PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK TERHADAP KINERJA GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR DAERAH BINAAN I KECAMATAN PENGADEGAN KABUPATEN PURBALINGGA

(1)

PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK TERHADAP

KINERJA GURU DALAM PEMBELAJARAN

DI SEKOLAH DASAR DAERAH BINAAN I

KECAMATAN PENGADEGAN

KABUPATEN PURBALINGGA

SKRIPSI

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

oleh Margi Purbasari

1401411062

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015


(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa isi skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat pada skripsi ini dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.


(3)

(4)

(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN Motto

Sesungguhnya kebaikan itu akan membuat wajah dan hati bercahaya, rizqi yang lapang, fisik yang kuat dan orang lain menjadi senang (Ibnu Abbas).

Betindaklah! Rencana tidak akan berhasil tanpa adanya tindakan (Tri Bayunoto).

You don’t have to be GREAT TO START, but you have to START TO BE GREAT (Zig Ziglar).

Persembahan

Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Warjono, Uwa, Padhe, Mas Roso, Mba Ruroh, Petry dan Mas Bayu serta seluruh keluargaku tercinta yang selalu memberi doa yang tulus dan semangat. Teman – teman kos dan dosen – dosen yang selalu memberi semangat dan bimbingan.


(6)

vi PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Supervisi Akademik terhadap Kinerja Guru dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar Daerah Binaan I Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga”. Maksud dan tujuan penyusunan skripsi ini untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program S1 PGSD.

Banyak pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini sehingga bisa terselesaikan. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk menjadi mahasiswa UNNES. 2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES yang

telah memberikan izin dan dukungan dalam penelitian ini.

3. Dra. Hartati, M.Pd., Ketua Jurusan PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES yang telah memberikan izin dan dukungan dalam penelitian ini.

4. Drs. Akhmad Junaedi, M.Pd., Koordinator PGSD UPP Tegal Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES yang telah memfasilitasi penulis untuk melakukan penelitian.

5. Drs. Utoyo, M.Pd., Dosen pembimbing yang telah membimbing, pengarahan, dan motivasi kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Dosen jurusan PGSD UPP Tegal Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES yang telah banyak membekali penulis dengan ilmu pengetahuan.


(7)

vii

7. Makhtum Ismail, S.Pd., Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Pengadegan yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian.

8. Nurwiyati, S.Pd. serta seluruh Kepala Sekolah, guru dan karyawan SD Negeri Dabin I Kecamatan Pengadegan yang telah mengizinkan dan membimbing penulis melakukan penelitian.

9. Teman-teman mahasiswa PGSD UPP Tegal Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES angkatan 2011 yang saling memberikan semangat dan motivasi. 10. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini.

Semoga semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini mendapatkan pahala dari Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi penulis sendiri dan masyarakat serta pembaca pada umumnya.

Tegal, Mei 2015


(8)

viii ABSTRAK

Purbasari, Margi. 2015. Pengaruh Supervisi Akademik terhadap Kinerja Guru dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar Daerah Binaan I Kecamatan

Pengadegan Kabupaten Purbalingga. Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru

Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Drs. Utoyo, M.Pd.

Kata Kunci: Kinerja Mengajar Guru; Supervisi Akademik.

Kualitas pendidikan di Indonesia masig rendah, sehingga diperlukan upaya peningkatan kinerja guru sebagai salah satu faktor yang berpengaruh terhadap efisisensi pengajaran. Pentingnya peranan guru dalam pembelajaran, maka dibutuhkan adanya upaya peningkatan kinerja guru melalui suatu pemberian bimbingan dan juga dorongan dari kepala sekolah. Bimbingan kepala sekolah terhadap guru berkenaan dengan kegiatan pembelajaran dikenal dengan istilah supervisi akademik. Adapun keinginan peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Supervisi Akademik terhadap Kinerja Guru dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar Daerah Binaan I Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga”. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh supervisi akademik terhadap kinerja guru.

Penelitian ini merupakan penelitian ex post facto. Populasi penelitian adalah seluruh guru di SD Dabin I Kecamatan Pengadegan sebanyak 99 guru, sedangkan sampel penelitian sebanyak 79 guru. Pengolahan data dimulai dengan uji validitas dan uji reliabilitas instrumen penelitian dengan menggunakan uji Cronbach’s Alpha. Selanjutnya, dilakukan uji prasyarat analisis meliputi uji normalitas dan uji linieritas. Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui status linear tidaknya suatu distribusi sebuah penelitian. Langkah terakhir adalah analisis akhir (uji hipotesis) menggunakan statistik analisis regresi sederhana, sebagai alat prediksi dalam menentukan besarnya hubungan fungional antara variabel X dengan variabel Y.

Berdasarkan uji pengaruh menunjukkan bahwa variabel supervisi akademik berpengaruh terhadap variabel kinerja guru dalam pembelajaran sebesar 23,2% dengan kriteria hubungan sedang. Artinya variabel kinerja guru mampu dijelaskan oleh variabel supervisi akademik sebesar 23,2% melalui hubungan linier Ý=75,977+0,4X. Oleh karena itu agar kinerja guru meningkat, maka supervisi akademik harus dilaksanakan secara optimal. Rekomendasi berdasarkan hasil penelitian diantaranya pada pelaksanaan supervisi akademik, kepala sekolah harus lebih memperhatikan aspek pelaksanaan supervisi, sedangkan dalam hal kinerja mengajar guru, guru harus lebih meningkatkan kinerjanya terutama dalam aspek evaluasi pembelajaran dan tindak lanjut hasil penilaian siswa.


(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 12

1.3 Pembatasan Masalah ... 12

1.4 Perumusan Masalah ... 13

1.5 Tujuan Penelitian ... 13

1.5.1 Tujuan Umum ... 13

1.5.2 Tujuan Khusus ... 13

1.6 Manfaat Penelitian ... 14

1.6.1 Manfaat Praktis ... 14

1.6.2 Manfaat Teoritis ... 14

2 KAJIAN PUSTAKA ... 16

2.1 Kerangka Teori... 16

2.1.1 Pengertian Kinerja ... 16


(10)

x

2.1.3 Penilaian Kinerja Guru dalam Pembelajaran ... 20

2.1.4 Tugas dan Peran Guru dalam Pembelajaran ... 22

2.1.5 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru ... 29

2.1.6 Pengertian Supervisi Pendidikan ... 30

2.1.7 Pengertian Supervisi Akademik ... 32

2.1.8 Tujuan dan Fungsi Supervisi Akademik ... 33

2.1.9 Pelaksanaan Supervisi Akademik ... 35

2.1.10 Prinsip – prinsip Supervisi Akademik ... 38

2.1.11 Tugas Kepala Sekolah sebagai Supervisor ... 40

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan ... 42

2.3 Kerangka Berpikir ... 44

2.4 Hipotesis ... 46

3 METODE PENELITIAN ... 48

3.1 Jenis dan Metode Penelitian ... viii

3.2 Populasi dan Sampel ... 49

3.2.1 Populasi ... 49

3.2.2 Sampel... 50

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 52

3.3.1 Variabel Penelitian ... 52

3.3.2 Definisi Operasional Variabel ... 53

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 54

3.4.1 Kuesioner/Angket ... 54

3.4.2 Dokumentasi ... 56

3.4.3 Wawancara ... 57

3.5 Instrumen Penelitian ... 57

3.5.1 Instrumen Kinerja Guru dalam pembelajaran ... 57

3.5.2 Instruumen Supervisi Akademik Kepala Sekolah ... 58

3.5.3 Uji Validitas ... 60

3.5.4 Uji Reliabilitas ... 62

3.6 Metode Analisis Data ... 64


(11)

xi

3.6.2 Analisis Deskriptif Variabel Penelitian ... 66

3.6.3 Analisis Akhir (Uji Hipotesis) ... 66

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 70

4.1 Hasil Penelitian ... 70

4.1.1 Objek Penelitian dan Deskripsi Responden ... 70

4.1.2 Analisis Deskriptif Variabel Penelitian ... 72

4.1.3 Hasil Uji Prasyarat Analisis ... 82

4.1.4 Hasil Analisis Akhir ... 84

4.2 Pembahasan ... 89

5 PENUTUP ... 99

5.1 Simpulan ... 99

5.2 Saran ... 100

5.2.1 Bagi Kepala Sekolah ... 102

5.2.2 Bagi Guru ... 103

DAFTAR PUSTAKA ... 104


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Jumlah Populasi (Guru SDN Dabin I Kecamatan Pengadegan) ... 50

3.2 Jumlah Sampel Tiap SDN Dabin I Kecamatan Pengadegan ... 52

3.3 Indikator dan Sub Indikator Supervisi Akademik ... 53

3.4 Indikator dan Sub Indikator Kinerja Guru dalam Pembelajaran ... 54

3.5 Skala Likert ... 56

3.6 Kisi – kisi Instrumen Kinerja Guru dalam Pembelajaran ... 57

3.7 Kisi – kisi Instrumen Supervisi Akademik ... 58

3.8 Hasil Uji Validitas Variabel Y (Kinerja Guru) ... 62

3.9 Hasil Uji Validitas Variabel X (Supervisi Akademik) ... 62

4.1 Data Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 71

4.2 Data Jumlah Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan ... 71

4.3 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Penelitian ... 73

4.4 Indikator dan Deskriptor Variabel Kinerja Guru ... 75

4.5 Indeks Kinerja Guru ... 78

4.6 Indeks Supervisi Akademik ... 80

4.7 Nilai Indeks Variabel Peneliian ... 82

4.8 Hasil Uji Normalitas Data (Kolmogorof Smirnov) ... 83

4.9 Hasil Uji Linieritas Data (Test Of Linearity) ... 84


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Berpikir ... 43 3.1 Desain Penelitian ... 49


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Daftar Nama Guru SDN Dabin I ... 106

2 Rekapitulasi Uji Coba Instrumen Variabel Kinerja Guru ... 109

3 Rekapitulasi Uji Coba Instrumen Variabel Supervisi Akademik ... 110

4 Hasil Uji Validitas Kinerja Guru ... 111

5 Hasil Uji Validitas Supervisi Akademik ... 113

6 Hasil Uji Reliabilitas Kinerja Guru ... 115

7 Hasil Uji Reliabilitas Supervisi Akademik ... 116

8 Angket Penlitian ... 117

9 Rekapitulasi Angket Kinerja Guru ... 126

10 Rekapitulasi Angket Supervisi Akademik ... 129

11 Hasil Uji Normalitas Data ... 132

12 Hasil Uji Linieritas Data ... 133

13 Hasil uji Regresi Linier Sederhana ... 135

14 Hasil Perhitungan Indeks Item Variabel Kinerja Guru ... 136

15 Hasil Perhitungan Indeks Item Variabel Supervisi Akademik ... 138

16 Catatan lapangan Hasil Wawancara ... 140

17 Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian ... 144

18 Surat Permohonan Ijin Penelitian Dari Koordinator PGSD Tegal... 145

19 Surat Permohonan Ijin Penelitian KESBANGPOL ... 146

20 Surat Permohonan Ijin Penelitian BAPPEDA ... 147

21 Surat Ijin Penelitian Dinas Pendidikan ... 148


(15)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan ini, akan diuraikan tentang hal – hal yang mendasari pelaksanaan penelitian. Peneliti akan memaparkan hal – hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian serta manfaat penelitian. Uraian selengkapnya dijelaskan sebagai berikut:

1.1

Latar Belakang Masalah

Pendidikan di Indonesia selalu mendapatkan perhatian dari banyak pihak, dan banyak tanggapan yang serupa, bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih jauh tertinggal dari negara lain. Kualitas pendidikan Indonesia di kancah dunia masih sangat rendah, terbukti kualitas pendidikan Indonesia berada di rangking dua dari bawah versi Programme for International Assesment (PISA) yang dipublikasikan pada bulan Januari tahun 2014. Dengan kondisi tersebut, Indonesia terus mengupayakan pencapaian kualitas pendidikan terbaik dengan melakukan pembenahan dan perbaikan di berbagai aspek yang berkaitan dengan bidang pendidikan.

