IDENTIFIKASI MASALAH PEMBATASAN MASALAH RUMUSAN MASALAH Kajian Empiris

9 sebesar 0,481 dan nilai signifikansi 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 dan besarnya pengaruh sebesar 28 sehingga dapat dikatakan bahwa apabila tercipta lingkungan kerja yang dapat mendukung kegiatan belajar mengajar maka kinerja guru SMA Negeri di Kabupaten Kendal juga akan mengalami peningkatan, 3 motivasi dan lingkungan kerja secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran di SMA Negeri se-Kabupaten Kendal dengan koefisien sebesar 0,249 dan 0,375 dan nilai signifikansi 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 dan besarnya pengaruh sebesar 35,4 sehingga dapat dikatakan bahwa apabila terjadi peningkatan motivasi guru dalam mengajar dan terciptanya lingkungan kerja yang dapat mendukung kegiatan belajar mengajar maka kinerja guru SMA Negeri di Kabupaten Kendal juga akan mengalami peningkatan. Hasil penelitian yang telah dilakukan menjadi landasan diadakannya penelitian ini untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh lingkungan fisik terhadap kinerja guru dalam pembelajaran di SD Dabin R.A. Kartini Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka judul penelitian ini yaitu “Pengaruh Lingkungan Fisik terhadap Kinerja Guru dalam Pembelajaran di SD Daerah Binaan R.A. Kartini di Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo”.

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut: 10 1 Penggunaan media pembelajaran dan sumber belajar masih kurang bervariasi. 2 Pengkondisian siswa dalam pelaksanaan pembelajaran masih kurang. 3 Guru dalam melaksanakan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya tidak maksimal. 4 Kerjasama antar guru dalam melaksankan tanggung jawabnya masih kurang. 5 Kurangnya konsentrasi guru dan siswa pada saat kegiatan pembelajaran.

1.3 PEMBATASAN MASALAH

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, permasalahan yang muncul sangat kompleks, sehingga perlu dibatasi. Pembatasan masalah tersebut bertujuan agar pokok permasalahan yang diteliti tidak terlalu meluas dari yang telah ditetapkan. Batasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1 Lingkungan pada penelitian ini yaitu lingkungan fisik yang ada di SD Daerah Binaan R.A. Kartini Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo. 2 Kinerja guru dalam penelitian ini yaitu kinerja guru di SD Daerah Binaan R.A. Kartini Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo.

1.4 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: 11 1 Adakah pengaruh lingkungan fisik terhadap kinerja guru SD dalam pembelajaran di SD Daerah Binaan R.A. Kartini Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo? 2 Seberapa besar pengaruh lingkungan fisik terhadap kinerja guru dalam pembelajaran di SD Daerah Binaan Kartini Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo?

1.5 TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah penelitian ini bertujuan:

1.5.1 Tujuan umum:

Tujuan umum adalah sesuatu yang ingin dicapai secara global atau garis besar yang ingin dicapai dalam penelitian. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh lingkungan fisik terhadap kinerja guru dalam pembelajaran di SD Daerah Binaan R.A. Kartini Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo.

1.5.2 Tujuan khusus:

Tujuan khusus adalah sesuatu yang ingin dicapai dan dirinci secara lebih detail. Secara khusus penelitian ini bertujuan: 1 Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh lingkungan fisik terhadap kinerja guru dalam pembelajaran di SD Daerah Binaan R.A. Kartini Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo. 12 2 Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh lingkungan fisik terhadap kinerja guru dalam pembelajaran di SD Daerah Binaan R.A. Kartini Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo.

1.6 MANFAAT PENELITIAN

Sebuah penelitian yang baik adalah penelitian yang mampu memberikan manfaat bagi lingkungan disekitarnya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Berikut ini akan dibahas mengenai manfaat penelitian secara teoritis dan praktis.

1.6.1 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis adalah manfaat yang dapat membantu peneliti untuk lebih memahami suatu konsep atau teori dalam suatu displin ilmu. Manfaat teoritis pada penelitian ini yaitu memberikan gambaran tentang pengaruh lingkungan fisik terhadap kinerja guru SD dalam pembelajaran di SD Dabin R.A. Kartini Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo serta menambah wawasan tentang lingkungan fisik yang nyaman untuk bekerja. 1.6.2 Manfaat Praktis Manfaat praktis ialah manfaat yang bersifat terapan dan dapat segera digunakan untuk keperluan praktis, misalnya memecahkan suatu masalah, membuat keputusan, memperbaiki suatu program yang sedang berjalan. Manfaat praktis pada penelitian ini dapat dilihat dari siswa, guru, sekolah, dan peneliti. Berikut ini akan diuraikan manfaat praktis dari keempatnya. 13 1 Bagi Siswa Hasil penelitian ini diharapkan sebagai sumber informasi mengenai acuan dasar tindakan siswa untuk berperan aktif dalam penciptaan lingkungan fisik yang kondusif, sehingga mampu menumbuhkan kinerja guru yang optimal. 2 Bagi Guru Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan guru sebagai acuan atau dasar untuk meningkatkan kinerjanya. Hasil penelitian juga dapat dijadikan sebagai acuan guru untuk lebih memperhatikan lingkungan kerjanya agar tercipta kondisi kerja yang nyaman, sehingga hasil kerja dapat optimal. 3 Bagi Sekolah Hasil penelitian ini pihak sekolah diharapkan dapat memperhatikan lingkungan kerja pegawainya guna meningkatkan kualitas kinerja bagi guru secara optimal dan acuan untuk perbaikan manajemen lingkungan kerja. 4 Bagi Peneliti Untuk meningkatkan dan menambah pengetahuan tentang pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja guru sebagai salah satu kesempatan menerapkan ilmu manajemen sekolah. 14 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA Pada bagian ini akan dijelaskan tentang kajian teori, kajian empiris, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian. Uraian selengkapnya sebagai berikut:

