Deskripsi Lokasi

A. Deskripsi Lokasi

1. Keadaan Geografis Kelurahan Pasar Kliwon Surakarta

Kelurahan Pasar Kliwon merupakan salah satu dari 9 kelurahan yang berada dalam wilayah Kecamatan pasar Kliwon Kota Surakarta yang memiliki luas wilayah 3,6 Hm. Kelurahan Pasar Kliwon terdiri dari 8 kampung yang terbagi menjadi 36 RT dan 12 RW. Secara administratif, Kelurahan Pasar Kliwon mempunyai batas wilayah, yaitu: sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Baluwarti, sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Joyosuran, sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Gajahan, dan sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Semanggi.

Ditinjau dari sudut pemerintahan, Kelurahan Pasar Kliwon dipimpin oleh seorang Kepala Kelurahan seperti layaknya Kelurahan lainnya yang ada di wilayah Indonesia. Kepala Kelurahan Pasar Kliwon dalam menjalankan roda pemerintahan dibantu oleh perangkat Kelurahan yang meliputi: Sekretaris Kelurahan dan empat orang Kepala Urusan, yaitu meliputi Kepala Urusan Pemerintahan, Kepala Urusan Bangunan, Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat, Kepala Urusan Umum.

2. Keadaan Demografis Kelurahan Pasar Kliwon Surakarta

Berdasarkan data monografis Kelurahan Pasar Kliwon bulan Januari 2009, tercatat jumlah penduduk ada 7.200 jiwa, dengan perincian jumlah laki–laki 3.474 dan jumlah perempuan 3.726 jiwa. Jumlah kepala keluarga dari keseluruhan jumlah penduduk adalah sebanyak 1.333 kepala keluarga (KK). Jumlah penduduk di atas jika di klasifikasikan berdasarkan usia adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Jumlah Penduduk Dalam Klasifikasi Umur dan Kelamin Kelurahan Pasar Kliwon Surakarta Tahun 2009

Kelompok Umur Laki – laki Perempuan Jumlah Orang

60 ke atas

100 Sumber: Laporan Monografis Kelurahan Pasar Kliwon Surakarta Bulan Januari Tahun 2009

Dari jumlah penduduk di atas jika diklasifikasikan berdasarkan latar belakang golongan etnis atau suku bangsanya menunjukkan ciri heterogen. Di Kelurahan Pasar Kliwon Surakarta terdapat sekurang–kurangnya 3 golongan penduduk yaitu penduduk Jawa, keturunan Arab dan keturunan Cina. Adapun kondisi penduduk berdasarkan kriteria golongan penduduk Jawa dan keturunan asing adalah sebagai berikut: Tabel 2. Pengelompokan Penduduk Berdasarkan Kriteria Golongan Penduduk

Jawa dan Keturunan Asing di Kelurahan Pasar Kliwon Surakarta Menurut Jenis Kelamin Tahun 2009

Kebangsaan Jenis Kelamin

Sumber: Laporan Monografi Kelurahan Pasar Kliwon Surakarta Bulan Januari Tahun 2009

Dalam bidang agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, penduduk Pasar Kliwon mayoritas memeluk agama Islam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut: Tabel 5. Agama–Agama yang Dipeluk Penduduk Kelurahan Pasar Kliwon

Surakarta Bulan Januari Tahun 2009

No Agama

2 Kristen Katholik

3 Kristen Prootestan

Sumber: Laporan Monografis Kelurahan Pasar Kliwon Surakarta Bulan Januari Tahun 2009

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa agama Islam merupakan agama mayoritas yang dipeluk oleh penduduk di Kelurahan Pasar Kliwon. Hal ini tidak lepas dari silsilah para pendahulunya terutama masyarakat keturunan Arab yang sebagian besar tinggal di wilayah ini. kedatangan bangsa Arab ke Indonesia mengakibatkan timbulnya Islamisasi, maka agama Islam berkembang dengan subur, tidak terkecuali di Kelurahan Pasar Kliwon. Pemeluk agama lain tetap memiliki kebebasan untuk beribadah sesuai dengan agamanya. Semua itu tidak lepas pula dari rasa toleransi yang tinggi di antara mereka sehingga dapat mencegah timbulnya pertikaian yang dilatar belakangi oleh perbedaan agama, untuk menunjang kegiatan peribadatan umat Islam dibangunlah 6 buah Masjid dan 5 buah Mushola. Masjid-Masjid tersebut ada yang dimiliki perorangan (orang–orang Arab) dan ada pula yang didirikan secara gotong royong oleh masyarakat kampung, misalnya Masjid Riyadh, Masjid Jami’ Assagaf dan Masjid Al Khoir. Masjid tersebut didirikan oleh masyarakat keturunan Arab, walaupun demikian Masjid itu tetap berfungsi sosial terhadap masyarakat sekitar.

