudul “Pengaruh Motivasi dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Guru di SMP Negeri 1 Taman”. Hasil penelitiannya yaitu variabel dan motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja kinerja guru SMP N 1 Taman. Hal ini dapat dilihat dari F hitung > F tabel (14,137 > 3,35423) dengan hipotesis Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel bebas (motivasi dan lingkungan kerja) secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja guru. dengan melihat probabilitasnya (Sig) yang lebih kecil dari taraf signifikan (0,009


(50)

36 < 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa model persamaan tersebut diterima dan berpengaruh.

Dari beberapa penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian tersebut mempunyai persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Persamaan penelitiannya terletak pada variabel bebasnya yang membahas tentang lingkungan kerja, dan variabel terikatnya yang membahas tentang kinerja guru. Adapun perbedaannya dengan beberapa penelitian di atas yaitu terletak pada subjek yang diteliti. Subjek yang diteliti pada penelitian di atas yaitu guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA), sedangkan subjek yang yng diteliti oleh peneliti yaitu guru Sekolah Dasar (SD).

2.3

Kerangka Berpikir

Mutu pendidikan di sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor pendukung. Diantara sekian banyak faktor pendukung yang ada, guru merupakan faktor dominan yang berpengaruh dan berkontribusi terhadap mutu pendidikan. Keberhasilan pendidikan membutuhkan guru yang profesional dalam menjalankan tugasnya. Sebagai tenaga yang profesional guru dituntut untuk senantiasa meningkatkan kinerjanya dalam hal perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran.

Dalam praktiknya, kinerja guru dapat dipengaruhi oleh banyak faktor baik dari segi internal maupun eksternal. Faktor internal antara lain yaitu kemampuan, kepribadian, motivasi, dan usaha. Faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja


(51)

salah satunya yaitu lingkungan fisik. Dengan kondisi lingkungan fisik yang kondusif dan nyaman, dalam hal ini nyaman dan menyenangkan dapat berdampak pada meningkatnya produktivitas kerja karena guru dalam bekerja akan lebih giat dan semangat, baik bekerja secara individu maupun kelompok. Apabila lingkungan kerja fisik tidak kondusif dan kurang mendukung dalam bekerja akan mengakibatkan semangat guru dalam bekerja menurut dan berdampak pada menurunnya kinerja guru dalam pembelajaran.

Keterkaitan antara lingkungan fisik terhadap kinerja guru dalam pembelajaran dapat dijelaskan lebih lanjut dalam kerangka berpikir yang diilustrasikan seperti bagan berikut.

Keterangan dari bagan di atas yaitu :

= diteliti bagaimana pengaruh lingkungan fisik terhadap kinerja guru dalam pembelajaran.

= tidak diteliti.

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir

Bagan tersebut menunjukkan bahwa kinerja guru dalam pembelajaran (Y) sebagai variabel terikat dan lingkungan fisik (X) sebagai variabel bebas.

Kinerja Guru dalam Pembelajaran Lingkungan Kerja

Faktor internal Faktor eksternal

Lingkungan Fisik Lingkungan Non Fisik


(52)

38 Lingkungan fisik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja guru dalam pembelajaran.

2.4

Hipotesis

“Hipotesis dalam penelitian merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah pada suatu penelitian” (Sugiyono 2013: 99). Dalam penelitian ini hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:

Ho: Tidak terdapat pengaruh lingkungan fisik terhadap kinerja guru di SD Dabin R.A. Kartini Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo.

Ha: Terdapat pengaruh lingkungan fisik terhadap kinerja guru di SD Dabin R.A. Kartini Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo.


(53)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

Bagian ini akan membahas mengenai metodologi penelitian yang terdiri atas: desain penelitian, variabel dan definisi operasional, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan pengolahan dan analisis data. Uraian selengkapnya akan dibahas sebagai berikut:

3.1

Desain Penelitian

Dalam sebuah penelitian, desain penelitian berguna sebagai pengembalian keputusan sebelum kegiatan penelitian dilaksanakan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian ex post facto dengan jenis penelitian kuantitatif.