2.1 Kajian Teori

Hal-hal yang akan dibahas di kajian teori dalam penelitian ini yakni: pengertian lingkungan, lingkungan kerja, pengertian kinerja, kinerja guru, dan penilaian kinerja guru. Uraian selengkapnya dijelaskan sebagai berikut:

2.1.1 Lingkungan

Lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada disekitar individu, kelompok maupun organisasi. “Jika ditata dengan baik, lingkungan dapat menjadi keadaankondisi yang bernilai positif dalam membangun dan memepertahankan sifat positif” Heryati dan Muhsin, 2014: 177. Begitu juga sebaliknya apabila lingkungan tidak ditata dengan baik, lingkungan dapat menjadi keadaankondisi yang negatif bagi individu, kelompok maupun organisasi Dalyono 2007: 129 dalam Heryati dan Muhsin 2014: 178 menjelaskan bahwa lingkungan merupakan segala material dan stimulus di dalam maupun di luar individu, baik yang bersifat fisiologis, psikologis, maupun sosiokultural. Umam 2014: 226 menyatakan bahwa” lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di luar sistem”. 15 Lingkungan terdiri atas lingkungan luar dan lingkungan dalam. Heryati dan Muhsin 2014: 178 menjelaskan lingkungan luar diarttikan sebagai gabungan faktor geografi dan sosial ekonomi mempengaruhi hubungan individu, kelompok maupun organisasi. Adapupun lingkungan dalam dalam adalah bahan pokok bangunan dan ketersediaan peralatan untuk menunjang tugas indivisu, kelompok maupun organisasi. Dari pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa lingkungan yang menguntungkan harus dijaga karena akan memacu kelangsungan kegiatan individu, kelompok, maupun organisasi. Sedangkan lingkungan yang merugikan haruslah dikendalikan agar tidak mengganngu kelangsungan kegiatan individu, kelompok maupun organisasi.

2.1.2 Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja dalam sebuah organisasi harus benar- benar diperhatikan dan diatur sedemikian rupa, sehingga dapat menciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan yang akan mendorong semangat dalam melaksanakan pekerjaannya dengan lebih giat. Barnawi dan Arifin 2014: 54 menyatakan lingkungan kerja merupakan faktor situasional yang berpengaruh terhadap kinerja guru, baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Mulyasa 2013: 193 “untuk menciptakan lingkungan kerja yang kondusif, sedikitnya harus memperhatikan dua hal, yakni guru itu sendiri serta hubungan baik antara guru dengan orang tua dan masyarakat sekitarnya”. Menurut Sedarmayanti dalam Riadi 2014, jenis lingkungan kerja terbagi menjadi dua, yaitu: 1 lingkungan kerja fisik dan, 2 lingkungan kerja nonfisik. Uraian selengkapnya sebagai berikut: 16