Pembenahan dan perbaikan diantaranya dilakukan dengan pengembangan kurikulum, pembenahan media pembelajaran dan sarana belajar lainnya, serta tak terkecuali dilakukan pembenahan pada kualitas pendidik dan tenaga kependidikan. Berbagai upaya pembenahan dan perbaikan pada aspek – aspek pendidikan, Indonesia masih harus bekerja keras dalam memperbaiki kualitas


(16)

pendidikan demi tercapainya tujuan negara seperti yang tertulis pada Pembukaan Undang - undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, “… mencerdaskan kehidupan bangsa…”. Dengan dilakukan pembenahan dan perbaikan pada aspek pendukung kualitas pendidikan, diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

Rendahnya kualitas pendidikan disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya seperti efektivitas pendidikan di Indonesia, efisiensi pengajaran, sarana dan prasarana pembelajaran, serta prestasi siswa. Faktor pertama yang menjadi penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia berkaitan dengan efektivitas pendidikan. Pendidikan yang efektif adalah pelaksanaan pendidikan yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat mencapai tujuan belajar sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian, pendidik (yang selanjutnya dalam tulisan ini disebut guru) dituntut untuk dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran, agar siswa mendapatkan pengetahuan dan mampu menerapkan pengetahuan tersebut di kehidupannya.

Faktor lain yang menjadi penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah efisiensi pengajaran. Hal ini berkaitan dengan biaya pendidikan, waktu yang digunakan untuk pendidikan, serta kualitas guru dalam kegiatan pembelajaran. Ketersediaaan dan kondisi sarana prasarana sekolah, serta prestasi belajar siswa juga ikut berpengaruh terhadap kualitas pendidikan. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa sarana prasarana sekolah di Indonesia masih belum tersedia dengan baik, bahkan masih banyak bangunan sekolah yang tak layak pakai. Beberapa faktor penyebab rendahnya kualitas pendidikan tersebut, terdapat


(17)

satu hal yang menjadi sorotan dalam penelitian ini yaitu faktor yang berkaitan dengan mutu atau kualitas guru.

Guru berperan langsung dalam peningkatan kualitas pendidikan, karena guru memiliki tugas sebagai pengajar yang dalam kegiatan pembelajaran guru berinteraksi langsung dengan sasaran pendidikan, yaitu siswa. Guru merupakan salah satu akses bagi siswa untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan. Guru melaksanakan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar siswa, guru juga bertugas untuk memastikan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan, sehingga siswa dapat memahami materi pelajaran dan siswa diharapkan dapat menerapkan pengetahuan yang diperoleh dari kegiatan belajar tesebut dalam kehidupan bermasyarakat.

Seorang guru tidak hanya bertugas menyampaikan suatu materi, apalagi saat ini pendidikan di Indonesia lebih menekankan pada proses pembelajaran yang mengaktifkan siswa. Dalam pembelajaran dengan mengaktifkan siswa, guru dituntut dapat memunculkan ide – ide kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa tertarik mengikuti pembelajaran dan memotivasi siswa untuk memperluas wawasannya dengan belajar. Untuk dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menarik bagi siswa, guru harus mempersiapkan segala sesuatu yang mendukung kegiatan pembelajaran secara matang, dengan mempertimbangkan kondisi kelas, ketersediaan media yang dibutuhkan untuk mendukung proses pembelajaran, serta menerapkan metode belajar yang sesuai dengan materi pelajaran dan karakteristik siswa yang dihadapi guru. Merencanakan kegiatan pembelajaran secara matang, dapat menciptakan proses


(18)

pembelajaran yang menyenangkan bukan lagi kegiatan yang selalu sama setiap harinya dan membosankan bagi siswa. Dengan kemampuan guru mengaktifkan siswa dalam kegiatan pembelajaran, serta hasil belajar dan prestasi siswa yang baik, membuktikan bahwa guru tersebut memiliki kemampuan yang baik.

Kemampuan guru dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang pendidik tentunya dituntut agar terus dilakukan perbaikan dan meningkatkan kualitasnya. Hal ini berkaitan dengan tugas guru yang amat berat, dimana guru tidak hanya bertugas untuk mengajarkan pengetahuan, namun juga bertanggungjawab untuk mendidik siswa menjadi warga negara yang baik dan turut serta untuk memajukan negara. Tugas sebagai guru bukan sekedar sebuah pekerjaan, namun merupakan sebuah profesi, yang mana sebuah profesi menghendaki tindak lanjut berupa profesionalisasi. Perlunya profesionalisasi dalam pendidikan, secara tidak langsung mewajibkan seluruh anggota profesi (guru) harus meningkatkan kemampuannya untuk memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat melalui dunia pendidikan.

Melalui profesionalisasi inilah diharapkan nantinya dapat menghasilkan guru yang lebih berkualitas. Seorang guru yang profesional dan berkualitas dapat dilihat melalui kinerjanya. Asf dan Mustofa (2013: 156), memaparkan bahwa kinerja guru adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seorang guru di lembaga pendidikan atau madrasah sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya dalam mencapai tujuan pendidikan. Guru yang profesional berarti guru yang memenuhi syarat profesi guru, yaitu guru yang memiliki kompetensi profesional, kompetensi personal, kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian. Kompetensi –


(19)

kompetensi tersebut berkenaan dengan pengetahuan yang luas, kepribadian yang patut diteladani, serta kemampuan interaksi dan hidup bermasyarakat dengan baik.

Meningkatkan kinerja guru melalui program profesionalisasi sudah bukan hal asing lagi bagi guru, namun kenyataannya profesionalisasi masih belum maksimal dilaksanakan. Dibutuhkan adanya suatu dorongan atau bimbingan dan semacam “pancingan” bagi guru untuk melakukan perbaikan. Dorongan atau bimbingan bagi guru untuk melaksanakan evaluasi dan usaha profesionalisasi dapat dilakukan oleh seorang pemimpin di lembaga tempatnya bekerja, dalam hal ini seorang pemimpin yang dimaksud adalah kepala sekolah. Kepala sekolah hendaknya dapat menjadi sosok yang berkontribusi langsung dalam upaya profesionalisasi dan meningkatkan kinerja guru. Bimbingan atau dorongan yang diberikan kepala sekolah kepada guru lebih dikenal dengan istilah supervisi. Adanya bimbingan dari kepala sekolah diharapkan muncul motivasi dalam diri guru sehingga dapat mengatasi permasalahan yang mungkin selama ini dihadapi dalam kegiatan pembelajaran. Dengan begitu kinerja mengajar guru meningkat, yang pada akhirnya berdampak pada meningkatnya kualitas kegiatan pembelajaran dan tercapainya hasil serta prestasi belajar siswa secara optimal. Jika kita telaah lebih jauh, manfaat dari bimbingan atau disebut dengan supervisi oleh kepala sekolah adalah meningkatnya kualitas pendidikan Indonesia. Dengan demikian upaya meningkatkan kualitas pendidikan bukan hanya menjadi tanggung jawab guru, namun juga tanggung jawab kepala sekolah. Seperti yang dijelaskan oleh Asf dan Mustofa (2013: 5) bahwa, “… bobroknya penyelengaraan pendidikan telah menggurita ke dalam sistem. Tidak hanya disebabkan oleh para


(20)

guru yang kerap kali dituding tidak profesional, tetapi juga para pemangku jabatan lain termasuk supervisor”. Pada pernyataan tersebut, disebutkan istilah supervisor yang merupakan sebutan bagi orang yang melakukan supervisi. Pelaksana supervisi di suatu sekolah adalah kepala sekolah. Supervisi merupakan layanan berupa bimbingan yang diberikan oleh seorang supervisor kepada karyawan atau staf kerjanya, sehingga jelas bahwa kepala sekolah sebagai supervisor memiliki tugas untuk memberikan layanan berupa bimbingan atau bantuan kepada guru untuk dapat meningkatkan kinerjanya sebagai pengajar.

Willes (1987) dalam Asf dan Mustofa (2013: 26), menyatakan

Supervision is assistance in the development of better teaching learning

situation”. Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi pembelajaran yang lebih baik. Situasi belajar yang dimaksud adalah situasi belajar yang memperhatikan tujuan, materi ajar, teknik pembelajaran, metode pembelajaran, guru, siswa dan lingkungan belajar. Hal – hal yang termasuk dalam situasi belajar tersebut yang harus mendapatkan perhatian dari seorang supervisor untuk dapat membantu guru dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas sebagai seorang guru yang profesional, demi terciptanya kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien.

Layaknya seorang guru, dengan melakukan evaluasi terhadap siswa untuk mengetahui sejauh mana pemahaman yang diperoleh siswa dalam kegiatan belajar yang telah dilakukan, guru dapat menentukan tindakan selanjutnya dalam proses pembelajaran, baik berupa kegiatan pengayaan maupun kegiatan perbaikan. Guru dimungkinkan menjumpai kondisi bahwa siswa telah memahami materi pelajaran


(21)

dengan baik, namun dapat pula guru menghadapi situasi sebaliknya, yaitu masih dijumpai siswa yang kesulitan menguasai materi. Bagi siswa yang belum menguasai materi dengan baik, maka guru harus melaksanakan kegiatan perbaikan sedangkan bagi siswa yang telah menguasai materi dengan baik, maka dapat dilakukan kegiatan pengayaan, yaitu kegiatan yang mendukung siswa untuk memperluas pengetahuannya.