Berdasarkan monografis bulan Januari 2009, penduduk Kelurahan Pasar Kliwon jika dilihat dari tingkat pendidikannya urutan yang terbesar adalah lulusan SLTP sebanyak 2.793 orang, sedangkan lulusan yang paling sedikit adalah lulusan Berdasarkan monografis bulan Januari 2009, penduduk Kelurahan Pasar Kliwon jika dilihat dari tingkat pendidikannya urutan yang terbesar adalah lulusan SLTP sebanyak 2.793 orang, sedangkan lulusan yang paling sedikit adalah lulusan

Usia 5 th Ke Atas) Tahun 2009

No Jenjang pendidikan

Jumlah

Orang

1 Tamat Akademi/PT

2 Tamat SMU

3 Tamat SLTP

4 Tamat SD

5 Tidak Tamat SD

6 Belum Tamat SD

7 Tidak Sekolah

Sumber: Laporan Monografis Kelurahan Pasar Kliwon Surakarta Bulan Januari Tahun 2009

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa Penduduk di Kelurahan Pasar Kliwon sebagian besar telah mendapat pendidikan dasar, meskipun ada pula diantara anggota masyarakat yang tidak bisa menikmati pendidikan, karena telah memasuki usia lanjut dan masalah ekonomi. Jika dilihat dari segi etnis, orang- orang keturunan Arab pada umumnya berpendidikan setingkat SMU, tetapi ada juga yang lulusan dari Perguruan Tinggi atau Akademi tetapi jumlahnya sedikit. Masyarakat Arab di Kelurahan Pasar Kliwon kebanyakan lulusan SLTP dan banyak juga yang berpendidikan di Pondok Pesantren, karena bagi masyarakat keturunan Arab pendidikan agama lebih diutamakan (wawancara dengan Sekretaris Kelurahan Pasar Kliwon: Bp. Sihono, 24 Februari 2009).

Sebelum pemerintah mendirikan lembaga pendidikan milik Pemerintah di Kelurahan Pasar Kliwon Surakarta, masyarakat Arab telah mendirikan lembaga pendidikan untuk anak-anak keturunan Arab dari tingkat Taman Kanak-kanak sampai tingkat SMU. Lembaga pendidikan itu adalah (1) Al-Irsyad, memiliki tingkat pendidikan dari Taman Kanak-kanak sampai tingkat SLTP. (2) Al- Robithah Al-Alawiyah (sekarang lebih dikenal dengan nama Yayasan Pendidikan Islam Diponegoro).

Sifat pluralistik penduduk di Kelurahan Pasar Kliwon Surakarta tidak hanya tampak pada sukubangsa, melainkan juga terlihat dari segi pekerjaannya. Jenis-jenis pekerjaan penduduk di Kelurahan Pasar Kliwon Surakarta dapat dilihat dari tabel sebagai berikut: Tabel 4. Jenis-Jenis Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Pasar Kliwon

Surakarta (Untuk Usia 10 th Ke Atas) Tahun 2009

No Jenis Mata Pencaharian

Jumlah orang

1 Petani sendiri

2 Buruh tani

5 Buruh Industri

6 Buruh Bangunan

9 Pegawai Negeri Sipil/TNI

Sumber:Laporan Monografis Kelurahan Pasar Kliwon Surakarta Bulan Januari Tahun 2009