2.1.2.1 Lingkungan Fisik

Sedarmayanti 2011: 26 menjelaskan lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tampat kerja yang dapat mempengaruhi guru baik secara langsung maupun tidak lansung. Menurut Scott 1981 dalam Torang 2014: 27 mendefinisikan lingkungan kerja fisik adalah semua bentuk ketergantungan hubungan yang dapat membuat organisasi bertahan hidup di sekitar sistem di mana dia berada. Sedarmayanti 2011: 26 menjelaskan bahwa “lingkungan kerja fisik dibagi menjadi dua, yaitu: 1 lingkungan kerja yang langsung berhubungan dengan pegawai seperti: pusat kerja, kursi, meja, dan sebagainya, 2 lingkungan kerja perantara, dapat juga disebut lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya: temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, warna dan lain- lain”. Barnawi dan Arifin 2014: 54, menerangkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi lingkungan fisik, yaitu meliputi pencahayaan, pewarnaan, udara, kebersihan, kebisingan, dan keamanan. 1 Pencahayaan Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif Keputusan Kementerian Kesehatan RI Nomor 1405 Tahun 2002 dalam Barnawi dan Arifin 2014: 54. Barnawi dan Arifin 2014: 55 menjelaskan bahwa pencahayaan di tempat kerja membantu dalam memperlancar proses pekerjaan sehingga harus diupayakan pencahayaan yang baik di tempat kerja. pencahayaan memungkinkan guru dapat melihat objek-objek yang dikerjakan secara jelas, cepat, dan tepat. 17 Pencahayaan dapat dibuat secara alami matahari maupun buatan lampu. Pencahayan alami dibuat untuk menghemat energi dan biaya. Pencahayaan buatan dibuat untuk menghemat energi dan biaya”. 2 Pewarnaan Pemilihan warna ruangan kerja juga mempengaruhi kinerja guru. Menurut Barnawi dan Arifin 2014: 56 warna dapat memberikan efek psikologis seseorang yang ada di sekitarnya. Pemberian warna tidak hanya pada tembok- tembok sekolah saja, tetapi peralatan sekolah juga dapat diberi warna sesuai dengan keinginan. 3 Udara Barnawi dan Arifin 2014: 57 menyatakan bahwa “penyehatan udara ruang adalah upaya yang dilakukan agar suhu dan kelembaban, debu, pertukaran udara, bahan pencemar, dan mikroba di ruang kerja memenuhi persyaratan kesehatan”. Keadaan suhu udara di dalam ruang kerja perlu diatur sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan efek negatif terhadap pegawai. Udara yang sehat akan terasa sejuk dan segar sehingga dapat mempercepat pemulihan tubuh akibat kelelahan. Kondisi udara yang sehat, guru dapat melakukan pekerjaan dengan nyaman dan senang. 4 Kebersihan Lingkungan kerja harus diperhatikan kebersihannya baik lingkungan kerja yang ada di dalam maupun di luar ruang ruang kerja. Lingkungan kerja yang bersih memberikan rasa nyaman bagi pegawai. Sebaliknya, tempat kerja yang kotor tidak akan nyaman dijadikan tempat untuk bekerja. 18 5 Kebisingan Barnawi dan Arifin 2014: 62 “kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehen daki sehingga mengganggu pekerjaan atau bahkan kesehatan”. Di sekolah, kebisingan dapat bersumber dari aktivitas bermain siswa, kegiatan trasnportasi, dan lokasi lingkungan sekitar sekolah. Tingkat kebisingan yang terlalu tinggi dapat mengganggu konsentrasi kerja sehingga menurunkan produktivitas kerja pegawai. 6 Keamanan Keamanan di tempat kerja akan menimbulkan ketenangan dalam bekerja. Ketenangan sangat dibutuhkan pegawai untuk mengoptimalkan hasil kerja. Apabila keamanan pegawai tidak terjamin, maka timbullah kegelisahan dan kekhawatiran. Kegelisahan dan kekhawatiran akan berdampak buruk terhadap kinerja.

2.1.2.2 Lingkungan Kerja non Fisik

Sedarmayanti 2011: 26 menjelaskan lingkungan non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan, maupun dengan sesama rekan kerja. Sekolah hendaknya dapat mencerminkan kondisi yang mendukung kerja sama antar guru dengan atasan, maupun rekan kerja. Kondisi yang hendaknya diciptakan adalah suasana kekeluargaan, komunikasi yang baik, dan pengendalian diri. Oleh karena itu, lingkungan kerja harus ditangani atau didesain agar menjadi kondusif terhadap pekerja untuk melaksanakan kegiatan dalam suasana yang aman dan nyaman Zaenal dan Suharyo, 2009: 219 dalam Barnawi dan Arifin 2014: 54. Lingkungan kerja dalam organisasi harus diperhatikan dan 19 diatur sedemikian rupa, sehingga dapat menciptakan suasana menyenangkan yang selanjutnya dapat mendorong semangat dalam bekerja dengan lebih giat, tetap terpelihara, tidak hanya kepada pegawai yang bersangkutan tetapi juga keseluruhan pegawai dalam organisasi tersebut. Untuk menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan nyaman, sedikitnya diperlukan dua hal, yakni guru itu sendiri serta hubungan baik antara guru dengan orang tua dan masyarakat di sekitarnya Mulyasa 2013: 193. Dari beberapa pendapat tersebut disimpulkan bahwa lingkungan kerja yang kondusif akan meningkatkan produktivitas kerja, dan ini perlu disadari dengan baik oleh setiap guru. Setiap guru mempunyai kewajiban yang sama, salah satunya yaitu menciptakan suasana yang nyaman dalam lingkungan kerjanya.