Begitu pula dengan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, sudah seharusnya dilakukan evaluasi dan guru diberikan bimbingan secara tepat agar dapat memperbaiki kekurangan – kekurangan yang dijumpai dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan pemberian bimbingan ini dilakukan oleh seorang yang bertanggungjawab sebagai seorang pemimpin di sekolah tempat guru tersebut mengajar, yaitu kepala sekolah.

Seperti penjelasan pada bagian sebelumnya, bahwa kegiatan supervisi bertujuan membimbing guru untuk mengatasi kesulitan atau hambatan yang dihadapi guru dalam pembelajaran. Seorang kepala sekolah tidak cukup dengan hanya mengetahui hambatan dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru, namun juga bertugas memberikan bimbingan dan dorongan bagi guru untuk melaksanakan perbaikan serta pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran sesuai kurikulum yang berlaku. Sesuai peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 13 Tahun 2007 tentang standar kepala sekolah/madrasah pasal 1 ayat (2), bahwa kepala sekolah harus memiliki kompetensi manajerial untuk dapat mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal. Dalam peraturan yang sama, dijelaskan pula kompetensi


(22)

supervisi kepala sekolah untuk merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.

Pelaksanaan supervisi yang merupakan upaya supervisor dalam membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran disebut dengan supervisi akademik. Supervisi akademik oleh kepala sekolah merupakan upaya pemberian bimbingan di banyak aspek, seperti membimbing guru dalam menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan baik, membimbing guru dalam mengelola media pembelajaran, membimbing guru dalam memilih strategi atau metode maupun teknik pembelajaran yang tepat untuk mengembangkan potensi siswa, serta memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi informasi yang saat ini terus berkembang. Beberapa contoh bimbingan kepala sekolah kepada guru sebagai bentuk pelaksanaan supervisi akademik tersebut jika dilihat secara garis besar merupakan bimbingan kepala sekolah yang berkaitan dengan rangkaian kegiatan pembelajaran yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, serta hubungan antar pribadi yang ikut serta dalam pembelajaran. Bimbingan oleh kepala sekolah terhadap guru agar mampu mengatasi kesulitan atau hambatan yang dihadapinya dalam kegiatan pembelajaran sebagai salah satu upaya untuk mendukung perbaikan dan peningkatan kualitas kerja guru.

Meskipun kepala sekolah dan guru memahami pentingnya pelaksanaan supervisi akademik, namun pada kenyataannya pelaksanaan supervisi menjadi hal yang sulit untuk dilaksanakan mengingat tugas kepala sekolah bukan hanya bertugas di dalam lingkup sekolah, namun juga bertugas di luar lingkup sekolah.


(23)

Faktor manajemen waktu menjadi hal yang paling mendasar penyebab tidak maksimalnya pelaksanaan supervisi akademik. Terlebih lagi pelaksanaan supervisi akademik memiliki prinsip dilaksanakan secara berkesinambungan atau kontinuitas, yang artinya supervisi akademik harus dilakukan dengan periode waktu tertentu. Pelaksanaan supervisi akademik yang dilaksanakan secara berkesinambungan hendaknya oleh kepala sekolah dijadikan sebagai cara untuk memantau peningkatan kinerja guru dalam kegiatan pembelajaran.

Wawancara yang peneliti lakukan dengan narasumber Bapak Kusno, S.Pd.SD, kepala sekolah di SDN 2 Tegalpingen, Kecamatan Pengadegan menyampaikan, “Kesulitan yang dihadapi kepala sekolah sehingga tidak dapat melaksanakan supervisi akademik di sekolahnya adalah karena banyaknya tugas yang dibebankan pada kepala sekolah, hal ini berakibat kepala sekolah kesulitan dalam manajemen waktu”. Pernyataan tersebut menunjukkan pada kita semua, bahwa kepala sekolah kesulitan menjalankan salah satu tugasnya yaitu sebagai supervisor. Hal ini bertentangan dengan peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No 13 Tahun 2007 tentang standar kepala sekolah/madrasah, yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, bahwa kepala sekolah memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan supervisi akademik. Jika setiap kepala sekolah melaksanakan supervisi akademik dengan baik, maka harapan setiap orang untuk memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia dapat tercapai melalui perbaikan dan peningkatan kinerja guru.

Pemaparan di atas diperkuat dengan adanya penelitian terdahulu yang berjudul Implementasi Supervisi Akademik terhadap Proses Pembelajaran di


(24)

Sekolah Dasar Se-Kabupaten Sumedang oleh Ali Sudin (2008). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan supervisi pada seluruh mata pelajaran belum berjalan optimal, hal ini terbukti dari persentase yang diperoleh sebesar 45,27%. Dilihat dari segi pelaksanaan supervisi yang menyangkut aspek pengelolaan pembelajaran berada pada kategori cukup, yaitu 56,37%, sedangkan pelaksanaan supervisi yang menyangkut aspek peningkatan kemampuan akademik guru dalam pembelajaran berada pada kategori cukup yaitu 41%. Lain halnya dengan pelaksanaan supervisi yang menyangkut aspek pengembangan profesi sebagai guru mata pelajaran oleh supervisor berada dalam kategori kurang yaitu 35,97%. Dengan hasil penelitian tersebut, Ali Sudin menyimpulkan bahwa dengan melaksanakan supervisi terhadap proses pembelajaran akan dapat meningkatkan proses belajar mengajar di sekolah dasar.

Hasil penelitian lain dengan judul Pengaruh Layanan Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi terhadap Kinerja Guru Pendidikan Jasmani (Studi pada Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Majalengka) oleh Nursih (2007) menunjukkan bahwa, layanan supervisi kepala sekolah dan motivasi berprestasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru yang ditunjukkan dengan angka kontribusi sebesar 79,1% sedangkan sisanya 20,9% ditentukan oleh variabel lain seperti sarana dan prasarana, kompetensi guru, dan disiplin guru. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, Nursih merekomendasikan layanan supervisi kepala sekolah terhadap guru dilaksanakan secara terus menerus.

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Yati Ruhayati (2009) dengan judul Kontribusi Layanan Supervisi, Kepemimpinan Kepala Sekolah, dan Fasilitas


(25)

Pembelajaran terhadap Kinerja Guru Pendidikan Jasmani SMPN Se-Kota Cimahi. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa layanan supervisi terhadap kinerja guru mempunyai kontribusi sebesar 73,45%, kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru sebesar 31,36%, dan fasilitas pembelajaran terhadap kinerja guru sebesar 33,2%.

Beberapa penelitian yang telah disebutkan merupakan penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti terhadap variabel penelitian yang sama, namun menyatakan hasil yang berbeda - beda. Hal ini menjadi salah satu alasan bagi peneliti untuk mengetahui pengaruh supervisi akademik oleh kepala sekolah terhadap kinerja guru. Selain berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, juga berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan bab IV tentang Standar Proses Pasal 19 dijelaskan pada ayat (3) setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Sesuai peraturan pemerintah tersebut, peneliti berupaya untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pelakasanan supervisi akademik oleh kepala sekolah terhadap kualitas kinerja guru dalam pembelajaran, sehingga diharapkan setelah diketahui hasil penelitian ini, dapat ditindak lanjuti dengan tindakan yang tepat demi meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah penelitian, maka peneliti ingin mengkaji secara ilmiah dengan melaksanakan sebuah penelitian yang berjudul “Pengaruh Supervisi Akademik terhadap Kinerja Guru dalam


(26)

Pembelajaran di Sekolah Dasar Daerah Binaan I Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga”.

1.2

Identifikasi Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah penelitian pada bagian sebelumnya, peneliti dapat mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1) Adanya kendala atau hambatan yang dihadapi kepala sekolah untuk melaksanakan supervisi akademik.

2) Kinerja guru sekolah dasar di Daerah Binaan I Kecamatan Pengadegan belum terukur.

3) Kepala sekolah belum menjalankan perannya sebagai supervisor dengan baik, sehingga bimbingan yang diberikan kepada guru belum optimal.

1.3

Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam suatu penelitian berfungsi untuk membatasi permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian. Jika masalah penelitian tidak dibatasi, maka dimungkinkan kajian dalam penelitian terlalu luas dan tidak dapat dibahas secara mendalam, sehingga diperlukan pembatasan masalah untuk menghindari kesalah pahaman maksud penelitian.

Kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran perlu ditingkatkan secara berkelanjutan. Peningkatan kinerja guru dapat diketahui jika dilakukan evaluasi dan ditindaklanjuti dengan pemberian bimbingan. Evaluasi dan pemberian bimbingan terhadap guru dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah satu tugas kepala sekolah sebagai supervisor. Supervisor bertanggungjawab atas pelaksanaan pengawasan terhadap komponen – komponen di sekolah, salah


(27)

satunya adalah bertanggungjawab mengawasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, yang selanjutnya membutuhkan adanya bimbingan dari kepala sekolah. Bimbingan ini dikenal dengan supervisi akademik. Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan masalah penelitian berupa pengaruh pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah (X) terhadap kinerja guru dalam pembelajaran (Y) di Sekolah Dasar Daerah Binaan I Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga.

1.4

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diketahui rumusan masalah penelitian ini, yaitu bagaimana pengaruh supervisi akademik kepala sekolah terhadap kinerja guru dalam pembelajaran di Sekolah Dasar Daerah Binaan I Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga.

1.5

Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki dua macam tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus sebagai berikut:

1.5.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran umum pengaruh supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru Sekolah Dasar Daerah Binaan I Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga.

1.5.2 Tujuan Khusus

Untuk menganalisis dan mendeskripsikan pengaruh pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah terhadap kinerja guru dalam pembelajaran di Sekolah Dasar Daerah Binaan I Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga.


(28)

1.6

Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis maupun praktis. Manfaat teoritis artinya, hasil penelitian bermanfaat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Berbeda dengan manfaat teoritis, manfaat praktis yaitu manfaat yang diperoleh berbagai pihak untuk memperbaiki kinerja, terutama bagi peneliti, guru, siswa, dan kepala sekolah. Penjelasan lebih lanjut mengenai manfaat teoritis dan praktis akan dijelaskan sebagai berikut:

1.6.1 Manfaat Teoritis

Secara teori, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pelengkap referensi ilmiah dalam bidang manajemen pendidikan, khususnya berkaitan dengan pelaksanaan supervisi akademik dan kinerja guru dalam pembelajaran. 1.6.2 Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:

1.6.2.1Bagi Guru

Meningkatnya kinerjanya untuk menjadi guru yang profesional, yaitu guru yang mampu menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien.