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa penduduk di Kelurahan Pasar Kliwon Surakarta sebagian besar bermata pencaharian di bidang informal. Penduduk yang bermata pencaharian sebagai pengusaha sebanyak 74 orang, buruh industri 1.357 orang, buruh bangunan 1.180 orang, pedagang 204 orang, penduduk yang bermatapencaharian dalam bidang pengangkutan sebanyak 113 orang, PNS atau TNI sebanyak 161, Pensiunan sebanyak 271 orang dan profesi yang lainnya sebanyak 3.013 orang. Berdasarkan data di atas bahwa penduduk yang memiliki pekerjaan tetap sebanyak 6.373 orang. Dari tabel di atas juga dapat diketahui bahwa jumlah pengangguran di Kelurahan Pasar Kliwon Surakarta cukup besar, yaitu berjumlah 827 orang. Dari jumlah tersebut, sebagian adalah pengangguran (tidak mempunyai pekerjaan) dan sebagian lagi adalah usia non kerja (9 tahun ke bawah). Adanya pengelompokan usia produktif 10 tahun ke atas, secara otomatis akan menuntut adanya penyediaan ruang yang memadai baik Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa penduduk di Kelurahan Pasar Kliwon Surakarta sebagian besar bermata pencaharian di bidang informal. Penduduk yang bermata pencaharian sebagai pengusaha sebanyak 74 orang, buruh industri 1.357 orang, buruh bangunan 1.180 orang, pedagang 204 orang, penduduk yang bermatapencaharian dalam bidang pengangkutan sebanyak 113 orang, PNS atau TNI sebanyak 161, Pensiunan sebanyak 271 orang dan profesi yang lainnya sebanyak 3.013 orang. Berdasarkan data di atas bahwa penduduk yang memiliki pekerjaan tetap sebanyak 6.373 orang. Dari tabel di atas juga dapat diketahui bahwa jumlah pengangguran di Kelurahan Pasar Kliwon Surakarta cukup besar, yaitu berjumlah 827 orang. Dari jumlah tersebut, sebagian adalah pengangguran (tidak mempunyai pekerjaan) dan sebagian lagi adalah usia non kerja (9 tahun ke bawah). Adanya pengelompokan usia produktif 10 tahun ke atas, secara otomatis akan menuntut adanya penyediaan ruang yang memadai baik

Masyarakat Arab sebagian besar dari bergerak dalam bidang swasta, ada yang menjadi pengusaha (sebagian besar pengusaha batik), membuka pertokoan, warung makan, bengkel, percetakan dan sebagian lagi ada yang bekerja di instansi pemerintah (sebagian Pegawai Negeri Sipil) tetapi jumlahnya sangat kecil. Demikian pula orang-orang Cina yang tinggal di Kelurahan Pasar Kliwon semuanya bekerja di bidang swasta (Wawancara dengan Sekretaris Kelurahan pasar Kliwon: Bp. Sihono, 23 Februari 2009).

3. Keadaan Sosial dan Budaya

a.Asal Usul Nama Pasar Kliwon

Dalam masyarakat Surakarta terdapat tradisi pemberian nama suatu tempat tertentu, seperti yang masih di kenal sampai sekarang. Pemberian nama Pasar Kliwon juga berkaitan dengan tradisi tersebut.

Pemberian nama “Pasar Kliwon” adalah tempat tersebut dijadikan pusat aktivitas jual-beli oleh penduduk kota dan dilakukan pada hari-hari tertentu. Penentuan hari pasaran itu ditentukan oleh barang-barang yang diperdagangkan dan berasal dari daerah di sekitarnya. Berbeda dengan penyelenggaran pasar di kota-kota besar yang mempunyai jaringan luas dimana pasar diselenggarakan setiap hari, maka penyelenggaran hari-hari pasar di desa atau kota-kota kecil di daerah pedalaman seperti halnya di Surakarta, memiliki tradisi hari-hari tertentu. Hari besar itu ditentukan bergiliran antara satu tempat dengan tempat lainnya. Giliran hari-hari pasar tersebut dihubungkan dengan hari pasaran yang terdiri atas lima hari yaitu Pahing, Pon, Wage, Kliwon, Legi.

Asal nama “Pasar Kliwon” disesuaikan dengan keadaan tempatnya. Daerah ini sejak lama telah dijadikan pasar dan aktifitas perdagangan yang dilakukan setiap hari Kliwon sebagai salah satu hari pasaran. Di Surakarta, selain terdapat Pasar Kliwon juga terdapat pasar lainnya, yaitu Pasar Pon, Pasar Legi dan lain sebagainya. Menurut Sajid (1980: 55), Pasar Kliwon pada zaman dahulu Asal nama “Pasar Kliwon” disesuaikan dengan keadaan tempatnya. Daerah ini sejak lama telah dijadikan pasar dan aktifitas perdagangan yang dilakukan setiap hari Kliwon sebagai salah satu hari pasaran. Di Surakarta, selain terdapat Pasar Kliwon juga terdapat pasar lainnya, yaitu Pasar Pon, Pasar Legi dan lain sebagainya. Menurut Sajid (1980: 55), Pasar Kliwon pada zaman dahulu