2.1.3 Kinerja

Kinerja performance, atau bisa juga disebut dengan prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja, unjuk kerja, atau penampilan kerja. Kinerja lebih sering disebut dengan prestasi yang merupakan hasil atau apa yang keluar outcomes dari sebuah pekerjaan dan kontribusi sumber daya manusia terhadap organisasi Supardi 2013: 45-46. Menurut Suprihanto 1996: 16 dalam Supardi 2013: 47, kinerja adalah hasil kerja seseorang dalam suatu periode tertentu yang dibandingkan dengan beberapa kemungkinan, misalanya standar target, sasaran, kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu. Pengertian kinerja menurut Torang 2014: 74 adalah kuantitas dan kualitas hasil kerja individu atau sekelompok di dalam organisasi dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi yang berpedoman pada norma, standar 20 operasional prosedur, kriteria dan ukuran yang telah ditetapkan atau yang berlaku dalam organisasi. Dari pendapat beberapa ahli, dapat disimpulkan kinerja adalah tingkat keberhasilan seserorang atau kelompok dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab berdasarkan standar kinerja yang telah ditetapkan selama periode tertentu dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Menurut Timpe dalam Supardi 2013: 50, menyebutkan faktor- faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi maupun individu, antara lain: lingkungan, perilaku manajemen, desain jabatan, penilaian kinerja, umpan balik dan administrasi pengupahan. Karwati dan Priansa 2013: 50 mengemukakan “berdasarkan ruang lingkupnya, kinerja dapat dipahami dalam tiga perspektif, yaitu kinerja individu, kinerja kelompok, dan kinerja organisasi. Kinerja organisasi terbetuk atas kinerja individu dan kinerja kelompok”. Penda pat lain mengenai kinerja menyatakan: “Kinerja merupakan fungsi dari interaksi antara ability kemampuan dasar dengan motivation motivasi yaitu kinerja performance P = A x M” Robbins 1994: 187 dalam Supardi 2013: 47. Teori tersebut menujukkan bahwa orang yang memiliki kemampuan dasar yang tinggi, tetapi memiliki motivasi yang rendah maka kinerjanya rendah, demikian pula dengan orang yang memiliki motivasi tinggi, tetapi memiliki kemapuan dasar yang rendah maka kinerjanya juga rendah. Berbeda dengan orang yang memiliki kemampuan dasar yang tinggi dan memiliki motivasi yang tinggi maka kinerjanya tinggi. Oleh sebab itu perlu adanya keseimbangan antara kemampuan dasar dan motivasi agar kinerja yang dihasilkan sesuai dengan harapan. 21 Dari pendapat beberapa ahli tersebut, disimpulkan kinerja berdasarkan ruang lingkupnya terdiri dari kinerja individu, kinerja kelompok, dan kinerja organisasi. Kinerja individu, kelompok, maupun organisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: lingkungan, perilaku manajemen, desain jabatan, penilaian kinerja, umpan balik dan administrasi pengupahan. Oleh karena itu faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja individu, kelompok maupun organisasi perlu diperhatikan, demi terciptanya produktivitas kerja yang maksimal.

2.1.4 Kinerja Guru

Guru merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan dan dianggap sebagai orang yang berperan penting dalam pencapaian tujuan pendidikan. Oleh karena itu kinerja guru sangat penting untuk diperhatikan dan dievaluasi. Barnawi dan Arifin 2014: 14 mendefinisikan kinerja guru sebagai tingkat keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas pendidikan sesuai dengan tanggungjawab dan wewenangnya berdasarkan standar kinerja. Rachmawati dan Daryanto 2013: 16 mendefinisikan kinerja guru yaitu “kemampuan yang ditunjukkan oleh guru dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya.” Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja guru adalah kemampuan dan keberhasilan guru dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya sebagai tenaga profesioal berdasarkan standar kinerja. Kinerja guru dapat menggambarkan adanya suatu perbuatan yang ditampilkannya selama melakukan aktivitas pembelajaran.

2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru

Kinerja guru tidak terwujud begitu saja, tetapi dipengaruhi oleh faktor- faktor tertentu. Baik faktor internal mapunu eksternal sama-sama membawa 22 dampak terhadap kinerja guru. Barnawi dan Arifin 2014:42, kinerja guru dipengaruhi oleh faktor tertentu yaitu faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal kinerja guru adalah faktor yang datang dari dalam diri guru yang mempengaruhi kinerjanya, seperti kemampuan, ketrampilan, kepribadian, persepsi, motivasi menjadi guru, pengalaman lapangan, dan latar belakang keluarga. Sedangkan faktor eksternal kinerja guru adalah faktor yang datang dari luar guru yang dapat mempengaruhi kinerjanya, contoh gaji, sarana dan prasarana, lingkungan kerja fisik, dan kepemimpinan. Supardi 2013: 52 menyimpulkan bahwa terdapat faktor dari dalam dan dari luar yang dapat mempengaruhi kinerja guru. Faktor dari dalam berupa faktor individual dan faktor psikologis, seperti sikap, karakteristik, sifat-sifat fisik, minat, motivasi, pengalaman, umur, jenis kelamin, pendidikan, dan lainnya. Kemudian faktor dari luar berupa faktor situasional dan faktor karakteristik pekerjaan. Rachmawati dan Daryanto 2013:19 menyatakan bahwa “faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru antara lain kepribadian dan dedikasi, pengembangan profesi, kemampuan mengajar, antar hubungan dan komunikasi, hubungan dengan masyarakat, kedis iplinan, kesejahteraan, iklim kerja”. Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa kinerja guru dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi kinerja guru meliputi: 1 kemampuan, 2 ketrampilan, 3 kepribadian, 4 persepsi, 5 motivasi, 6 pengalaman, dan 7 latar belakang keluarga. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja guru terdiri 23 dari: 1 gaji, 2 sarana dan prasarana, 3 lingkungan kerja fisik, 4 kepemimpinan, 5 situasional, dan 6 karakteristik pekerjaan. Berdasarkan kesimpulan tersebut faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru perlu diperhatikan dengan harapan akan tercipta kinerja guru yang optimal.