Penelitian ex post facto menurut Sugiyono dalam Riduwan (2013: 50) merupakan “suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian melihat ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut”. Darmadi (2013: 258) menyatakan bahwa “penelitian ex post facto merupakan penelitian di mana variabel-variabel bebas telah terjadi ketika peneliti mulai dengan pengamatan variabel terikat dalam suatu penelitian”. Sehingga untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan tidak bisa melalui pengamatan secara langsung karena peristiwa yang akan diteliti telah terjadi di masa lampau. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif


(54)

40 non eksperimen, karena data yang diperoleh kemudian dianalisis sesuai metode statistik yang digunakan lalu diinterpretasikan.

Pada penelitian ini terdapat satu variabel bebas (independen) dan satu variabel terikat (dependen). Variabel bebasnya (X) yaitu lingkungan fisik dan variabel terikatnya yaitu kinerja guru dalam pembelajaran di SD Dabin R.A. Kartini Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo. Desain penelitiannya dapat digambarkan sebagai berikut:

Keterangan:

X : lingkungan fisik

Y : kinerja guru dalam pembelajaran

Gambar 3.1 Desain Penelitian

3.2

Variabel dan Definisi Operasional

Variabel dan desain penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:

3.2.1 Variabel Penelitian

Sugiyono (2013:63) menjelaskan bahwa “variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”. Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, variabel-variabel tersebut yaitu

Lingkungan Fisik (X) Kinerja Guru dalam


(55)

variabel terikat dan variabel bebas. Adapun penjelasan lebih lanjutnya sebagai berikut.

3.2.1.1 Variabel Independen

Variabel independen sering disebut sebagai variabel bebas. Sugiyono (2013:64) mengemukakan bahwa “variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).Variabel independen dalam penelitian ini yaitu lingkungan fisik (X).

3.2.1.2 Variabel Dependen

Variabel dependen sering disebut sebagai variabel terikat. Menurut Sugiyono (2013: 64), “variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen yaitu kinerja guru dalam pembelajaran (Y).

3.2.2 Definisi Operasional

Definisi operasional digunakan untuk menyamakan persepsi antara peneliti dengan pembaca terhadap variabel yang digunakan dalam penelitian, sehingga diharapkan dapat menghindari kekeliruan maksud dan tujuan yang ingin dicapai. 3.2.2.1Variabel Lingkungan Fisik (X)

Lingkungan fisik merupakan semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tampat kerja yang dapat mempengaruhi pegawai baik secara langsung maupun tidak lansung. Lingkungan fisik dalam penelitian ini meliputi: (1) lingkungan yang langsung berhubungan dengan guru seperti pusat kerja, kursi, meja, dan sebagainya; (2) lingkungan perantara atau lingkungan umum yang


(56)

42 mempengaruhi kinerja seperti pencahayaan, pewarnaan, udara, kebersihan, kebisingan dan keamanan (kondisi kerja).

3.2.2.2 Variabel Kinerja Guru dalam Pembelajaran (Y)

Tingkat keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas pendidikan sesuai dengan tanggungjawab dan wewenangnya dalam pembelajaran. Kinerja guru dalam pembelajaran pada penelitian ini meliputi: merencanakan pembelajaran, (melaksanakan pembelajaran, dan menilai hasil pembelajaran.

3.3

Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Sugiyono (2010: 117) menjelaskan bahwa “ populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karekteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh guru SD Dabin R.A. Kartini Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo.

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

No NamaSekolah Guru

1 SD Negeri 1 Semawung Daleman 8 orang 2 SD Negeri 2 Semawung Daleman 9 orang

3 SD Negeri Pringowijayan 8 orang

4 SD Negeri Sidarum 7 orang

5 SD Negeri Kuwurejo 8 orang

6 SD Negeri Senepo 8 orang

7 SD Nasional 8 orang

Jumlah 56 orang

Sumber: data survei sekolah dasar se-Dabin R.A. Kartini Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo.