1.6.2.2 Bagi Siswa

Meningkatnya kualitas pembelajaran di sekolah dengan adanya upaya perbaikan dan peningkatan kualitas pada diri guru.

1.6.2.3Bagi Kepala Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi kepala sekolah sebagai rujukan kepala sekolah untuk melaksanakan supervisi akademik dan meningkatkan kinerja guru.


(29)

1.6.2.4Bagi Peneliti

Memberikan informasi awal dan dijadikan sebagai bahan masukan dalam penelitian lebih lanjut.


(30)

(31)

17

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1

Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan pemaparan teori – teori yang digunakan dalam penelitian. Teori - teori yang dijadikan landasan dalam penelitian ini, meliputi pengertian kinerja, kinerja guru dalam pembelajaran, penilaian kinerja guru dalam pembelajaran, tugas dan peran guru dalam pembelajaran, faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja guru, pengertian supervisi pendidikan, pengertian supervisi akademik, tujuan dan fungsi supervisi akademik, pelaksanaan supervisi akademik, prinsip – prinsip supervisi akademik, dan tugas kepala sekolah sebagai supervisor. 2.1.1 Pengertian Kinerja

Istilah kinerja sering digunakan di lembaga/instansi atau perusahaan – perusahaan, yang di dalamnya terdapat pemimpin dan karyawan. Kinerja banyak digambarkan sebagai apa yang dikerjakan dan bagaimana hasil suatu pekerjaan itu dilakukan. Seorang karyawan dikatakan memiliki kinerja yang bagus atau baik jika dalam melaksanakan tugasnya dilakukan sesuai aturan dan mendapatkan hasil pekerjaan yang memuaskan.

Kinerja merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, job performace atau

work performance yang juga bermakna prestasi kerja. Dalam Kamus Inggris -

Indonesia (Echols dan Shadily: 425), performance dapat diartikan sebagai pertunjukkan, perbuatan, prestasi atau hasil, serta pelaksanaan. Pengertian kinerja menurut Departemen Pendidikan Nasional kinerja diartikan sebagai gambaran


(32)

kondisi sejauh mana pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan program, atau tujuan organisasi. Kinerja seorang pegawai berkaitan dengan unjuk kerja, hasil kerja, prestasi yang diperlihatkan pada waktu tertentu sebagai bentuk tanggungjawab atas pekerjaan atau profesi yang diembannya.

Supardi (2013: 47) menjelaskan pengertian kinerja adalah hasil kerja yang telah dicapai oleh seseorang dalam suatu organisasi dalam rangka bekerja untuk mencapai tujuan berdasarkan atas standarisasi atau ukuran dan waktu yang disesuaikan dengan jenis pekerjaannya dan sesuai dengan norma dan etika yang telah ditetapkan.

Demikian pula dengan Susanto (2014: 29) mengatakan kinerja

(performance) dapat dipahami sebagai prestasi, hasil atau kemampuan yang

dicapai atau diperlihatkan dalam pelaksanaan kerja, kewajiban, atau tugas. Hal tersebut menjelaskan bahwa kinerja memiliki banyak dimensi, meliputi apa yang dikerjakan, bagaimana mengerjakannya dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli mengenai kinerja, dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan hasil, prestasi dan juga pelaksanaan tugas – tugas yang menjadi tanggung jawab seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan. Kinerja dikatakan baik, bukan hanya dilihat dari hasil pekerjaannya, namun dilihat mulai dari proses pengerjaan dan juga kemampuan pekerjanya.

2.1.2 Kinerja Guru Dalam Pembelajaran

Kinerja erat hubungannya dengan sumber daya manusia, dimana kinerja menunjukkan pelaksanaan suatu kegiatan atau program dan juga hasil yang


(33)

dimunculkan dari pelaksanaan suatu kegiatan atau program oleh seseorang yang memiliki sumber daya manusia yang baik. Merujuk pada kualitas sumber daya manusia di Indonesia yang masih tertinggal dibandingkan dengan negara lainnya, maka agar mampu bersaing di era global upaya yang tepat untuk menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas adalah melalui pendidikan.

Banyak pihak yang berperan dengan pelaksanaan pendidikan di Indonesia, seperti Kementerian Pendidikan, Departemen Pendidikan Nasional, pengawas, kepala sekolah, guru serta tenaga kependidikan lainnya. Banyaknya pihak yang bergerak dalam pelaksanaan pendidikan sudah seharusnya untuk saling bahu – membahu meningkatkan kinerja untuk dapat mencapai hasil yang optimal. Dalam pelaksanaan pendidikan, guru sebagai pihak terdepan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Guru sebagai pihak yang berperan dalam kegiatan mendidik, mengajar dan melatih siswa. Siswa merupakan cikal bakal sumber daya manusia yang masih harus diolah, maka seorang guru hendaknya mampu mengolah pribadi dan kemampuan siswa untuk menjadikan siswa menjadi manusia yang kreatif dan inovatif, sehingga di masa yang akan datang, siswa menjadi generasi penerus dengan sumber daya manusia yang berkualitas.

Seperti pemaparan di atas, bahwa guru berperan dalam membentuk sumber daya manusia yang berkualitas, maka sebagai seorang guru hendaknya memiliki kinerja yang baik. Kinerja guru tidak hanya dilihat saat atau selama pelaksanaan pembelajaran dalam kelas. Guru memiliki tanggung jawab lain seperti bimbingan konseling bagi siswa, membantu perlengkapan administrasi sekolah, pengembangan bakat dan potensi siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler, dan


(34)

tanggung jawab lainnya. Banyaknya tanggung jawab yang harus dilaksanakan seorang guru, menjelaskan kembali bahwa profesi menjadi seorang guru bukanlah hal mudah, terlebih lagi guru sebagai pendidik, pengajar dan pelatih merupakan tanggung jawab yang besar. Guru bertanggung jawab untuk mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai – nilai hidup, seperti pengembangan budi pekerti, semangat, rasa kesusilaaan, dan lain – lainnya. Guru bertanggung jawab untuk mengajar yang berarti guru hendaknya mampu memberi pelajaran tentang berbagai ilmu pengetahuan yang bermanfaat meningkatkan kemampuan intelektualnya, dengan kata lain guru bertugas mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, guru juga bertanggungjawab untuk melatih siswa, maksud dari melatih siswa adalah guru mampu memberikan keterampilan tertentu pada siswa dan berusaha mengembangkan keterampilan tersebut menjadi pembiasaan dalam bertindak (Sutomo, 2011: 5).

Guru sebagai pendidik, pengajar dan pelatih merupakan tanggungjawab dalam pelaksanaan pembelajaran dalam kelas. Kemampuan guru dalam rangkaian kegiatan pembelajaran meliputi kemampuan mengelola kelas dan melaksanakan kegiatan pembelajaran. Kedua hal tersebut merupakan hal yang dijadikan sebagai tolak ukur kinerja seorang guru dalam pembelajaran.

Beberapa ahli mengemukakan pengertian dari kinerja guru, diantaranya Asf dan Mustofa (2013: 156) yang menyatakan bahwa kinerja guru adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seorang guru di lembaga pendidikan atau madrasah sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya dalam mencapai tujuan pendidikan.


(35)

Susanto (2014: 29) menjelaskan kinerja guru dapat diartikan sebagai prestasi, hasil, atau kemampuan yang dicapai atau diperlihatkan oleh guru dalam melaksanakan tugas pendidikan dan pengajaran.

Berdasarkan pengertian kinerja guru di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja guru merupakan hasil, prestasi dan pelaksanaan tugas seorang guru dalam menjalankan tanggungjawabnya sebagai pendidik, pengajar, dan pelatih bagi siswanya.

2.1.3 Penilaian Kinerja Guru Dalam Pembelajaran

Untuk mengetahui sejauh mana pencapaian kinerja seorang guru, maka dibutuhkan adanya suatu sistem penilaian dan juga pengawasan. Penilaian dan pengawasan ini bertujuan untuk memantau pelaksanaan tugas guru, dengan demikian dapat meminimalisir kekurangan atau permasalahan yang dihadapi guru dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai tenaga kependidikan. Penilaian kinerja guru juga sebagai cerminan sejauh mana kontribusi seorang guru dalam menyelesaikan tugas – tugas yang menjadi tanggungjawabnya. Hal ini dapat dijadikan sebagai cambuk bagi para guru untuk terus meningkatkan dan memperbaiki kinerjanya, dan implikasinya pada peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.

Asf dan Mustofa (2013: 158) memaparkan penilaian terhadap kinerja guru merupakan suatu upaya untuk mengetahui kecakapan maksimal yang dimiliki oleh guru berkenaan dengan proses dan hasil pelaksanaan pekerjaannya. Pada pernyataan tersebut dijelaskan bahwa inti pelaksanaan penilaian kinerja guru adalah “untuk mengetahui kecakapan maksimal yang dimiliki oleh guru” dalam


(36)

melaksanakan pekerjaannya. Pemahaman terhadap kecakapan maksimal yang dimiliki seorang guru dapat dijadikan sebagai alasan agar guru menyadari kelemahan atau kekurangan kinerjanya sebagai guru, khususunya kinerja dalam melaksanakan pembelajaran. Dengan demikian, jika guru mengetahui dan memahami kekurangan atau kelemahan yang ada pada dirinya melalui penilaian kinerja, maka diharapkan guru dapat memperbaiki kekurangan atau kelemahan tersebut. Selain itu, jika guru mengetahui kualitas mengajar masing - masing dapat memotivasi baik bagi diri sendiri maupun guru lain untuk mencapai tujuan menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien.

Departemen pendidikan nasional (Depdiknas) (2000) menyebutkan beberapa manfaat adanya penilaian kinerja guru antara lain: a) pengembangan staf melalui in-service training; b) pengembangan karier melalui in-service training; c) hubungan yang semakin baik antara staf dan pemimpin; d) pengetahuan lebih mendalam tentang sekolah dan pribadi; e) hubungan produktif antara penilaian dengan perencanaan dan pengembangan sekolah; f) kesempatan belajar yang lebih baik bagi siswa; serta g) peningkatan moral dan efisiensi sekolah.