2.1.6 Indikator Kinerja Guru

Kinerja guru tidak akan berkualitas tanpa adanya kerjasama yang sinergis dari berbagai pihak mulai dari kepala sekolah, tenaga kependidikan, peserta didik, orang tua wali, dan masyarakat yang merupakan komponen penentu keberhasilan suatu pendidikan. Sinergis komponen-komponen pendidikan ini akan membentuk iklim kerja yang kondusif dalam meningkatkan kinerja guru. Terdapat beberapa indikator kinerja guru yaitu akan tampak dalam hal kepuasan siswa dan orang tua peserta didik, prestasi belajar siswa, perilaku sosial dan kehadiran guru Murgatroyd and Morgan, 1963: 63 dalam Supardi 2013: 55. Dengan demikian, memahami kinerja guru tidak terlepas dari peserta didik sebagai subjek didik, dan tingkat prestasi belajar peserta didik. Kinerja guru dapat terlihat jelas dalam pembelajaran yang diperlihatkannya dari prestasi hasil belajar peserta didiknya. Kinerja guru yang baik akan menghasilkan prestasi belajar peserta didik yang baik Supardi 2013: 55. Standar beban kerja guru mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 35 Ayat 1 tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa beban kerja guru mencakup kegiatan pokok, yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan menilai hasil pembelajaran. 24

2.1.6.1 Merencanakan Pembelajaran

Tugas guru yang pertama ialah merencanakan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran harus dibuat sebaik mungkin perencanaan pembelajaran yang baik akan membawa hasil yang baik pula. Guru Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, 2008: 4 dalam Barnawi dan Arifin 2014: 15, wajib membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Langkah- langkah dalam menyusun RPP, sebagai berikut: 1 Mengisi kolom identitas. 2 Menentukan alokasi waktu. 3 Menentukan SK, KD, dan Indikator yang akan digunakan. 4 Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan SK, KD, dan Indikator yang telah ditentukan. 5 Menentukan karakter siswa yang akan dikembangkan. 6 Mengidentifikasi materi ajar berdarkan materi pokok pembelajaran yang terdapat dalam silabus. 7 Menentukan metode pembelajaran yang digunakan. 8 Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, inti, dan akhir. 9 Menentukan alat bahan sumber belajar yang digunakan. 10 Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, teknik penskoran, dan lain-lain.

2.1.6.2 Melaksanakan Pembelajaran

Tugas guru yang kedua yaitu melaksanakan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga 25 Kependidikan, 2008: 4-5 dalam Barnawi dan Arifin 2014: 16, adalah kegiatan ketika terjadi interaksi edukatif antara peserta didik dengan guru, kegiatan ini adalah kegiatan tatap muka yang sebenarnya. Kegiatan pembelajaran adalah inti penyelenggaraan pendidikan yang ditandai adanya kegiatan pengelolaan kelas, penggunaan media dan sumber belajar, dan penggunaan metode serta strategi pembelajaran. Dalam mengelola kelas guru harus mampu menciptakan suasana kondusif yang menyenangkan agar pembelajaran dapat berlangsung lancar.

2.1.6.3 Menilai Hasil Pembelajaran

Menurut Rusman 2012: 13 penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan hasil kemajuan belajar peserta didik. Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematis, dan terprogram dengan menggunakan tes maupun nontes dalam bentuk tertulis atau lisan, lembar kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, produk, portofolio, dan penilaian diri. Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dijadikan indikator kinerja guru dalam penelitian ini yaitu perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran. Ketiga indikator kinerja guru tersebut haruslah terpenuhi, demi terciptanya pembelajaran yang sesuai dengan beban kerja beban yang telah ditentukan. Dengan begitu tujuan dari pendidikan dapat tercapai dengan maksimal. 26

