Gejala infeksi sinus maksilaris akut berupa demam, malaise dan nyeri kepala yang tak jelas yang biasanya reda dengan pemberian
analgetik biasa aspirin. Wajah terasa bengkak, penuh, dan gigi terasa nyeri pada gerakan kepala mendadak, misalnya sewaktu naik atau
turun tangga
11,15,16
. Seringkali terdapat nyeri pipi khas yang tumpul dan menusuk, serta nyeri pada palpasi dan perkusi. Sekret mukopurulen
dapat keluar dari hidung dan terkadang berbau busuk. Batuk iritatif non produktif seringkali ada. Selama berlangsungnya sinusitis maksilaris
akut, pemeriksaan fisik akan mengungkapkan adanya pus dalam hidung, biasanya dari meatus media, pus atau sekret mukopurulen
dalam dalam nasofaring. Signs dan symptoms sinusitis maksilaris kronis kongesti hidung,
sakit tenggorokan dari postnasal, pada sekitar mata pipi atau dahi sakit lunak dan bengkak, sakit kepala, demam, penciuman berkurang,
batuk, sakit gigi, susah bernafas, mudah lelah. Hal ini di keluhkan lebih dari 1 minggu.
11,18
11,12,15,18,19
2.8. Faktor Resiko
Kondisi lain yang menyebabkan berkembangnya obstruksi sinus dan rentan menjadi sinusitis adalah :
- Alergi. Inflamasi yang terjadi bersama alergi mungkin memblok sinus.
- Deviasi septum nasi. Hal ini akan membatasi atau memblok aliran sinus, menciptakan lingkungan untuk infeksi.
- Polip nasal. Pertumbuhan jaringan lunak ini mungkin membatasi aliran nasal, memperlambat drainase dan memudahkan infeksi
berkembang. - Kondisi sakit yang lain. Penderita cystic fibrosis atau HIV dan
penyakit defisiensi imun.
2.9. Penyebab
Infeksi virus, bakteri atau jamur dari traktus respiratori atas lokasi lintasan udara pada hidung, faring, sinus-sinus dan tenggorokan
terbasuk infeksi virus yang menyebabkan common cold, dapat berperan penting menjadi sinusitis. Jika infeksi seperti cold inflames
dan membrane mukosa hidung bengkak,pembengkakan membrane dapat menyebabkan obtruksi sinus sehingga cairan mukosa tidak
dapat keluar. Karena saluran pembuang tertutup, sehingga tercipta lingkungan yang mana bakteri dan virus terperangkap pada sinus dan
berkembang biak.
11,12,18
2.10. Pemeriksaan Diagnostik Sinusitis Maksilaris Kronik 2.10.1. Pemeriksaan
a. Anamnese. Pemeriksaan pada anamnese didapati keluhan pasien
Kongesti hidungsumbatan hidung, sekret hidung purulen, sakit kepala, nyeri atau rasa tertekan pada wajah, ganguan
penghidu, sedangkan untuk anak: batuk dan iritabilitas. Kriteria minor antara lain : demam dan halitosis
2,31
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan rinoskopi anterior dan rinoskopi posterior serta palpasi turut membantu menemukan nyeri tekan pada
daerah sinus yang terkena.
c. Pemeriksaan radiologi
1,30
Foto rontgen sinus paranasal Pemeriksaan radiologik yang dapat dibuat antara lain:
1. Waters 2. PA
3. Lateral. Pembengkakan permukaan mukosa yang berbatas tegas
pada resesus alveolaris antrum maksila biasanya terjadi akibat infeksi yang berasal dari gigi atau daerah
periodontal.
1
29,30
Jika cairan tidak mengisi seluruh rongga sinus, selalu dapat dilihat adanya batas cairan air fluid level pada foto
dengan posisi tegak. CT-Scan Computer Tomography sinus paranasal
29,30
Sinus maksila, rongga hidung, septum nasi dan konka terlihat pada penampang CT-Scan aksial dan koronal. Pada
sinusitis dengan komplikasi, CT-Scan adalah cara yang terbaik untuk memperlihatkan sifat dan sumber masalah.
CT-Scan koronal dari sinus paling baik untuk pembedahan, memberikan visualisasi yang baik tentang
anatomi rongga hidung, komplek osteomeatal, rongga-rongga sinus dan struktur-struktur yang mengelilinginya seperti orbita,
lamina kribiformis, dan kanalis optikus. Obstruksi anatomi pada komplek osteomeatal dan kelainan-kelainan gigi akan
terlihat jelas.
30
c. Nasoendoskopi