Berdasarkan keterangan di atas dapat diketahui bahwa pemberian nama Pasar Kliwon disesuaikan dengan aktifitas perdagangan yang terjadi pada hari pasaran Kliwon, di tempat inil sejak awal dijadikan tempat pemukiman orang- orang Arab, sedangkan perkampungan orang-orang Cina di Surakarta dikenal dengan nama Pasar Gede. Pada akhirnya, dapat dikatakan bahwa hubungan antara pasar dengan orang-orang asing itu selalu berkaitan.

b. Sistem Sosial

Komunitas Arab di Surakarta menyebut kelompoknya dengan jamaah, yang berasal dari kata ”jamak” yaitu kumpulan orang banyak. Orang-orang pribumi menyebut orang-orang Arab dengan encik, yang diambil dari bahasa melayu yang artinya tuan (Hanna Farkhana, 2007:22).

Orang-orang Arab yang di Indonesia dari sejak dahulu sampai sekarang dibagi menjadi dua golongan, yaitu (1) golongan yang berorientasi pada negeri leluhurnya dengan tetap memegang teguh bahasa Arab dan mempertahankan nasionalisme Arab (fanatik). (2) golongan Arab peranakan. Dilihat dari jumlahnya, golongan Arab peranakan merupakan yang terbesar dibandingkan golongan yang fanatik. Bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah bahasa Indonesia, namum terkadang juga memasukkan bahasa Arab dalam meskipun bahasa Arab yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari tidak sesuai dengan di negara asalnya, tetapi masih ada pula orang Arab yang menggunakan bahasa Arab dalam kehidupan sehari-hari.

Masyarakat Arab di Pasar Kliwon hidup secara berkelompok dalam satu wilayah kecil di kota maupun di desa. Hubungan antar individu anggota komunitas sangat kental, tetapi masyarakat Arab tetap berinteraksi, bersosialisasi dan melakukan aktivitas dengan individu-individu di luar komunitasnya meskipun hanya dalam tingkat yang kecil. Secara umum masyarakat Arab di Pasar Kliwon terbagi menjadi dua golongan, yaitu golongan Sayid (bentuk jamaknya sadah) Masyarakat Arab di Pasar Kliwon hidup secara berkelompok dalam satu wilayah kecil di kota maupun di desa. Hubungan antar individu anggota komunitas sangat kental, tetapi masyarakat Arab tetap berinteraksi, bersosialisasi dan melakukan aktivitas dengan individu-individu di luar komunitasnya meskipun hanya dalam tingkat yang kecil. Secara umum masyarakat Arab di Pasar Kliwon terbagi menjadi dua golongan, yaitu golongan Sayid (bentuk jamaknya sadah)

Pada golongan Sayid, kaum wanitanya disebut Syarifah. Perempuan dari golongan Sayid tidak diperbolehkan untuk menikah dengan laki-laki di luar golongannya. Golongan Sayid memiliki keyakinan apabila itu terjadi, dapat memutuskan hubungan silaturrokhim, bahkan mengharamkan dan menganggap pernikahan tersebut tidak sah. Laki-laki dari golongan Sayid diperbolehkan menikah dengan perempuan di luar golongannya. Golongan Sayid memiliki sekolah, yaitu Al-Robithah Al-Alawiyah (Diponegoro) yang anggotanya terdiri dari guru dan murid. Sekolah Diponegoro memiliki tingkat pendidikan dari SD putra, SD putri, SMP putra, SMP putri dan SMA putri. Pada tingkat SMA, sekolah tersebut dikhususkan untuk anak perempuan, karena bertujuan untuk menyelamatkan para Syarifah agar tidak terpengaruh dan tetap mempertahankan ajaran komunitas Sayid. Sekolah Diponegoro tidak tertutup untuk golongan lain, namun pada kenyataannya 90% orang-orang yang bersekolah di sini berasal dari golongan Sayid.

Golongan Sayid memiliki aktivitas keagamaan yang disebut dengan Maulud (dalam bahasa Indonesia Maulud), yaitu memperingati wafatnya Nabi Muhammad SAW dan para Habib maupun para wali Allah. Acara utama dalam kegiatan Maulud antara lain dipanjatkan doa khusus dan sholawat Nabi, setelah selesai membaca doa dan sholawat, orang-orang yang hadir dalam acara Maulud berdiri sejenak sambil menadahkan kedua tangan (seperti orang berdoa) sambil membaca ” Marhaban ya Rosulullah”. Pada saat berdiri, orang-orang percaya bahwa Nabi Muhammad SAW hadir di tengah-tengah acara Maulid. Pelaksanaan