2.1.7 Penilaian Kinerja Guru

Dalam upaya mewujudkan kinerja yang baik diperlukan proses penilaian kinerja. Penilaian Kinerja Guru PKG pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan untuk membina dan mengembangkan guru profesional yang dilakukan dari guru, oleh guru, dan untuk guru. Hal ini penting untuk melakukan pemetaan terhadap kompetensi dan kinerja seluruh guru dalam berbagai jenjang dan jenis pendidikan Mulyasa 2013: 88. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009, menegaskan bahwa penilaian kinerja guru adalah penilaian dari tiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinan karir, kepangkatan, dan jabatannya. Penilaian kinerja guru dilakukan untuk mendapatkan guru bermutu baik dan profesional. Selain itu proses penilaian kinerja menjadi bagian terpenting di dalam manajemen untuk meningkatkan dan mengevaluasi kinerja guru. Penilaian kinerja guru dilakukan terhadap kompetensi guru sesuai dengan tugasnya sebagai pendidik. Penilaian kinerja memberikan jaminan bahwa guru dapat bekerja secara profesional dan mampu memberikan layanan kepada masyarakat. Sesuai dengan tugas, fungsi, dan perkembangan zaman, guru dituntut untuk memiliki kompetensi dan profesionalisme yang terstandar. Selain itu, “penilaian kinerja dapat menjadi dasar membedakan pekerjaan yang efektif dan tidak efektif. Penilaian kinerja lebih menggambarkan awal dari sebuah proses daripada sebagai sebuah produk akhir” Sedarmayanti 2014: 263. 27 Dimensi atau standar kinerja yang dievaluasi dalam pelaksanaan pekerjaan meliputi jumlah volume pekerjaan, kualitas kerja, kemampuan menyesuaiakan diri, kemampuan dan kemauan untuk bekerja sama, seperti: 1 Quantity of Work: berkenaan dengan volume pekerjaan yang dapat dikerjakan seorang guru. 2 Quality of Work: yang berkenaan dengan ketelitian, dan kelengkapan hasil kerja. 3 Inisiatif: berkenaan dengan keinginan untuk maju, mandiri, penuh tanggung jawabterhadap pekerjaannya. 4 Adaptability: berkenaan dengan kemampuan guru untuk merespon dan menyesuaikan dengan perubahan keadaan. 5 Cooperation: berkenaan dengan kemampuan dan kemauan untuk bekerja sama dengan pimpinan dan sesama teman kerja Tyson and Jackson, 1993: 404 dalam Supardi 2013: 70. Indikator penilaian terhadap kinerja guru dilakukan terhadap tiga tahap kegiatan pembelajaran di kelas, yaitu: merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan menilai hasil pembelajaran Departemen Pendidikan Nasional dalam Rusman 2012: 75. Gaffar menyatakan bahwa “untuk menilai kinerja guru dapat dilihat pada aspek penguasaan content knowledge, behavioral skill, dan human relation skill ” Supardi 2013: 70. Berdasarkan pendapat tersebut penilaian kinerja guru didasarkan pada penguasaan keilmuan, keterampilan tingkah laku, dan kemampuan menjalin hubungan. 28 Penilaian kinerja guru harus mampu mengeksplorasi keunggulan dan kelemahan yang dimiliki setiap guru. Kementerian Pendidikan Nasional dalam Barnawi dan Arifin 2014: 26 penilaian kinerja guru memiliki dua fungsi utama, yaitu: 1 Untuk menilai kemampuan guru dalam menerapkan kompetensi dan keterampilan yang diperlukan dalam pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah madrasah. Dengan demikian, profil kinerja yang menggambarkan kekuatan dan kelemahan guru akan teridentifikasi dan dimaknai sebagai analisis kebutuhan atau audit keterampilan untuk setiap guru yang dapat digunakan sebagai basis untuk merencanakan penilaian kinerja guru. 2 Untuk menghitung angka kredit yang diperoleh guru atas kinerja pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah madrasah yang dilakukannya pada tahun tersebut. Oleh karena itu, kegiatan penilaian kinerja dilakukan setiap tahun sebagai bagian dari proses pengembangan karir dan promosi guru untuk kenaikan pangkat dan jabatan fungsionalnya. Instrumen sebagai Alat Penilaian Kinerja Guru atau Kemampuan Guru APKG telah dikembangkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1982 dalam Supardi 2013: 71. Menurut Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2012: 10-5 penilaian kinerja guru mengacu pada dimensi tugas utama guru yang meliputi merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi 29 pembelajaran. Tugas utama tersebut diturunkan menjadi indikator kinerja yang dapat mengukur unjuk kerja guru dalam menjalankan tugasnya sebagai perwujudan dari kompetensi yang dimiliki. Rachmawati dan Daryanto 2013: 121-6 juga menjelaskan alat penilaian yang dimodifikasi oleh Departemen Pendidikan Nasional yaitu Alat Penilaian Kinerja Guru APKG meliputi: 1 rencana pembelajaran RPP, 2 prosedur pembelajaran, dan 3 hubungan antar pribadi. Uraian mengenai indikator penilaian kinerja guru dijelaskan sebagai berikut: 1 Perencanaan Pembelajaran Tahap ini berhubungan dengan kemampuan guru dalam menguasai bahan ajar melalui cara penyusunan program kegiatan pembelajaran. Hal ini dilakukan dengan kegiatan pengembangan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran RPP. Indikator perencanaan pembelajaran antara lain yaitu: menentukan tujuan pembelajaran sesuai dengan silabus dan karakteristik peserta didik, menyusun bahan ajar secara runtut, logis, kontekstual, dan mutakhir, merencanakan kegiatan pembelajaran yang efektif, menentukan media dan sumber belajar yang sesuai dengan materi dan strategi pembelajaran, dan menentukan alat evaluasi yang sesuai dengan bahan ajar. 2 Pelaksanaan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran di kelas merupakan inti penyelenggaraan pendidikan yang ditandai dengan kegiatan pengelolaan kelas, penggunaan media dan sumber belajar, dan penggunaan metode dan strategi pembelajaran. Indikator pelaksanaan pembelajaran antara lain yaitu: kemampuan membuka pembelajaran 30 yang menarik, penguasaan bahan ajar, penerapan strategi dan model pembelajaran yang efektif, kemampuan memanfaatkan media dan sumber belajar, kemampuan menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, kemampuan melakukan evaluasi pembelajaran, kemampuan menutup kegiatan pembelajaran, dan kemampuan memberikan tindak lanjut kepada siswa. 3 Penilaian pembelajaran Penilaian hasil belajar adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran dan proses pembelajaran yang telah dilakukan. Maka dari itu penilaian pembelajaran harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Guru dituntut memiliki kemampuan dalam menentukan pendekatan dan cara-cara evaluasi, penyusunan alat-alat evaluasi, pengolahan dan penggunaan hasil evaluasi. Indikator penilaian pembelajaran antara lain yaitu: guru merancang alat evaluasi untuk mengukur kemajuan dan keberhasilan belajar siswa, guru menggunakan berbagai strategi dan metode dalam melakukan penilaian, dan guru memanfaatkan hasil penilaian untuk memberikan umpan balik bagi siswa Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, 2008: 39-46. Informasi tentang hasil penilaian kinerja guru akan sangat membantu dalam upaya mengelola guru dan mengembangkannya dalam rangka mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Selain itu hasil penilaian kinerja guru dapat dijadikan dasar untuk menentukan kebijakan dalam hal promosi jabatan dan pemeberian imbalan Barnawi dan Arifin, 2014: 25. Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dijadikan indikator penilaian kinerja guru dalam penelitian ini yaitu perencanaan 31 pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran. Penilaian kinerja yang baik harus mampu menciptakan gambaran yang tepat mengenai kinerja guru yang dinilai. Penilaian tidak hanya untuk memperbaiki kinerja guru yang belum optimal, melainkan juga sebagai bahan acuan untuk meningkatkan kinerja guru. Penilaian kinerja memberikan jaminan bahwa guru dapat bekerja atau memberikan layanan yang berkualitas bagi masyarakat khususnya kepada siswa.

