Teknik Pementasan Marawis

2. Teknik Pementasan Marawis

a. Tempat pementasan Tempat yang digunakan untuk mementaskan marawis di Masjid pada bagian zawiyah (pesantren). Di setiap pementasan marawis juga ditampilkan tari zapin. Para pemain marawis hanya duduk di atas karpet atau permadani dengan membentuk setengah lingkaran menghadap penonton (Syarif Mulachela, 23 Maret 2009: Wawancara).

Tempat yang digunakan untuk pementasan marawis bharus cukup luas dan terbuka agar semua gerakan dapat ditampilkan dengan baik. Tempat untuk menyaksikan marawis antara laki-laki dan perempuan terpisah, hal itu sesuai dengan ajaran Islam yang tidak menghendaki bercampurnya antara laki-laki dengan perempaun yang bukan makhromnya dalam satu ruangan agar terhindar dari fitnah dan dosa.

Gambar 1. Skema Tempat Pementasan Marawis

5) Tempat untuk menari zapin

: tempat penonton

b.Waktu pementasan Marawis dipentaskan pada malam hari yaitu sekitar jam 21.00 sampai jam

23.00, sedangkan pada saat pesta pernikahan dari salah satu pemain, apabila dikehendaki pementasan marawis bisa sampai semalaman (wawancara dengan Syarif Mulachela, 23 Maret 2009).

c. Alur Alur adalah urut–urutan jalannya pementasan, yang meliputi pembukaan, permainan dan penutup.

1. Pembukaan, pada waktu ini vokalis mewakili pemain marawis mengucap salam kepada orang-orang yang menghadiri majelis.

2. Inti Setelah mengucapkan salam, pemain suling mulai meniupkan sulingnya sebagai tanda dimulainya kesenian marawis, setelah marawis dipukul oleh pemain, maka tarian zapin mulai ditarikan oleh dua orang penari laki-laki. Tari zapin yang ditampilkan pada saat pementasan marawis memiliki gerakan- gerakan sebagai berikut:

1) Taksim Penari melakukan jalan biasa dengan posisi badan menunduk, keadaan tangan kiri di belakang pinggang sambil jari digenggam sementara tangan kanan digenggam menunjuk ke bawah. Gerakan pada taksim dilakukan secara bebas. Penari mengambil posisi untuk memulakan tarian dalam posisi duduk bertinggul sementara berat badan tertumpu di kaki kiri, kaki kanan sedikit ke depan. Posisi 1) Taksim Penari melakukan jalan biasa dengan posisi badan menunduk, keadaan tangan kiri di belakang pinggang sambil jari digenggam sementara tangan kanan digenggam menunjuk ke bawah. Gerakan pada taksim dilakukan secara bebas. Penari mengambil posisi untuk memulakan tarian dalam posisi duduk bertinggul sementara berat badan tertumpu di kaki kiri, kaki kanan sedikit ke depan. Posisi

2) Wainab atau Tahto Gerakan ke 1

: Rehat atau bersedia.

Gerakan ke 2

: Kaki kiri digantung.

Gerakan ke 3

: Kaki kiri diletakkan di hadapan.

Gerakan ke 4

: Kaki kanan digantung.

Gerakan ke 5

: Kaki kanan diletakkan di hadapan.

Gerakan ke 6 dan 7: Posisi tidak berubah dari gerakan yang ke 5, sambil bertinggung, tangan menyauk sementara posisi badan menghala 180 derajat ke arah kiri.

Gerakan ke 8 : Berdiri. Semua gerakan diulang sekali lagi, dan pada akhir tarian zapin penari akan duduk bertinggung.

3. Penutup Pada bagian ini, vokalis mewakili semua pemain mengucapkan salam (observasi pada saat khaul di Masjid Riyadh, 16 April 2009). d.Bentuk Irama Marawis

Marawis yang diajarkan oleh Muhammad Al Mukhdori kepada masyarakat Arab di Indonesia memiliki dua bentuk irama, yaitu meliputi:

1) Madkhol, yaitu memainkan alat–alat musik marawis dan tari zapin dengan lembut.

2) Makhroj, yaitu memainkan alat–alat musik marawis dan tari zapin dengan lebih cepat dibandingkan dengan irama madkhol (Syarif Mulachela, 23 Maret 2009: Wawancara).

Syair-syair marawis dalam bentuk madkhol berisi tentang permohonan doa kepada Allah SWT atau istighosah. Dalam Islam, ketika seorang hamba berdoa kepada Allah, maka adab yang harus di perhatikan diantaranya berdoa dengan cara lemah lembut, karena posisi manusia merupakan seorang hamba yang meminta pertolongan kepada Tuhannya, sehingga dalam memainkan marawis juga demikian.

Contoh syair lagu dalam irama makhroj : Qodkafaanii Qodkafaanii’ilmurobbi Minsualiiwakhtiyaarii Fadu’aaiiwabtihaalii Syaahiduli ibiftiqoorii Yaailahii wamalikii Anta ta’lamu kaifakhaalii Wabimaaqod khallaqolbii Minhumuu miwashtighoolii Khajataan fiinafsi yaa robbi Faaq dhi ha yaa khoiroqoodhi Wa arrikh sirri waqolbii Minladzoo haa waasyuwadzi

artinya: Sesunggahnya Telah Mencukupi Diriku

Sesungguhnya telah mencukupi diriku pengetahuan Tuhan-ku Dari selain kepunyaanku dan daya upayaku Maka, Dia (Allah) memanggilku dan permohonanku Dia (Allah) melihat kepunyaanku dengan kemiskinanku Ya Tuhan- ku dan yang memilikiku Engkau maha mengetahui bagaimana keadaanku, dan dengan apa sesungguhnya untuk membuka hatiku dari duka citaa dan kesibukanku Keinginan dalam jiwa ya Tuhan-ku Maka putuskanlah hajat itu Wahai sebaik-baik hakim Dan lembutkanlah rahasiaku dan hatiku dari neraka

Syair-syair yang dilantunkan dalam bentuk makhroj berisi tentang puji- pujian atau harapan–harapan berupa surga, rahmat dan kasih Allah ta’ala, sehingga bentuk irama makhroj dimainkan untuk syair-syair atau lagu yang berisi tentang hal-hal menggembirakan sehingga tariannya dilakukan dengan penuh kegembiraan pula.

Contoh syair dalam irama makhroj: Yaa khaadii sir ruuwaidaa

Yaa khaadii sirruuwaidaa Mansyad a maa marrokbii Fiirrokbi lii ’aroibun Akh dzuu ma’ahum qolbii Manlii idzaa akhdzuu lii qolbii Syatatuunii filbawaadii Akhduminnii fuwaadii Manlii idzaa akhdzuu li qolbi Wa ta adab fii khimaahum Laa walaa ta’syaq siwaahum Fahum ni’masyifaa liqolbii Yaa ilahii yaa makhjuub Fa bithoibata lii khabiib Ar juu yashfa’ lanaa min dzunubii

artinya: Wahai orang yang menggiring unta sambil berdendang, berjalanlah perlahan-lahan

Wahai orang yang mengiring unta sambil berdendang, berjalanlah dan bernyanyilah di depan pedal Di dalam pedal-pedal aku tidak seorangpun di dalam rumah Mereka mengambilnya bersama hatiku Siapa yang ku miliki, apabila mereka mengambil kepunyaan hatiku Mereka menceraikan ku di padang pasir Mereka mengambil dariku katiku Siapa yang ku miliki, apabila mereka mengambil kepunyaan hatiku