Pemaparan mengenai penilaian kinerja guru di atas, dapat dipahami bahwa guru hendaknya senantiasa memenuhi tanggungjawabnya dan terus meningkatkan kualitas kinerjanya. Peningkatan kinerja guru, khususnya kinerja pada pelaksanaan pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan kualitas belajar siswa dan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, efektif dan efisien, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pencapaian tujuan pembelajaran secara optimal serta kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien mampu


(37)

meningkatkan hasil belajar dan prestasi siswa, sehingga kualitas sumber daya manusia (siswa) sebagai generasi penerus bangsa dapat terasah dengan maksimal. 2.1.4 Tugas dan Peran Guru dalam Pembelajaran

Sesuai dengan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan) No. 26/Menpan/1989, pasal 1 ayat (1) (1989: 9), guru adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawab oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan tugas pendidikan di sekolah.

Begitu pula yang tertera pada Undang – undang Nomor 25 tahun 2005 tentang Program Pembangunan Nasional yang berisi Perintisan Pembentukan Badan Akreditasi dan Sertifikasi Mengajar di daerah. Maksud undang – undang tersebut adalah sebagai upaya peningkatan kualitas tenaga kependidikan secara nasional memalui standarisasi kompetensi guru.

Menurut Asf dan Mustofa (2013: 175) “… tugas guru yang paling utama dalam proses pelaksanaan belajar mengajar meliputi (1) tugas guru sebagai demonstrator; (2) sebagai pengelola kelas; (3) sebagai moderator dan fasilitator; (4) sebagai evaluator”.

Lain halnya dengan Slameto (2013: 97) menyebutkan tugas guru adalah (1) mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang; (2) memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai; (3) membantu perkembangan aspek – aspek pribadi seperti sikap, nilai – nilai, dan penyesuaian diri.

Berikut ini peran guru dalam pembelajaran mengacu pada kajian peran guru menurut Satori (2010: 3.1):


(38)

1) Peran guru dalam memahami siswa sebagai dasar pembelajaran, peran ini berkaitan dengan pemahaman guru terhadap karakteristik siswa. Pemahaman guru terhadap karakteristik siswa menjadi hal penting berkaitan dengan pengembangan isi ilmu pengetahuan atau materi pelajaran dan strategi pembelajaran. Dalam mengembangkan materi pelajaran dan strategi pembelajaran harus memperhatikan aspek – aspek perkembangan siswa yang meliputi perkembangan fisik dan motorik, kognitif, pribadi dan sosial.

2) Peran guru dalam pengembangan rancangan pembelajaran. Dalam menyusun sebuah rancangan pembelajaran harus dikembangkan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan siswa. Tujuan pembelajaran menjadi tolak ukur untuk memilih bahan ajar, merancang isi pembelajaran, mengembangkan prosedur pembelajaran, dan mempersiapkan tes dan ujian. Adapun kegiatan dalam menyusun rancangan pembelajaran mencakup analisis kurikulum, penyiapan tujuan instruksional, kegiatan yang diarahkan untuk mencapai tujuan, serta perencanaan evaluasi.

3) Peran guru dalam pelaksanaan pembelajaran dan manajemen kelas. Seperti yang kita ketahui bahwa harapan bagi setiap guru untuk dapat mewujudkan pembelajaran yang efektif. Pembelajaran efektif dapat ditunjukkan dengan kondisi belajar yang kondusif. Pembelajaran kondusif sendiri dapat terlaksana jika guru memperhatikan lingkungan belajar yang tertata dan terkelola dengan baik, penataan dan pengelolaan lingkungan fisik kelas lebih dikenal dengan istilah manajemen kelas. Manajemen kelas merupakan salah satu prasyarat berlangsungnya proses pembelajaran efektif dan manajemen kelas juga


(39)

berpengaruh pada perilaku guru dan siswa, karena penataan ruang kelas dapat dikondisikan untuk menciptakan kedekatan hubungan pribadi siswa dengan guru atau sebaliknya, penataan ruang kelas yang menciptakan adanya jarak antara siswa dengan guru. Penataan kelas akan mempengaruhi keterlibatan dan partisipasi siswa, dan penataan secara fisik harus sesuai dengan tujuan pembelajaran, sehingga diperlukan perencanaan yang matang sebelum pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

4) Peran guru dalam evaluasi pembelajaran berkaitan dengan kemampuan guru untuk memberikan keputusan atau tindak lanjut berdasarkan pertimbangan nilai yang diperoleh siswa. Jika evaluasi dilaksanakan untuk memperoleh informasi tentang pencapaian belajar siswa, maka tugas guru selanjutnya adalah memberikan keputusan atau tindak lanjut sesuai dengan nilai pencapaian belajar siswa tersebut. Jelas bahwa tugas guru dalam kegiatan pembelajaran tidak berhenti pada proses penilaian, namun harus dilanjutkan dengan memberikan tindak lanjut yang tepat bagi masing – masing siswa. Pemberian tindak lanjut harus memperhatikan karakteristik siswa dan juga kemampuan siswa.

Demikian pula dengan Susanto (2014: 34) yang menjelaskan bahwa sebagai pengajar, tugas guru meliputi merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan mengevaluasi pembelajaran. Berikut penjelasan selengkapnya: 1. Merencanakan pembelajaran

Penyusunan perencanaan pembelajaran dapat membantu guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran yang dikehendaki. Perencanaan pembelajaran dapat memperkirakan tindakan yang akan dilakukan guru saat pembelajaran.


(40)

Susanto (2014: 40) menyebutkan bahwa unsur – unsur yang sangat penting dalam rencana pembelajaran adalah sebagai berikut: (a) apa yang akan diajarkan; (b) bagaimana mengajarkannya; dan (c) bagaimana mengevaluasi belajar siswa. Berikut ini pemaparan unsur – unsur dalam rencana pembelajaran.

(a) Menentukan bahan pembelajaran dan merumuskan tujuan dan indikator pembelajaran. Dalam menyusun rencana pembelajaran salah satu unsur pentingnya adalah menentukan penggunaan bahan pembelajaran yang harus menyesuaikan dengan Standar Isi dan Kompetensi. Standar Isi dan kompetensi dapat dilihat dari dokumen kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang dikeluarkan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Depdiknas atau silabus yang dikembangkan oleh sekolah masing – masing. Hal ini juga dijelaskan dalam Sagala (2012: 23):

Guru dalam melaksanakan tugas pokoknya sebagai pengajar, pemimpin, model, dan manajer kelas, mampu menyusun silabus mengacu pada standar isi, dan menyusun rencana pembelajaran mengacu pada silabus, serta mengimplementasikannya dalam kegiatan belajar dan mengajar.

Perumusan indikator dinyatakan dengan jelas sehingga tidak menimbulkan tafsiran ganda. Indikator disusun secara logis, dari yang mudah ke yang sukar, atau dari yang sederhana ke yang kompleks.

(b) Mengembangkan dan mengorganisasikan materi, media (alat bantu pembelajaran), dan sumber belajar. Dalam mengembangkan dan mengorganisasikan materi harus disesuaikan dengan Standar Isi dan Kompetensi Dasar. Selain itu, dalam mengembangkan dan mengorganisasikan materi juga harus memperhatikan urutan materi yang


(41)

sistematik, materi disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan siswa, serta mengikuti informasi yang aktual (sesuai dengan perkembangan terakhir dalam bidangnya). Penentuan media (alat bantu) pembelajaran didasarkan pada segala sesuatu yang digunakan untuk menyajikan bahan pembelajaran sehingga memudahkan siswa belajar, dengan adanya media sebagai wujud konkrit untuk menjelaskan suatu materi pelajaran. Selain itu, media (alat bantu) pembelajaran perlu direncanakan karena harus memperhatikan ketersediaan media (alat bantu), kondisi media (alat bantu) serta pemahaman cara penggunaan media (alat bantu) pembelajaran.

(c) Merencanakan skenario kegiatan pembelajaran. Penyusunan skenario merupakan langkah – langkah pembelajaran meliputi pendahuluan, kegiatan inti atau meyampaikan materi pelajaran, dan penutup. Setiap langkah yang dilakukan harus memperhatikan alokasi waktu agar tujuan pembelajaran tersampaikan dengan batas waktu yang tersedia, namun tetap mengutamakan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Adapun alokasi waktu yang disarankan dalam melaksanakan pembelajaran adalah 10% untuk kegiatan pendahuluan, 75% kegiatan inti pembelajaran, dan 15% untuk kegiatan penutup. Dengan pengalokasian waktu setiap langkah pembelajaran ini dapat membantu pelaksanaan pembelajaran yang efektif dan efisien, langkah – langkah yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran menjadi lebih tertata. Selain itu, pembelajaran efektif ditandai partisipasi aktif siswa, sehingga untuk memotivasi siswa belajar aktif diperlukan rencana pembelajaran, karena disesuaikan dengan karakteristik dan kemampuan siswa.


(42)

(d) Merencanakan prosedur, jenis, dan menyiapkan alat penilaian. Prosedur penilaian direncanakan agar penilaian oleh guru dapat dilaksan2akan secara sistematis, baik penilaian proses maupun penilaian akhir. Alat penilaian juga membantu guru untuk mengetahui sejauh mana pencapaian indikator pembelajaran yang dilaksanakan.

2. Melaksanakan Pembelajaran

Melaksanakan pembelajaran berarti melaksanakan tahapan – tahapan sesuai dengan rencana pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan membuka pembelajaran, memulai kegiatan pembelajaran, dan mengakhiri kegiatan pembelajaran.

Kegiatan pendahuluan pembelajaran biasanya dilakukan dengan memeriksa kehadiran siswa, memeriksa ketersediaan alat tulis, dan memastikan siswa siap untuk mengikuti pembelajaran. Memulai kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan menjelaskan tujuan pembelajaran yang diharapkan muncul pada diri siswa setelah pembelajaran. Adapun cara guru membuka pembelajaran dengan melakukan upaya penjembatanan antara apa yang telah dipahami siswa dengan yang akan dipelajarinya (dengan cara bernyanyi, pertanyaan, cerita kasus, permainan, dan lain sebagainya).

Langkah selanjutnya adalah pelaksanaan pembelajaran yang meliputi penyampaian materi pelajaran, pengelolaan siswa dalam kelas, penggunaan alokasi waktu setiap tahapan pembelajaran, penggunaan media/alat bantu pembelajaran, serta penggunaan sumber belajar. Hal ini menekankan kembali bahwa penyusunan perencanaan pembelajaran merupakan hal yang penting demi


(43)

pelaksanaan pembelajaran yang efektif. Selama pelaksanaan pmbelajaran guru selalu melakukan interaksi dengan siswa, dengan cara interaksi yang tepat, yaitu sesuai dengan karakter dan kemampuan siswa.