2.2 Kajian Empiris

Penelitian tentang pengaruh lingkungan fisik terhadap kinerja guru dalam pembelajaran di SD Daerah R.A. Kartini Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo menarik untuk diadakan penelitian lebih lanjut maupun baru. Beberapa penelitian mengenai pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja guru yang telah dilakukan dapat dijadikan kajian dalam penelitian ini adalah penelitian dari: Hendro Setyono dan Achmad Sudjadi 2009, Agni Prasetya Tartib 2013, Dwi Agung Nugroho Arianto 2013, Osriza Betri 2011, Annierah Maulana Usop, dkk 2013, Nakpodi, E.D. 2011, dan Tony Susilo Wibowo dan Fitria Handayani 2013. Hendro Setyono dan Achmad Sudjadi 2009, guru Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Patimuan Cilacap dalam jurnal penelitiannya yang berjudul ”Pengaruh Kompetensi Guru, Insentif dan Lingkungan Kerja Fisik terhadap Kinerja Guru SMA Negeri 1 Patimuan Kabupaten Cilacap”. Hasil penelitiannya yaitu kompetensi guru, insentif, dan lingkungan kerja fisik mempunyai pengaruh 32 yang positif terhadap kinerja guru. Artinya jika kompetensi guru. insentif guru, dan lingkungan kerja fisik ditingkatkan, maka akan meningkatkan kinerja guru SMA Negeri 1 Patimuan Kabupaten Cilacap. Agni Prasetya Tartib 2013 dari Universitas Komputer Indonesia dalam jurnal penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Lingkungan Kerja dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Guru pada SMP Pasundan 6 Bandung dan SMK Pasundan 3 Bandung”. Hasil penelitiannya yaitu lingkungan kerja dan Kepuasan kerja guru pada SMP Pasundan 6 Bandung dan SMK Pasundan 3 Bandung termasuk dalam kategori baik. Indikator lingkungan kerja seperti ruang gerak, dan pewarnaan dalam kategori baik. Sedangkan hubungan kerja guru kategori sangat baik. Namun ada indikator dalam kategori cukup baik yaitu indikator penerangan dan suhu. Namun ada indikator yang termasuk kategori sedang yaitu pada indikator kompensasi, pengawasan dan kondisi kerja. Kinerja guru pada SMP Pasundan 6 Bandung dan SMK Pasundan 3 Bandung dinilai termasuk dalam kategori tinggi. Indikator persentase tertinggi pada kualitas, hasil kerja, tanggung jawab serta kuantitas. Lingkungan kerja berpengaruh terhadap kepuasan kerja pada SMP Pasundan 6 dan SMK Pasundan 3 Bandung. Lingkungan kerja dan kepuasan kerja secara simultan berpengaruh terhadap kinerja guru pada SMP Pasundan 6 dan SMK Pasundan 3 Bandung sebesar 65,5 dan sisanya 34,5 dari variabel lain yang tidak diteliti. Dwi Agung Nugroho Arianto 2013 dari Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara dalam penelitiaannya yang berjudul “Pengaruh Kedisiplinan, Lingkungan Kerja dan Budaya Kerja terhadap Kinerja Tenaga Pengajar”. Hasil 33 peneltiannya yaitu bahwa lingkungan kerja dan kedisiplinan kerja tidak berpengaruh pada kinerja tenaga pengajar. Sementara itu budaya kerja memiliki pengaruh positif terhadap kinerja. Dengan demikian beberapa hipotesis tidak berhasil dibuktikan dalam penelitian ini. Ada beberapa keterbatasan yang dihadapi dalampenelitian ini, di antaranya adalah populasi terbatas yaitu hanya 30 orang, sehingga hasilnya belum dapat digeneralisasikan pada kelompok populasi dengan jumlah yang besar. Periode sampel dalam penelitian ini hanya dua tahun yaitu tahun 2009 sampai 2011 sehingga berpotensi tidak tertangkapnya gambaran yang sebenarnya atas pengaruh kedisiplinan, lingkungan dan budaya kerja terhadap kinerja tenaga pengajar. Osriza Betri 2011 dari Universitas Terbuka dalam penelitiaanya yang berjudul “Pengaruh Lingkungan Kerja, Kepemimpinan dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Guru di SMK Swasta se- Kota Batam”. Hasil penelitiannya yaitu variabel yang digunakan adalah lingkungan kerja, kepemimpinan dan budaya organisasi sebagai variabel independen X, dan kinerja guru sebagai variabel dependen Y. Data dianalisis menggunakan analisis regresi berganda, Uji t, Uji F, dan Uji Determinasi. Hasil analisis data menunjukkan bahwa Iingkungan kerja, kepemimpinan dan budaya organisasi secara bersama-sama memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja guru F hit = 126, 727. Sedangkan pengujian secara parsial menunjukkan bahwa lingkungan kerja, kepemimpinan dan budaya organisasi memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja guru dengan t hit berturut-turut sebesar 3.173, 2.150 dan 3.292. Disimpulkan bahwa Iingkungan kerja, kepemimpinan dan budaya organisasi 34 merupakan faktor yang mampu mempengaruhi