Pemain dan perlengkapan Marawis

1. Pemain dan perlengkapan Marawis

Marawis di Pasar Kliwon yang masih bertahan pada saat ini dipentaskan pada acara Maulid Nabi, Khaul atau peringatan orang Islam yang sudah meninggal dan pesta pernikahan (wawancara dengan Syarif Mulachela, 23 Maret 2009).

a. Pemain Semua pemain marawis adalah laki–laki yang terdiri dari sepuluh orang. Dari sepuluh orang itu sebanyak dua orang sebagai vokalis, enam orang memegang alat musik dan dua orang sebagai penari. Diantara enam orang yang memainkan alat musik, setiap orang memainkan satu buah alat musik yang terdiri atas satu orang memainkan seruling, satu orang memainkan hajir dan empat orang lagi memainkan marawis. Terkadang untuk membangkitkan semangat, para pemain marawis bergerak sesuai dengan irama lagu yang dilantunkan. Dari kesepuluh orang itu memiliki usia yang berbeda berbeda tetapi semuanya di bawah tigapuluh tahun (Syarif Mulachela, 23 Maret 2009: Wawancara).

Para pemain marawis terkadang juga ikut melantunkan syair atau lagu yang di bawakan, artinya disamping bertugas sebagai penabuh instrumen musik mereka juga bertugas untuk menyanyikan bait–bait syair dalam marawis. Sedangkan para penari tetap bertugas hanya sebagai penari zapin, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa setiap pemain marawis bisa memainkan alat musik dan menarikan tarian zapin. Para penuh menari sambil mengikuti irama musik yang dilantunkan oleh para pemain musik dan vokalis.

b. Perlengkapan Seperti halnya kesenian pada umumnya, dalam memainkan marawis juga memerlukan perlengkapan. Kesederhanaan alat musik marawis tidak mengurangi daya yang dapat melahirkan citra seni yang indah. Alunan iringan marawis dapat membangkitkan semangat dan jiwa bagi para pendengarnya. Para pemain marawis membudayakan suara musiknya agar bisa dinikmati, diresapi dan dirasakan oleh penikmat dan pemerhati marawis.

1) Pakaian Pakaian yang dipakai antara vokalis, para pemain alat musik dan penari

bersifat sama. Dalam setiap pementasannya, para pemain marawis memakai pakaian yang terdiri dari:

a) Bagian kepala: memakai peci

b) Bagian badan: baju gamis atau tsub, yaitu pakaian adat berupa baju terusan dengan lengan panjang berwarna putih seperti jubah. pakaian adat atau tsub tersebut bersifat tidak wajib dikenakan, karena dalam pementasan pada acara yang lebih kecil mereka biasa memakai baju berlengan panjang (baju koko) dan tetap menutup aurat serta rapi.

c) Bagian bawah: memakai sarung Para pemain marawis cukup dengan berpakain rapi. Apabila diperhatikan, pakaian yang dipakai oleh pemain marawis mempunyai makna filosopi. Pakaian pemain marawis harus menutup aurat, pada saat latihan pemain marawis juga dilarang memakai celana pendek dan badan harus bersih, sehingga dengan menerapkan adab-adab yang benar dan baik sesuai dengan ajaran Islam akan berdampak dalam kehidupan sehari–hari bagi pemain marawis.

2) Alat musik Instrumen musik yang dimainkan dalam marawis dapat dikatakan

sederhana, tetapi kesederhanaan itu tidak mengurangi daya yang melahirkan citra seni yang indah. Alat–alat musik dalam marawis melahirkan citra seni Islam yang tinggi dan suci. Alat musik yang dimainkan terdiri dari: sederhana, tetapi kesederhanaan itu tidak mengurangi daya yang melahirkan citra seni yang indah. Alat–alat musik dalam marawis melahirkan citra seni Islam yang tinggi dan suci. Alat musik yang dimainkan terdiri dari:

70 cm.

b) Lima buah marawis (kumpulan gendang kecil) yang memiliki diameter 20 cm dengan tinggi 19 cm. Secara bahasa kata ”mirwas” berasal dari kata ”rawas” yang artinya kepala atau mengepalai. Setiap gendang terdapat sentak yang terbuat dari bambu yang diraut dan dilingkarkan sesuai dengan besar lingkaran atau diameter dari marawis dan hajir yang befungsi untuk mengatur suara gendang. Marawis digunakan sebagai pengatur tempo, terutama dalam seni gambus untuk mengiri tarian zapin. Marawis termasuk dalam klasifikasi alat musik membranopon dua sisi. Marawis dimainan dengan cara dipukul secara interlocking dengan jumlah pemain empat sampai enam orang.

Orang pertama yang bertindak sebagai pembawa ketukan dasar, secara sepintas tugasnya tampak amat ringan, tetapi peda kenyataan tidak demikian karena selain sebagai pembawa ketukan dasar, tugas orang pertama adalah menjaga tempo jangan sampai lari apalagi pada saat improvisasi dilakukan. Orang pertama harus konsisten dengan pukulannya, karena jika tidak konsisten pukulannya maka akan berakibat merusak irama dan dapat membingungkan pemain marawis kedua dan seterusnya. Teknik memainkan marawis ini orang pertama bertindak sebagai dasar, orang kedua berperan menghayuti pukulan orang pertama, orang ketiga menghayuti orang kedua, orang keempat menghayuti orang ketiga dan orang kelima menghayuti orang keempat dan begitupun seterusnya sehingga menimbulkan interlocking yang demikian rapat, yang dalam istilah melayu disebut ”Rampak Marwas”. Pada saat tertentu intensitas gendang dilemahkan untuk memberi kesan dinamika, sedang di saat yang lain pula dikuatkan. Ketika intensitas gendang dilemahkan, digunakan teknik memukul marawis dengan satu jari, dan pada saat intensitas gendang marawis dikuatkan dilakukan dengan teknik memukul marawis dengan seluruh jari dan telapak tangan.

c) Suling

Alat musik lain yang dibutuhkan dalam kesenian marawis adalah suling, tetapi suling disini berfungsi sebagai pelengkap. Cara memainkannya juga sama dengan suling pada umumnya