Mengakhiri kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan merangkum, meninjau ulang, memberikan penegasan untuk hal – hal yang dianggap sebagai inti pelajaran atau dapat dilakukan dengan memberikan tindak lanjut atas pembelajaran yang dilakukan.

3. Mengevaluasi Pembelajaran

Evaluasi pembelajaran, dapat dilakukan dengan prosedur penilaian proses dan penilaian hasil akhir pembelajaran. Penilaian dalam proses pembelajaran bertujuan mendapatkan balikan mengenai tahap pencapaian tujuan selama proses pembelajaran. Penilaian pada akhir proses pembelajaran bertujuan mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran. Jenis penilaian yang diterapkan juga bervariasi dapat dengan tes lisan, tes tetulis, maupun tes perbuatan.

Demikian pula dengan hubungan antar pribadi dalam kelas guru harus menciptakan suasana pembelajaran yang mendukung sehingga segala hal yang akan dikomunikasikan dapat dimengerti dan dipahami siswa. Selain itu, hubungan antar pribadi merupakan hal yang sangat penting mengingat komunikasi yang lancar, suasana yang baik, dan keadaan yang kondusif akan memperlancar siswa dalam menangkap dan menyerap materi pelajaran. Dalam pembelajaran, hubungan antar pribadi dapat dilihat dari kemampuan guru mengembangkan sikap positif siswa, bersikap terbuka, menampilkan kegairahan dalam mengajar, serta mengelola interaksi perilaku kelas, selain itu dapat pula ditunjukkan dengan


(44)

keaktifan siswa selama mengikuti pembelajaran, sehingga memungkinkan dicapainya tujuan pengajaran.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa pelaksanaan tugas guru sebagai wujud tanggung jawab dan juga sebagai gambaran kinerja seorang guru bukan hanya dilihat dari kemampuan melaksanakan pembelajaran, karena hubungan guru dengan siswa juga merupakan aspek yang tak kalah penting. Pola interaksi guru dengan siswa dapat dilihat pada kemampuan guru dalam bersikap dan berperilaku dengan siswa. Menurut Satori (2010: 3.16-7) pola interaksi guru dengan siswa dapat terjadi seperti guru secara cepat merespon kebutuhan, keinginan, dan pesan yang disampaikan siswa; guru mengembangkan berbagai kesempatan bagi siswa untuk berkomunikasi, karena siswa memperoleh keterampilan berkomunikasi melalui mendengar dan penggunaan bahasa, serta wawasan; guru memberikan kemudahan bagi pencapaian tugas perkembangan melalui pemberian dukungan, pemberian perhatian, sentuhan fisik, dan dorongan – dorongan verbal berupa pujian dan sanjungan.

2.1.5 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru

Asf dan Mustofa (2013: 160) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang dapat berasal dari dalam individu itu sendiri seperti motivasi, keterampilan, dan juga pendidikan, juga faktor dari luar individu seperti iklim kerja, tingkat gaji, dan lain sebagainya.

Malthis dan Jackson dalam Asf dan Mustofa (2013: 159) menyatakan ada tiga faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan, yaitu kemampuan, usaha yang dicurahkan, dan dukungan organisasi. Ketiga hal tersebut memiliki hubungan


(45)

yang saling berkesinambungan. Kinerja akan meningkat apabila ketiga komponen tersebut ada dalam diri guru. Akan tetapi, kinerja akan berkurang apabila salah satu komponen ini dikurangi atau tidak ada.

Kinerja (Performance/P) = Kemampuan (Ability/A) x Usaha (Effort/E) x Dukungan (Support/S)

Berdasarkan faktor – faktor tersebut, dapat dikatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja guru meliputi aspek yang berasal dalam diri guru, dan juga aspek yang berasal dari luar. Faktor yang berasal dari dalam diri guru dapat dilihat dengan adanya motivasi, pengetahuan atau pendidikan minimal yang ditempuh, juga keterampilan dalam mengerjakan tugasnya sebagai seorang guru. Faktor dari luar yang mempengaruhi kinerja guru adalah adanya dukungan dari organisasai atau lembaga tempatnya bekerja. Guru bertugas di sekolah, sehingga salah satu faktor luar yang ikut memberi pengaruh terhadap kineja guru adalah adanya pemimpin yang tepat. Pemimpin di sekolah adalah kepala sekolah, yang tanggung jawabnya begitu besar, dan juga banyak tugas yang harus dilakukan sebagai seorang kepala sekolah. Kepala sekolah mampu mempengaruhi kinerja guru karena salah satu tugas kepala sekolah adalah melaksanakan supervisi akademik, sebagai salah satu upaya membimbing guru untuk meningkatkan kinerjanya dalam pembelajaran.

2.1.6 Pengertian Supervisi Pendidikan

Kompetensi yang hendaknya dimiliki kepala sekolah/madrasah sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah, meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi


(46)

manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi, dan kompetensi sosial. Merujuk pada aturan tersebut, dalam penulisan kajian penelitian ini membahas lebih dalam mengenai kompetensi supervisi oleh kepala sekolah. Berikut ini pengertian supervisi yang dipaparkan oleh beberapa ahli:

Fathurrohman dan Suryana (2011) mengatakan supervisi pendidikan adalah layanan profesional dari atasan atau pimpinan untuk membantu guru agar semakin meningkatkan kualitas diri dan kualitas pelaksanaan tugasnya. Pernyataan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

Supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. Supervisi yang merupakan bantuan dari para pemimpin sekolah kepada guru – guru dan personel sekolah lainnya untuk mencapai tujuan pendidikan. (Purwanto, 2012: 76)

Begitu pula dijelaskan oleh Pidarta (2009: 2) supervisi pendidikan adalah kegiatan membina para pendidik dalam mengembangkan proses pembelajaran, termasuk segala unsur penunjangnya. Serupa dengan pendapat Pidarta, Sagala (2012: 89) juga menegaskan bahwa supervisi pendidikan adalah pemberian bantuan bagi guru guna memperbaiki situasi belajar mengajar dan meningkatkan kualitas mengajar untuk membantu siswa agar lebih baik dalam belajar.

Berdasarkan uraian pengertian supervisi di atas dapat disimpulkan bahwa maksud utama dari pelaksanaan supervisi adalah untuk memberikan pelayanan yang tepat bagi guru yang mana layanan ini merupakan bantuan, dorongan atau bimbingan sebagai salah satu cara kepala sekolah untuk membantu guru agar dapat melaksanakan tugasnya dalam mengajar untuk menciptakan pembelajaran


(47)

yang efektif dan efisien. Supervisi sebagai upaya untuk membantu guru memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran dan diharapkan hasil belajar siswa dapat meningkat.

2.1.7 Pengertian Supervisi Akademik

Seperti yang telah dipaparkan di atas, sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah, kepala sekolah hendaknya berkompeten dalam melaksanakan supervisi yang pelaksanaannnya meliputi beberapa tahapan sebagai berikut: (1) merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru; (2) melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik yang tepat; (3) menindaklanjuti hasil supervisi terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.

Berikut penjelasan pengertian supervisi akademik menurut beberapa ahli: menurut Fathurrohman dan Suryana (2011) supervisi akademik atau disebut juga dengan supervisi pengajaran adalah kegiatan supervisi terhadap guru – guru dan kepala sekolah dalam rangka memperbaiki kualitas pengajaran.

Sagala (2012: 106) menyatakan supervisi akademik adalah bantuan dan pelayanan yang diberikan kepada guru agar mau terus belajar, meningkatkan kualitas pembelajarannya, menumbuhkan kreativitas guru memperbaiki bersama - sama dengan cara melakukan seleksi dan revisi tujuan – tujuan pendidikan, bahan pengajaran, model dan metode pengajaran, dan evaluasi pengajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, pendidikan, dan kurikulum dalam perkembangan dari belajar mengajar dengan baik agar memperoleh hasil yang lebih baik.

Menurut Daresch (1889) dalam bahan pembelajaran Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS) Indonesia (2011: 4),


(48)

supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Supervisi akademik tidak terlepas dari penilaian kinerja guru dalam mengelola pembelajaran.

Pemaparan pengertian supervisi akademik menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa supervisi akademik merupakan layanan bantuan terhadap guru oleh supervisor (kepala sekolah) dalam melaksanakan dan mengelola pembelajaran, membantu guru mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran dan membimbing guru untuk meningkatkan kualitas mengajar, sehingga guru dapat mencapai kinerja mengajar yang lebih baik lagi.

2.1.8 Tujuan dan Fungsi Supervisi Akademik

Supervisi akademik merupakan layanan bantuan yang dilakukan kepala sekolah terhadap guru. Layanan yang dilakukan berupa bantuan kepala sekolah mengatasi permasalahan yang dihadapi guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Merujuk pada pengertian supervisi akademik tersebut, dapat kita ketahui bahwa tujuan supervisi akademik ditekankan pada perbaikan proses belajar mengajar dengan meningkatkan kualitas guru sebagai pengajar.

Seperti pendapat Sagala (2012: 105) tujuan supervisi adalah untuk membantu guru meningkatkan kemampuannya agar menjadi guru yang lebih baik dan profesional dalam melaksanakan pengajaran. Berdasarkan pada tujuan supervisi akademik yang disebutkan Sagala dapat kita pahami pelaksanaan supervisi akademik meliputi tiga tugas utama guru dalam melaksanakan


(49)

pembelajaran, yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan mengevaluasi hasil pembelajaran.

Menurut Purwanto (2012: 77) tujuan supervisi adalah perbaikan dan perkembangan proses belajar mengajar secara total; ini berarti bahwa tujuan supervisi tidak hanya untuk memperbaiki mutu mengajar guru, tetapi juga membina pertumbuhan profesi guru dalam arti luas termasuk di dalamnya pengadaan fasilitas yang menunjang kelancaran proses belajar mengajar, peningkatan mutu pengetahuan dan keterampilan guru – guru, pemberian bimbingan dan pembinaan dalam hal implementasi kurikulum, pemilihan dan penggunaan metode mengajar, alat – alat pelajaran, prosedur dan teknik evalusi pengajaran, dan sebagainya.

Dalam bahan pembelajaran Supervisi Akademik yang ditulis Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (2011: 4) menyebutkan tujuan supervisi akademik adalah: (1) membantu guru mengembangkan kompetensinya; (2) mengembangkan kurikulum; (3) mengembangkan kelompok kerja guru, dan membimbing penelitian tindakan kelas (PTK).