(57)

3.3.2 Sampel

Sugiyono (2010: 118) menjelaskan bahwa “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Arikunto (2013: 174) menyatakan bahwa “sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dari beberapa pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel adalah bagian dari populasi yang akan dijadikan objek penelitian.

Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2013: 124), “sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel apabila anggota populasi digunakan sebagai sampel”. Untuk sampel dalam penelitian ini adalah semua guru SD daerah binaan R.A. Kartini Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo. Jadi jumlah sampel yang akan diteliti yaitu 56 guru.

Tabel 3.2 Sampel Penelitian

Sumber: data survei sekolah dasar se-Dabin R.A. Kartini Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo.

3.4

Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa macam teknik pengumpulan data yang digunakan dalam suatu penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

No NamaSekolah Guru

1 SD Negeri 1 Semawung Daleman 8 orang

2 SD Negeri 2 Semawung Daleman 9 orang

3 SD Negeri Pringowijayan 8 orang

4 SD Negeri Sidarum 7 orang

5 SD Negeri Kuwurejo 8 orang

6 SD Negeri Senepo 8 orang

7 SD Nasional 8 orang


(58)

44 yaitu dengan kuesioner (angket), wawancara, dan dokumentasi. Uraian selengkapnya sebagai berikut:

3.4.1 Kuesioner (angket)

Sugiyono (2013:193) mendefinisikan kuesioner atau angket sebagai teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Sedangkan Riduwan (2012: 71) mendefinisikan angket adalah pertanyaan yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan pengguna.

Kuesioner dibedakan menjadi dua jenis yaitu kuesioner atau angket terbuka dan kuesioner atau angket tertutup. Penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup (kuesioner berstruktur). Kuesioner ini sudah disediakan jawaban, sehingga responden hanya memilih satu jawaban yang telah disajikan oleh peneliti dengan cara memberikan ceklist (√).

Kuesioner dalam penelitian ini merupakan alat penelitian utama yang digunakan untuk memperoleh data pada variabel penelitian yaitu lingkungn fisik (X) dan kinerja guru dalam pembelajaran (Y). Kuesioner atau angket terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitasnya. Kuesioner atau angket yang sudah diuji validitas dan reliabilitasnya, dibagikan kepada responden untuk diisi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Responden dalam penelitian ini yaitu guru SD di Dabin R.A. Kartini Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo.


(59)

3.4.2 Wawancara

Riduwan (2013: 74) berpendapat bahwa “wawancara atau interviu adalah

salah satu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya”. Dalam penelitian ini jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak terstruktur. Menurut Sugiyono (2013: 140) “wawancara

tidak terstruktur adalah wawancara yang tidak menggunakan pedoman wawancara yang tersusun secara sistematis dan lengkap. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan”.

Teknik wawancara ini ditujukan kepada kepala sekolah. Adapun narasumber dalam wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Bambang Sukoyo, S.Pd. M.Pd. SD Negeri Sidarum, Moh Saebani SD Negeri 1 Semawung Daleman, Winarsih, S.Pd. SD Negeri 2 Semawung Daleman, Heru Buwono, S.Pd. SD Negeri Senepo, Suparmi, S.Pd. SD Negeri Kuwurejo, Siti Maulidia, S.Pd. M.Pd. SD Negeri Pringgowijayan, dan Dewi Ayvina Lisanjaya, S.E. SD Nasional. Tujuan wawancara dalam penelitian ini untuk mendapatkan informasi awal mengenai variabel penelitian yaitu lingkungan fisik dan kinerja guru dalam pembelajaran di SD Dabin RA. Kartini Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo.

3.4.3 Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis. Riduwan (2013: 77) menyatakan bahwa dokumentasi ditujukan untuk


(60)

46 memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data yang relevan penelitian.

Menurut Arikunto (2013: 274) berpendapat dokumentasi digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa, catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan surat ijin penelitian, foto kondisi lingkungan fisik sekolah, data angket lingkungan fisik dan kinerja guru dalam pembelajaran.