Maulud tidak hanya dalam memperingati kematian para Habib, tetapi juga untuk upacara pernikahan, pindah rumah, unduh mantu, pergi haji, pulang haji dan acara syukuran lainnya. Di setiap acara maulid masyarakat Arab selalu menghidangkan nasi kebuli, kopi jahe, bahkan juga ”nasi minyak". Golongan Habaib memiliki tradisi khas Arab, yakni ”makan berjemaah” dengan duduk mengelilingi nampan berisi nasi kebuli dengan menggunakan tangan. Makan berjamaah ini sebagai tanda keakraban di antara anggota komunitas Arab. Pada saat acara resmi misalnya pernikahan dan khaul selalu terdapat aroma asap gaharu atau luban (dupa) yang dibakar di tempat diadakannya acara tersebut (observasi di Masjid Jami’ Assegaf, 9 Maret 2009).

Golongan Masayeh (orang Arab bukan keturunan langsung dari Nabi Muhammad) tidak jauh berbeda dengan masyarakat pribumi (Jawa). Pernikahan yang berlangsung dalam golongan Masayeh tidak dibatasi dari golongan tertentu, kecuali mengenai agama yang dianut harus Islam atau masuk Islam. Secara fisik, antara Sayid dan Masayeh tidak ada perbedaan. Secara umum, orang-orang Arab lebih mudah dikenali dibandingkan komunitas lainnya. Ciri-ciri fisik yang mudah dikenali, yaitu hidung yang panjang (mancung), bermata tajam, rambut ikal (mayoritas), warna kulit ada yang hitam dan ada yang putih.

c. Kebudayaan

1) Adat istiadat

Masyarakat Arab di Kelurahan Pasar Kliwon, mempunyai adat istiadat sebelum acara pernikahan, yaitu Pacar atau Gadisan. Acara ini berlangsung di tempat calon pengantin perempuan dan dihadiri oleh tamu undangan perempuan. Isi dari acara Gadisan adalah pemakaian mahendi atau pacar untuk calon pengantin yang dilakukan oleh para tamu yang hadir dalam acara tersebut (hampir sama dengan budaya India yaitu pemakain rajah). Pemakaian pacar merupakan simbul bahwa perempuan itu (calon pengantin) akan segera melepas masa lajangnya. Para undangan yang menghadiri acara itu saling berebut untuk memakaikan pacar kepada calon pengantin, karena mereka meyakini bahwa anak gadis atau tamu undangan yang dapat memakaikan pacar akan segera mendapatkan jodoh di kemudian hari. Pada perkembangannya, acara pemakaian Masyarakat Arab di Kelurahan Pasar Kliwon, mempunyai adat istiadat sebelum acara pernikahan, yaitu Pacar atau Gadisan. Acara ini berlangsung di tempat calon pengantin perempuan dan dihadiri oleh tamu undangan perempuan. Isi dari acara Gadisan adalah pemakaian mahendi atau pacar untuk calon pengantin yang dilakukan oleh para tamu yang hadir dalam acara tersebut (hampir sama dengan budaya India yaitu pemakain rajah). Pemakaian pacar merupakan simbul bahwa perempuan itu (calon pengantin) akan segera melepas masa lajangnya. Para undangan yang menghadiri acara itu saling berebut untuk memakaikan pacar kepada calon pengantin, karena mereka meyakini bahwa anak gadis atau tamu undangan yang dapat memakaikan pacar akan segera mendapatkan jodoh di kemudian hari. Pada perkembangannya, acara pemakaian

2) Pakaian

Dilihat dari penampilan, pakain yang digunakan oleh komunitas Arab tidak menunjukkan perbedaan dibandingkan dengan lainnya. Pakaian yang biasa dipakai oleh laki-laki, pada umumnya tidak berbeda dengan anggota masyarakat Jawa. Pada saat acara halahbihalah, khaul sebagian besar orang laki-laki mengunakan tsub, yaitu baju putih panjang berlengan panjang yang digunakan untuk laki-laki dan menggunkan igal dan kutroh di kepala. Perempuan yang sudah memasuki usia 15 tahun mulai menggunakan jilbab yang pemakainnya bergaya Timur Tengah. Sebagian kaum wanita mengggunakan Abaya, yaitu baju panjang terusan dengan bentuk longgar dan berwarna gelap.