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan tujuan pelaksanaan supervisi akademik untuk membantu guru memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran dan membimbing guru untuk meningkatkan kinerja mengajarnya. Dengan layanan bantuan serta bimbingan dari supervisor kepada guru diharapkan muncul perbaikan kinerja guru sehingga terjadi peningkatan pada proses pembelajaran.

Adapun fungsi supervisi akademik yang dipaparkan beberapa ahli, Sagala (2012: 106) fungsi supervisi akademik atau supervisi pengajaran adalah memberikan pelayanan supervisi pengajaran kepada guru untuk menumbuhkan


(50)

proses belajar mengajar yang berkualitas baik, menyenangkan, inovatif dan dapat menjaga keseimbangan pelaksanaan tugas staf mengajar.

Imron (2011: 12) menyatakan fungsi supervisi akademik adalah layanan bantuan atau bimbingan profesioal untuk menumbuhkan iklim bagi perbaikan proses dan hasil belajar melalui serangkaian upaya supervisi terhadap guru – guru.

Fahthurrohman dan Suryana (2011) menjelaskan fungsi supervisi akademik sebagai salah satu upaya yang paling berpengaruh langsung dalam peningkatan kualitas pendidikan, selain itu supervisi akademik juga merupakan strategi supervisi kinerja guru dalam peningkatan mutu profesional guru yang langsung akan mempengaruhi kualitas pendidikan.

Beberapa pendapat ahli berkenaan dengan fungsi supervisi akademik dapat disimpulkan bahwa fungsi supervisi akademik merupakan layanan untuk membantu atau membimbing agar guru dapat meningkatkan kualitas mutu pembelajaran yang dilaksanakan guru di dalam kelas.

2.1.9 Pelaksanaan Supervisi Akademik

Pelaksanaan supervisi oleh supervisor bertujuan untuk membantu guru dalam mengatasi permasalahannya dalam kegiatan pembelajaran seperti penggunaan model, strategi serta metode mengajar, penyampaian materi, penggunaan media/alat bantu belajar, komunikasi dengan siswa, dan permasalahan dalam kegiatan lainnya yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

Supervisi akademik dapat dilaksanakan dengan beberapa teknik. Teknik – teknik supervisi akademik terdiri dari beberapa jenis, dengan tujuan agar


(51)

supervisor dapat menggunakan teknik supervisi yang tepat menyesuaikan dengan permasalahan yang dihadapi oleh guru. Berikut ini beberapa teknik yang dapat diterapkan pada pelaksanaan supervisi akademik.

Dalam bahan pembelajaran supervisi akademik yang disusun oleh Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS) (2011: 10), teknik supervisi terdiri atas teknik supervisi individual dan teknik supervisi kelompok. Teknik supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi perseorangan terhadap guru, adapun macamnya seperti (1) kunjungan kelas, (2) observasi kelas, (3) pertemuan individual, (4) kunjungan antarkelas, dan (5) menilai diri sendiri. Pelaksanaan supervisi individual dilakukan dengan maksud agar guru dan kepala sekolah dapat saling bertukar pikiran atas permasalahan yang dihadapi guru, sehingga tindak lanjut yang diberikan kepala sekolah sesuai dengan permasalahan serta kemampuan guru yang disupervisi.

Teknik supervisi berkelompok menurut Sagala (2012: 175) antara lain: (1) pertemuan orientasi; (2) rapat guru latih; (3) studi kelompok antara guru latih; (4) diskusi sebagai proses kelompok; (5) tukar – menukar pengalaman; (6) lokakarya; (7) diskusi panel; (8) seminar; (9) simposium; (10) demonstrasi mengajar; (11) perpuatakaan jabatan; (12) buletin supervisi; (13) membaca langsung; (14) mengikuti kursus; (15) organisasi jabatan; (16) laboratorium kurikulum; dan (17) perjalanan sekolah (field trips). Melihat dari banyaknya jenis teknik supervisi, pelaksanaan supervisi hendaknya menggunakan teknik yang tepat, yaitu yang sesuai dengan kebutuhan, sesuai dengan karakteristik supervisor dan sasaran yang


(52)

disupervisi, yang terpenting adalah pemilihan teknik demi mencapai tujuan dari supervisi akademik.

Langkah – langkah pelaksanaan supervisi akademik sekolah meliputi persiapan atau tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dan tindak lanjut (Asf dan Mustofa, 2013: 55-6). Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

(1) Tahap persiapan atau perencanaan merupakan tahap di mana supervisor merencanakan waktu, sasaran, dan cara yang akan diterapkan selama melakukan supervisi. Pada tahap persiapan juga tercermin kegiatan supervisi secara keseluruhan, sehingga supervisor hendaknya melibatkan atau berkoordinasi dengan pihak – pihak terkait dalam pelaksanaan supervisi.

(2) Tahap pelaksanaan yang disebut juga tahap pengamatan adalah cara kepala sekolah untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Pelaksanaan supervisi hendaknya dilakukan secara berkesinambungan, misalnya dilihat dari segi waktu pelaksanaan, supervisi dilaksanakan di awal dan di akhir semester, hal tersebut dimaksudkan sebagai perbandingan. Dalam melaksanakan supervisi, kepala sekolah juga harus memperhatikan aspek yang harus disupervisi, memahami instrumen yang digunakan dalam supervisi, serta memiliki wawasan yang luas karena supervisi dimaksudkan untuk memberi bantuan, membimbing atau membina guru dalam mengajar.

(3) Tahap evaluasi/penilaian dan tindak lanjut adalah tahapan terakhir pada rangkaian kegiatan supervisi akademik oleh kepala sekolah. Penilaian pada kegiatan supervisi adalah penilaian terhadap pelaksanaan kegiatan supervisi, dapat dilihat berdasarkan ketepatan instrumen yang digunakan, keterlaksanaan program


(53)

supervisi, hasil supervisi, dan kendala yang dihadapi selama pelaksanaan kegiatan supervisi. Sementara tahap tindak lanjut merupakan langkah pembinaan program supervisi. Pada tahap tindak lanjut, kepala sekolah bersama guru mengadakan pertemuan untuk membicarakan hasil pengamatan yang dilakukan kepala sekolah, apakah terdapat kekurangan saat guru melaksanakan pembelajaran, dapat pula guru mengungkapkan permasalahan yang mungkin selama ini dihadapi dalam pembelajaran, sehingga guru dan kepala sekolah dapat bertukar pikiran mengenai permasalahan yang berkaitan dengan pembelajaran, sehingga kepala sekolah dapat memberikan solusi yang tepat bagi guru. Dapat pula tindak lanjut yang diberikan kepada guru yaitu diikutkan dalam pelatihan, workshop, seminar, studi lebih lanjut dan lain – lain.

Uraian mengenai teknik dan langkah –langkah dalam melaksanakan supervisi di atas menunjukkan bahwa kepala sekolah sebagai supervisor dalam melaksanakan supervisi akademik hendaknya menyesuaikan teknik dengan permasalahan yang dihadapi guru. Teknik supervisi akademik baik berkelompok maupun individual tak lepas dari tujuan utama pelaksanaan supervisi, yaitu membantu guru meningkatkan kualitas mengajar. Pelaksanaan supervisi akan berjalan dengan baik, jika pelaksanaan supervisi mendapat dukungan dari seluruh pihak terkait, serta penguasaan kepala sekolah terhadap substansi materi supervisi akademik.

2.1.10 Prinsip – prinsip Supervisi Akademik

Agar supervisi akademik dilaksanakan secara efektif dan efisien harus berpedoman pada prinsip – prinsip yang mendasarinya. Sutomo (2011: 113)


(54)

menyebutkan prinsip supervisi akademik terdiri dari: (1) praktis yang artinya supervisi akademik dilaksanakan sesuai dengan situasi dan kondisi; (2) fungsional maksudnya berfungsi sebagai sumber informasi; (3) relevansi, artinya supervisi akademik dilaksanakan sesuai dan menunjang pelaksanaan yang berlaku; (4) ilmiah yang berarti supervisi akademik harus terprogram dan berkesinambungan, obyektif, menggunakan prosedur atau instrumen yang valid; (5) supervisi akademik harus memiliki prinsip demokrasi maksudnya adalah mengutamakan musyawarah untuk menemukan mufakat; (6) kooperatif atau bekerjasama; (7) konstruktif dan kreatif.

Melengkapi pendapat tersebut, Rifai dalam Purwanto (2012: 117-8) berpendapat bahwa supervisi akademik memiliki prinsip – prinsip sebagai berikut: (1) supervisi hendaknya bersifat konstruktif dan kreatif, yaitu pada yang dibimbing dan diawasi harus dapat menimbulkan dorongan untuk bekerja; (2) supervisi harus didasarkan atas keadaan dan kenyataan yang sebenar-benarnya, realistis, dan mudah dilaksanakan; (3) supervisi harus sederhana dan informal dalam pelaksanaannya; (4) supervisi harus dapat memberikan perasaan aman pada guru – guru; (5) supervisi harus didasarkan atas hubungan professional, bukan atas dasar hubungan pribadi; (6) harus memperhitungkan kesanggupan, sikap, dan kondisi guru – guru; (7) supervisi tidak bersifat memaksa (otoriter); (8) tidak boleh didasarkan atas kekuasaan pangkat. kedudukan atau kekuasaan pribadi; (9) tidak boleh mencari – cari kesalahan dan kekurangan; (10) supervisi tidak dapat terlalu cepat mengharapkan hasil, sehingga membutuhkan kesabaran (11) supervisi hendaknya bersifat preventif (mencegah munculnya hal – hal negatif),


(55)

korektif (memperbaiki kesalahan yang telah terjadi), dan kooperatif (kesalahan dan kekurangan diperbaiki secara bersama – sama oleh supervisor dan guru).

Berdasarkan penjelasan prinsip – prinsip supervisi akademik di atas, maka dapat disimpulkan dalam melaksanakan supervisi akademik harus direncanakan secara matang, meluruskan tujuan dari supervisi akademik yaitu untuk memperbaiki kualitas kinerja guru dan bukan mencari kesalahan guru dalam kegiatan pembelajaran, serta tak kalah pentingnya hasil supervisi akademik dikomunikasikan oleh supervisor kepada guru untuk dibahas secara bersama – sama sehingga guru mendapat bimbingan yang tepat dan jelas.