kinerja guru, tetapi budaya organisasi merupakan faktor yang paling menonjol mempengaruhi kinerja guru yang seharusnya menjadi fokus perhatian otoritas pendidikan setempat. Annierah Maulana Usop, dkk 2013, jurnal internasional dalam penelitiannya yang berjudul “Work Performance and Job Satisfaction among Teachers ”. Hasil penelitiaannya menjelaskan bahwa, “This study attempted to find out the relationship of work performance and job satisfaction among teachers of Division of Cotabato City. Results stated that most teachers are 31-40 age bracket. Majority of them are females, married, earned a college degree and further master’s unit. Sixty- four percent of them had 11 to 15 years of service. Therefore, the findings, concluded that the teachers of Division of Cotabato City displays a high level of performance. They were contented with their job satisfaction facets such as school policies, supervision, pay, interpersonal relations, opportunities for promotion and growth, working conditions, work itself, achievement, recognition, and responsibility. This implies that a teacher’s satisfied with their job is also a productive one. Furthermore, if the teachers contented with their job, they will develop and maintain high level of performance. Teaching learning process make more efficient and effective that could produce high competitive learners. ” Inti dari penjelasan tersebut yaitu performa kinerja dan kepuasan kerja guru di Kota Cotabato relatif tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain: kebijakan sekolah, supervisi, gaji, hubungan interpersonal, promosi, kondisi kerja, kinerja personal, prestasi, pengakuan, dan produktivitas. Hal ini berarti jika seorang guru puas dengan pekerjaannya, guru akan mengembangkan dan mempertahankan tingkat kinerja yang tinggi. Selanjutnya penelitian oleh Nakpodia, E.D. 2011 Department of Educational administration and Policy Studies, Delta State University, Abraka – 35 Nigeria dalam penelitiaannya yang berjudul “Work Environment and Productivity among Primary School Teachers in Nigeria”. Hasil penelitiaannya menjelaskan bahwa, “It is a known fact that the quality of a teacher and his level of commitment affect the standard of his work. The standard of his work determines the quality of the performance of the children that he teaches. If the good standard of education of children must be maintain ed, teachers’ quality must be improved by improving not only his academic and professional competence but also his work environment. Motivation is a major factor for promoting productivity. Improving the work environment of primary school teachers will imp rove their productivity and educational quality.” Inti dari penjelasan tersebut yaitu untuk menciptakan standar pendidikan yang baik bagi siswa, guru haruslah mempunyai kualitas. Kualitas yang harus ditingkatkan oleh guru tidak hanya kompetensi akademik dan profesional saja, melainkan kualitas lingkungan kerjanya. Meningkatkan lingkungan kerja akan meningkatkan produktivitas dan pendidikan. Tony Susilo Wibowo dan Fitria Handayani 2013 dari Program Studi Manajemen Universitas PGRI Adi Buana Surabaya. Dalam penelitiaannya yang berjudul “Pengaruh Motivasi dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Guru di SMP Negeri 1 Taman”. Hasil penelitiannya yaitu variabel dan motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja kinerja guru SMP N 1 Taman. Hal ini dapat dilihat dari F hitung F tabel 14,137 3,35423 dengan hipotesis Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel bebas motivasi dan lingkungan kerja secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja guru. dengan melihat probabilitasnya Sig yang lebih kecil dari taraf signifikan 0,009 36 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa model persamaan tersebut diterima dan berpengaruh. Dari beberapa penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian tersebut mempunyai persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Persamaan penelitiannya terletak pada variabel bebasnya yang membahas tentang lingkungan kerja, dan variabel terikatnya yang membahas tentang kinerja guru. Adapun perbedaannya dengan beberapa penelitian di atas yaitu terletak pada subjek yang diteliti. Subjek yang diteliti pada penelitian di atas yaitu guru Sekolah Menengah Pertama SMP dan Sekolah Menengah Atas SMA, sedangkan subjek yang yng diteliti oleh peneliti yaitu guru Sekolah Dasar SD.

2.3 Kerangka Berpikir