Golongan Habaib di dalam kehidupan sehari-hari, pada umumnya memakai jubah, sarung tetapi ada juga yang memakai celana panjang dan sorban serba putih serta memakai minyak wangi yang sangat harum. Diantara mereka, ada yang memelihara cambang (jenggot) yang subur dan membawa tasbih kecil untuk berzikir. Setiap kali bertemu dengan sesama Habib, anggota komunitas ini saling bersalaman dan saling berpelukan bahkan mencium kedua belah pipi.

3) Kesenian

Masyarakat Arab di Pasar Kliwon memiliki kesenian khas bernama musik gambus. Musik gambus merupakan musik yang berasal dari Timur Tengah. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Arab. Musik gambus dibedakan menjadi tiga yaitu gambus hajir marawis, gambus sammer dan gambus moderen. Gambus hajir marawis merupakan gambus asli yang merupakan cikal bakal dari gambus sammer dan gambus moderen. Walaupun menggunakan bahasa Arab, tidak semua Masyarakat Arab di Pasar Kliwon memiliki kesenian khas bernama musik gambus. Musik gambus merupakan musik yang berasal dari Timur Tengah. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Arab. Musik gambus dibedakan menjadi tiga yaitu gambus hajir marawis, gambus sammer dan gambus moderen. Gambus hajir marawis merupakan gambus asli yang merupakan cikal bakal dari gambus sammer dan gambus moderen. Walaupun menggunakan bahasa Arab, tidak semua

4) Sistem Kepercayaan

Berdasarkan laporan monografi Kelurahan Pasar Kliwon tahun 2009, masyarakat Arab di Pasar Kliwon 100% menganut ajaran Islam. Hal itu dapat dilihat dari pelaksanaan ajaran Islam, diantaranya tampak di Musholla dan Masjid sebagai tempat beribadah. Keberdaaan tempat-tempat ibadah itu merupakan tanda tingginya aktivitas ibadah maupun berbagai kegiatan yang berkaitan dengan ibadah. Hampir setiap waktu sholat, tempat ibadah itu dipenuhi oleh jamaah yang sebagian besar adalah anggota komunitas Arab.

Masyarakat Arab di Kelurahan Pasar Kliwon kuat dan taat dalam menjalankan agama Islam, hal itu dapat dilihat dari aktivitas masyarakatnya dalam menjalankan ibadah. Masyarakat Arab dari golongan Sayid jumlah anggotanya sangat besar, sehingga golongan Sayid membentuk kebangsawanan beragama yang sangat dihormati. Keberadaan golongan Sayid secara moral sangat berpengaruh terhadap bidang keagamaan. Orang-orang Arab dari golongan Sayid secara rutin melaksanakan majelis ilmu yang disebut dengan rokhah, dengan membaca kitab-kitab ulama salafus sholeh termasuk kitab hadits seperti “Jami’ush Shohih” karya Imam Al-Bukhari yang dijadikan sebagai wiridan. Setiap tahun pada bulan Rajab diadakan Khatmil Bukhari, yaitu khatam pengajian kitab “Jami`ash-Shohih”. Setiap malam Jum’at diadakan majelis Maulid dengan pembacaan “Simthuth Durar” (sejarah hidup Nabi Muhammad SAW) karangan Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi. Setiap malam Jum’at Legi juga diadakan majelis ilmu dan Maulid yang dihadiri oleh masyarakat luas yang dikenal dengan Pengajian Legian. Pada saat Pengajian Legian, dilakukan pembacaan kisah Nabi

Muhammad dan penyampaian tausyiah atau ceramah oleh seorang ulama kepada seluruh umat yang datang ke majelis ilmu tersebut (wawancara dengan Badriyah,

7 Maret 2009). Golongan Sayid, setiap tahunnya yakni pada bulan Rabi`ul Tsani (April) mengadakan khaul untuk para Habib yang sudah meninggal, diantaranya Habib Alwi bin Ali Al-Habsyi (pendiri Masjidh Riyadh) Al-Imam Ali bin Muhammad Al-Habsyi (ayah dari Habib Alwi) dan Habib Anis bin Alwi Al-Habsyi (anak dari Habib Alwi). Acara tersebut dihadiri oleh puluhan ribu umat dan dipenuhi berbagai acara ilmu dan amal takwa. Majelis-majelis ilmu ini yang mengadakan komunitas Arab, tetapi dibuka untuk masyarakat umum sehingga yang datang tidak hanya dari komunitas Arab di Surakarta atau luar kota, melainkan juga dari penduduk pribumi serta etnis lainnya (observasi, 16 April 2009).