3.5

Instrumen Penelitian

Dalam melakukan penelitian, seorang peneliti harus menggunakan sebuah alat ukur yang pada umumnya disebut instrumen penelitian. Arikunto (2013: 203) berpendapat instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga data lebih mudah diolah. Sedangkan menurut Sugiyono (2014: 148) instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket atau kuesioner. Titik tolak dari penyusunan angket ini adalah dengan menetapkan variabel penelitian yang akan diteliti. Dari variabel tersebut diberikan definisi


(61)

operasionalnya, dan selanjutnya ditentukan indikator yang akan diukur. Dari indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan. Untuk memudahkan penyusunan angket, maka perlu digunakan matriks pengembangan angket atau kisi-kisi angket (lampiran 1). Setelah kisi-kisi angket dibuat, selanjutnya menyusun angket yang akan digunakan dalam penelitian (lampiran 2).

Penelitian ini menggunakan dua angket. Angket pertama digunakan untuk mengukur variabel X yaitu lingkungan fisik, sedangkan angket kedua digunakan untuk mengukur variabel Y yaitu kinerja guru dalam pembelajaran. Angket yang digunakan menggunakan skala Likert dengan pertanyaan bersifat tertutup yaitu jawaban atas pertanyaan yang diajukan sudah disediakan. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup yang berisi pernyataan yang harus dijawab oleh responden dengan memberikan checklist (√) pada jawaban yang dianggap paling sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. “Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok tentang fenomena sosial” (Sugiyono, 2013: 136). Dalam peneletian ini menggunakan 4

alternatif jawaban yaitu “sangat setuju”, “setuju”, “kurang setuju”, dan “tidak setuju”. Widoyoko (2013: 106) berpendapat bahwa “skala empat lebih baik

karena dengan skala empat responden tidak memiliki peluang untuk bersikap netral, sehingga responden dipaksa untuk menentukan sikap terhadap pernyataan atau pertanyaan dalam instrumen”. Kriteria penilaian angket fasilitas belajar di sekolah yaitu sebagai berikut:


(62)

48 Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Angket dengan Skala Likert

Jawaban Skor Pertanyaan atau Pernyataan Positif

Skor Pertanyaan atau Pernyataan Negatif

Sangat setuju 4 1

Setuju 3 2

Kurang setuju 2 3

Tidak setuju 1 4

Angket yang telah dibuat harus diuji kehandalannya terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian yaitu dengan uji validitas dan uji reliabilitas. Sugiyono (2013: 168) menyatakan bahwa instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Setelah diuji validitasnya, selanjutnya angket diuji reliabilitasnya. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Uji coba angket dalam penelitian ini diberikan kepada 18 guru di SD Negeri 1 Kutoarjo dan SD Negeri Sawunggaling yang berada di luar populasi.

Tabel 3.3 Sampel Uji Coba

No NamaSekolah Guru

1 SD Negeri 1 Kutoarjo 9 orang 2 SD Negeri Sawunggaling 9 orang

Jumlah 18 orang

Sumber: data survei SD Negeri 1 Kutoarjo dan SD Negeri Sawunggaling.

Dalam melakukan penelitian, seorang peneliti harus menggunakan sebuah alat ukur yang pada umumnya disebut instrumen penelitian. Arikunto (2013: 203) berpendapat bahwa instrumen penelitian adalah “alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga


(1)

SD Negeri 1 Semawung Daleman

Gambar 3. Lingkungan Depan Sekolah


(2)

SD Negeri 2 Semawung Daleman

Gambar 5. Peneliti dan Guru di Lingkungan SD Negeri 2 Semawung Daleman


(3)

SD Negeri Senepo

Gambar 7. Ruang Kelas


(4)

SD Negeri Pringgowijayan

Gambar 9. Halaman Depan Sekolah


(5)

SD Negeri Sidarum

Gambar 11. Halaman Depan dan Tempat Parkir Siswa


(6)

SD Negeri Kuwurejo

Gambar 13. Halaman Depan Sekolah