2.1.11 Tugas Kepala Sekolah sebagai Supervisor

Pelaksana kegiatan supervisi disebut supervisor, yang dapat diperankan oleh pengawas, manajer, direktur atau kepala sekolah, administrator atau evaluator. Dalam kajian penelitian ini, supervisor yang dimaksud adalah kepala sekolah, sesuai dengan Permendiknas Nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah. Sagala (2012: 103) memaparkan bahwa tugas supervisor adalah meningkatkan kualitas aktivitas pembelajaran, mengembangkan kurikulum, dan mengevaluasi pembelajaran agar terus menerus menjadi semakin baik dan berkualitas. Hal tersebut juga dijelaskan oleh Purwanto (2012: 75):

Tugas kewajiban kepala sekolah, di samping mengatur jalannya sekolah, juga harus dapat bekerjasama dan berhubungan erat dengan masyarakat. Ia berkewajiban membangkitkan semangat staf guru – guru dan pegawai sekolah untuk bekerja lebih baik; membangun dan memelihara kekeluargaan, kekompakan dan persatuan antara guru – guru, pegawai dan murid – muridnya; mengembangkan kurikulum sekolah, mengetahui rencana sekolah dan tahu bagaimana menjalankannya; memperhatikan dan mengusahakan kesejahtearaan guru – guru dan pegawai – pegawainya.


(56)

Tugas utama kepala sekolah sebagai supervisor menurut Gwyn dalam (Sutomo, 2011: 111) meliputi tugas untuk: (1) membantu guru mengerti dan memahami para siswa, (2) membantu mengembangkan dan meperbaiki segala hal yang berkaitan dengan profesionalisasi guru, (3) membantu seluruh staf sekolah agar lebih efektif dalam melaksanakan proses belajar mengajar, (4) membantu guru meningkatkan cara mengajar yang efektif, (5) membantu guru secara individual, (6) membantu guru agar dapat menilai siswa lebih baik, (7) menstimulir guru agar dapat menilai diri dan pekerjaannya, (8) membantu guru agar merasa bergairah dalam pekerjaannya dengan penuh rasa aman, (9) membantu guru dalam melaksanakan kurikulum di sekolah, (10) membantu guru agar dapat memberikan informasi yang seluas – luasnya kepada masyarakat tentang kemajuan sekolahnya.

Pidarta (2009: 19) menyebutkan bahwa posisi kepala sekolah sebagai supervisor memiliki tugas untuk membina para guru menjadi professional, yang diperhatikan dan dikembangkan. Pembinaan terhadap guru meliputi aspek pribadi guru, peningkatan profesi yang kontinu, proses pembelajaran, penguasaan materi pelajaran, keragaman kemampuan guru, keragaman daerah, serta kemampuan guru kerja sama dengan masyarakat.

Supervisor hendaknya mampu melakukan pembinaan dan pengembangan yang meliputi pemberian bantuan atau bimbingan kepada guru berkaitan dengan proses pembelajaran yang berkualitas agar menghasilkan prestasi belajar siswa yang memuaskan. Supervisor juga memberikan nasehat kepada guru untuk menjalankan pembelajaran yang efektif. Selain itu, kepala sekolah juga hendaknya melakukan tindak lanjut dengan melaporkan perkembangan dan hasil supervisi.


(57)

Tugas supervisor yang telah disebutkan di atas merupakan bagian dari fungsi – fungsi supervisi akademik yang menjadi kewajiban kepala sekolah sebagai supervisor di sekolah. Untuk itu agar dapat melaksanakan tugas supervisi, kepala sekolah harus memiliki bekal kemampuan secara personal maupun secara profesional, sifat – sifat dan pengetahuan yang sesuai dengan profesinya sebagai supervisor.

2.2

Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa temuan penelitian relevan yang meneliti keterkaitan antara pelaksanaan supervisi akademik oleh kepala sekolah terhadap kinerja guru telah banyak dipublikasikan. Penelitian berkaitan dengan pelaksanaan supervisi akademik antara lain sebagai berikut.

Penelitian dengan judul “Implementasi Supervisi Akademik terhadap Proses Pembelajaran di Sekolah Dasar Se-Kabupaten Sumedang oleh Ali Sudin” tahun 2008. Hasil penelitian ini menyimpulan bahwa pelaksanaan supervisi dalam seluruh mata pelajaran belum berjalan optimal, hal ini terbukti dari persentase yang diperoleh sebesar 45,27%. Secara pelaksanaan supervisi yang meyangkut aspek pengelolaan pembelajaran berada dalam kategori cukup yaitu 56,37%. Pelaksanaan supervisi yang menyangkut aspek peningkatan kemampuan akademik guru dalam pembelajaran berada dalam kategori cukup yaitu 41%.

Hasil penelitian lainnya merupakan penelitian yang dilakukan oleh Janar Teta (2011) dengan judul, “The Influence of Influence Supervise Headmaster and Facility Teach to Performance Learn in SMA Negeri 2 Sukoharjo School in


(58)

of the principal supervision (X1) toward the teacher’s works (Y) is 70,2 % and the

contribution relative teaching facilities toward the teacher’s works is 29,8%. For

effectiveness supervision of the principal (X1) toward studying performance in

administration lesson (Y) is 50,9 % and the teaching facilities (X2) toward the

teacher’s works (Y) is 21,6 %. (Pengaruh supervisi kepala sekolah (X1) terhadap kinerja guru (Y) adalah 70,2 % dan besar pengaruh fasilitas mengajar terhadap kinerja guru adalah sebesar 29,8 %. Efektivitas supervisi kepala sekolah (X1) terhadap pelaksanaan pembelajaran (Y) adalah 50,9 % dan fasilitas mengajar (X2) terhadap kinerja guru (Y) adalah 21,6 %).

Dalam penelitian tersebut, Janar Teta menjelaskan bahwa dengan supervisi kepala sekolah yang tepat dan fasilitas pembelajaran yang memadai sesuai dengan kebutuhan guru, maka kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan kinerja dari guru dapat optimal dalam peranannya sebagai fasilitator kegiatan pembelajaran di dalam kelas.

Demikian pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Hertien Kurniawaty Suheri (2013) dengan judul Pengaruh Supervisi Akademik Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi terhadap Kinerja Mengajar Guru SMA Negeri di Kabupaten Suba. Hasil penelitian ini adalah: (1) Supervisi Akademik Kepala sekolah yang telah terlaksana di SMAN Kabupaten Subang termasuk pada kategori tinggi, (2) Kondisi Iklim Organisasi yang terdapat di SMAN se-Kabupaten Subang termasuk pada kategori tinggi, (3) Kinerja Mengajar Guru PNS yang berada di SMAN se-Kabupaten Subang termasuk pada kategori tinggi, (4) Supervisi Akademik Kepala Sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja


(59)

mengajar guru, (5) Iklim Organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Mengajar Guru, (6) Supervisi Akademik Kepala Sekolah dan iklim Organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Mengajar Guru.

Dari pemaparan hasil penelitian terdahulu, relevan dengan judul penelitian ini yang memiliki variabel penelitian yang serupa, yaitu supervisi akademik oleh kepala sekolah sebagai variabel bebas dan kinerja mengajar guru sebagai variabel terikat. Adanya penelitian sebelumnya yang relevan menjadi alasan peneliti untuk melakukan penelitian tentang supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah terhadap kinerja guru dalam pembelajaran, khususnya di Sekolah Dasar Daerah Binaan I Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga.

2.3

Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir dalam penelitian menjelaskan secara teoritis model konseptual variabel – variabel penelitian, tentang bagaimana pertautan teori – teori yang berkaitan dengan variabel yang akan diteliti.

Kepala sekolah sebagai seorang supervisor di sekolah, hendaknya dapat meningkatkan kinerja para guru sebagai tenaga pendidik demi mencapai tujuan pendidikan dan juga untuk memperbaiki kualitas pendidikan melalui perbaikan kualitas profesional seorang guru. Dengan supervisi yang tepat dari seorang kepala sekolah, maka diharapkan berkurangnya permasalan yang dihadapi guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran sehngga tercipta pembelajaran yang efektif dan efisien, serta meningkatnya kualitas kinerja guru.

Supervisi atau layanan bimbingan merupakan salah satu tugas seorang kepala sekolah sebagai seorang pemimpin di sekolah. Supervisi adalah aktivitas


(60)

menentukan kondisi/syarat – syarat yang esensial yang akan menjamin tercapainya tujuan – tujuan pendidikan (Purwanto, 2012: 115).

Tugas kepala sekolah sebagai supervisor hendaknya mampu meneliti, mencari, dan menentukan hal – hal apa saja yang diperlukan bagi kemajuan sekolahnya sehingga tujuan – tujuan pendidikan di sekolah itu dapat tercapai semaksimal mungkin. Kepala sekolah harus memahami aspek yang sudah dimiliki atau dipenuhi sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan dan hal yang belum dimiliki atau belum terpenuhi sehingga perlu diusahakan untuk memenuhi kekurangan tersebut. Supervisi yang dilakukan tentu saja berupa pengamatan dan secara luas merupakan layanan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran dan segala hal yang menunjang kelancaran pembelajaran dalam kelas. Kelancaran pembelajaran tentunya akan berimbas pula pada prestasi belajar siswa. Kualitas pendidikan yang baik ditandai dengan berkualitasnya kinerja guru dan meningkatnya prestasi belajar siswa. Hal tersebut dapat terwujud dengan dukungan berbagai pihak termasuk adanya seorang supervisor yang berkualitas.

Secara garis besar, supervisi akademik yang ditugaskan kepada kepala sekolah sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 tahun 2007, yang menyatakan bahwa pelaksanaan suervisi akademik terdiri dari tiga tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Lain halnya dengan kinerja guru dalam pembelajaran yang terdiri dari empat aspek utama, yaitu perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan hubungan antar pribadi dalam kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, pengaruh antara kedua variabel dapat dilihat dari indikator pada masing – masing variabel.


(61)

Berikut ini adalah kerangka berpikir pengaruh supervisi akademik terhadap kinerja guru dalam pembelajaran di Sekolah Dasar Daerah Binaan I Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga yang disajikan dalam bentuk bagan.

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir

2.4

Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. (Sugiyono, 2011: 96). Berikut hipotesis yang dimunculkan dalam penelitian ini.

Ho : Tidak ada pengaruh supervisi akademik terhadap kinerja guru dalam pembelajaran di Sekolah Dasar Daerah Binaan I Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga.

Supervisi Akademik Kepala Sekolah

Kinerja Guru dalam Pembelajaran Perencanaan

Pelaksanaan

Tindak Lanjut

Perencanaan Pembelajaran

Pelaksanaan Pembelajaran

Evaluasi Pembelajaran

Hubungan Antar Pribadi

dalam Kegiatan Pembelajaran


(62)

Ha : Ada pengaruh supervisi akademik terhadap kinerja guru dalam pembelajaran di Sekolah Dasar Daerah Binaan I Kecamatan Pengadegan Kabupaten Pubalingga.


(63)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)