Teknik Pengumpulan Data

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Kartini Kartono (1983: 171) menyatakan “wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu, dimana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik”. Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Materi wawancara adalah tema yang ditanyakan kepada informan, berkisar antara masalah atau tujuan penelitian (Burhan Bungin, 2007: 108).

Wawancara merupakan suatu interaksi dan komunikasi. Interaksi yaitu antara peneliti dengan informan. Wawancara ini dilakukan secara mendalam bersifat terarah dan tidak terarah. Wawancara terarah dilakukan secara sistematis dan berencana dalam bentuk pertanyaan tercatat kepada informan. Wawancara tidak terarah dilakukan secara bebas kepada informan dalam memberikan keterangan umum dan tidak terduga yang tidak diketahui bila ditanyakan dengan wawancara tidak terarah, wawancara seperti ini disebut wawancara mendalam atau in- depth interviewing (Sutopo, 2006: 68). Wawancara di dalam penelitian kualitatif dilakukan secara terstruktur ketat, wawancara dilakukan dengan pertanyaan yang bersifat terbuka (open-ended), dan mengarah pada kedalaman informasi, serta wawancara yang dilakukan secara formal tidak terstruktur (Sutopo, 2006: 69).

Hal-hal yang dipersiapkan sebelum wawancara adalah sebagai berikut:

1) Penentuan siapa yang akan diwawancarai.

Informasi atau data yang lengkap dan dalam sangat penting karena akan menentukan kualitas penelitian. Oleh karena itu, dalam pengumpulan informasi melalui wawancara, peneliti harus bisa mendapatkan informan yang tepat.

2) Persiapan wawancara Peneliti harus mempersiapkan diri untuk memahami pribadi dan peran informan dalam konteksnya, sehingga paneliti harus berusaha menyesuaikan diri dengan karakter dan posisi informan agar tidak terjadi kesan yang mungkin kurang tepat sehingga bisa berakibat mendapatkan informasi yang kurang sesuai dengan yang diharapkan.

3) Langkah awal Peneliti perlu menjalin keakraban berbagai informan yang dihadapinya, dan memberikan kesempatan pada informan untuk mengorganisasikan apa yang ada dalam pikirannya, sehingga benar-benar terjadi suasana yang santai.

4) Pengusahaan agar wawancara bersifat produktif Wawancara perlu dijaga agar tetap santai dan lancar. Peneliti jangan banyak memotong pembicaraan, dan berusaha menjadi pendengar yang baik tetapi kritis. Keberhasilan peneliti dalam menjaga kelancaran wawancara dengan alur yang semakin mendalam pada fokusnya akan membuat wawancara semakin produktif.

5) Penghentian wawancara dan mendapatkan simpulan Bila peneliti menangkap gejala kejenuhan baik pada informan maupun pada peneliti sendiri, maka peneliti wajib bisa menghentikan wawancara tersebut, dan sudah dapat ditarik simpulan dari semua informasi yang diberikan oleh informan (Sutopo, 2006: 72).

Dalam penelitian ini, peneliti sebagai wawancara menggunakan teknik terstruktur, yaitu teknik wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, dibuat kerangka dan garis besarnya sebelum berada di lapangan penelitian, sehingga pertanyaan yang diberikan akan lebih terarah. Pertanyaan yang diberikan dapat berkembang sesuai Dalam penelitian ini, peneliti sebagai wawancara menggunakan teknik terstruktur, yaitu teknik wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, dibuat kerangka dan garis besarnya sebelum berada di lapangan penelitian, sehingga pertanyaan yang diberikan akan lebih terarah. Pertanyaan yang diberikan dapat berkembang sesuai

2. Observasi

Sutrisno Hadi (1977: 7) berpendapat bahwa “observasi adalah suatu pengamatan-pengamatan, pencatatan-pencatatan secara sistematis fenomena- fenomena yang diselidiki”. Observasi adalah cara mengumpulkan data dengan pengamatan oleh seorang peneliti (Kartini Kartono, 1983: 142). Dari observasi akan diperoleh data lisan dan tertulis atau dokumenter dari objek penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti tidak hanya menonton dan mendengarkan apa yang menarik saja tetapi juga mencatat dan mengumpulkan keterangan-keterangan dari apa yang dilihat dalam objek pengamatan di lokasi penelitian.

Kegiatan observasi ditinjau dari cara pelaksanaan dan tujuannya. Kartini Kartono (1983: 147-152) dapat dibedakan dalam tiga teknik obeservasi, yaitu :

a. Teknik oberservasi yang partisipatif Peneliti ikut berpartisifasi dalam berbagai kegiatan yang dilakukan para obyek yang dioberservasi, dengan mempertimbangkan akses yang bisa diperolehnya dan dimanfaatkan bagi pengumpulan data.

b. Teknik oberservasi non-partisipatif, Peneliti hanya mendatangi lokasi, tetapi sama sekali tidak terlibat langsung dalam kegiatan.

c. Teknik oberservasi sistematis Teknik observasi yang dilakukan untuk menemukan dan merumuskan permasalahan, sekaligus menyusun kategori permasalahan, teknik observasi sistematis sering dilengkapi alat-alat pencatat mekanis, seperti kamera, foto, pita rekam, tape recorder, dan lain sebagainya.

d. Teknik oberservasi eksperimental Merupakan teknik oberservasi yang dilakukan secara non-partisipatif namun terstruktur dan sistematis dalam pelaksanaanya.

Sehubungan dengan penelitian ini, maka dipergunakan teknik obrservasi non-partisipatif. Observasi non-partisipasif dilakukan dengan mendatangi Sehubungan dengan penelitian ini, maka dipergunakan teknik obrservasi non-partisipatif. Observasi non-partisipasif dilakukan dengan mendatangi

3. Analisis Dokumen

Analisis dokumen merupakan teknik pengumpulan data dengan mencari dan mengumpulkan data melalui membaca buku yang relevan dengan topik yang menjadi bahan penelitian. Dokumen yang diperoleh secara langsung sebagai sumber data, kemudian dianalisis dan diteliti serta disesuaikan dengan penelitian yang dilakukan. Dokumen yang dianalisis adalah dokumen yang berhubungan dengan penelitian. Dokumen sangat berharga untuk memahami aktivitas yang dilakukan oleh sekelompok populasi tertentu yang faktanya tersimpan dalam dokumen. Oleh karena itu, dokumen berfungsi apabila sudah dianalisis, kemudian setelah dianalisis dokumen berfungsi pula sebagai bukti pengujian. Dokumen merupakan sumber data yang sangat penting dalam penelitian kualitatif, memanfaatkan suatu dokumen yang padat isinya biasanya menggunakan teknik tertentu, teknik yang paling umum digunakan yaitu Content Analysis atau kajian isi. Kajian isi menurut Burhan Bungin (2007: 155) yaitu teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru, dan sah dengan memperhatikan konteksnya. Analisis isi berhubungan dengan komunikasi atau isi komunikasi.

Teknik ini dilakukan paling awal untuk melihat dan menghimpun pengetahuan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan tradisi marawis. Studi ini merupakan langkah untuk mendapatkan pengetahuan terutama sebagai bekal untuk melaksanakan penelitian di lapangan. Sebagai tindakan dalam studi ini adalah dengan menganalisis sumber berupa kumpulan lagu-lagu marawis. Dari sumber tersebut dapat diketahui bahwa isi dari syair dan lagu marawis merupakan permohonan doa kepada Allah SWT, puji-pujian kepada Nabi Muhammad SAW, harapan–harapan berupa surga, rahmat dan kasih Allah ta’ala.