Pada penelitian Hannele R, Seppo dan Jukka S 1989 di RSP Militer Helsinki, Finland dalam penelitian perbandingan flora kuman
pada cavum nasal orang sehat dengan penderita sinus maksila akut mendapatkan yang sehat H. influenzae 4, Streptococcus
pneumoniae 1, B. catarrhalis 3. Streptococcus pyogenes 1 dan
yang sinus maksila akut H. influenzae 61, S. pneumoniae 25, B. catarrahalis
7 dan S. pyogenes 6.
39
Dari hasil penelitian tersebut diatas bahwa pola kuman cavum nasi dan penderita sinus maksila pada penderita rinosinusitis maksilaris
akut hampir sama, untuk itu peneliti ingin membandingkan pada pasien sinusitis maksila kronis apakah spesimen dari cavum nasi dengan
spesimen dari sinus maksila memiliki pola kuman yang sama.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu apakah ada pola kuman aerob dari kultur kuman serta
uji sensitivitas terhadap antibiotik antara spesimen cavum nasi dengan sinus maksila pada pasien sinusitis maksila kronis yang dilakukan
pemeriksaan pada Departemen Patologi Klinik divisi Penyakit Tropik Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara RSUP H.
Adam Malik Medan yang dilakukan irigasi sinus maksila pada Departemen THT divisi Rinologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera UtaraRSUP H. Adam Malik Medan dan ditambah dari RSU Haji Mina Medan.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan umum
Mengetahui pola kuman aerob dan uji sensitivitas pada penderita sinusitis maksila kronis yang berasal dari spesimen cavum nasi dan
sinus maksila yang dilakukan di Departemen Patologi Klinik divisi Penyakit Tropik Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
UtaraRSUP H. Adam Malik Medan.
1.3.2. Tujuan khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah: 1.3.2.1
Untuk mengetahui pola dari kuman cavum nasi dan pola kuman sinus maksila pada sinusitis maksila kronis.
1.3.2.2 Untuk mengetahui apakah ada hubungan pola kuman pada cavum
nasi dengan pola kuman pada sinus maksila. 1.3.2.3
Mengetahui distribusi antibiotik yang sensitif pada uji sensitifitas kuman penderita sinusitis maksila kronis.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Memberikan masukan tentang pemberian antibiotika yang tepat untuk pengobatan terapi impirik pada penderita sinusitis maksila kronis
sebelum adanya hasil kultur. 1.4.2. Jika sama, maka hasil cavum nasi bisa dipakai untuk pengobatan.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sinusitis
Sinusitis adalah proses peradangan atau infeksi dari satu atau lebih pada membran mukosa sinus paranasal dan terjadi obstruksi dari
mekanisme drainase normal.
9,15
Secara tradisional terbagi dalam akut simptoms kurang dari 3 minggu, subakut simptoms 3 minggu sampai
3 bulan, dan kronik.
15
Sinus paranasal adalah rongga di dalam tulang kepala yang terletak disekitar hidung dan mempunyai hubungan dengan rongga
hidung melalui ostiumnya.
9
Ada 4 pasang sinus yang terbesar yaitu sinus maksila, sinus frontalis dan sfenoid kanan dan kiri dan beberapa sel-sel kecil yang
merupakan sinus etmoid anterior dan posterior.
1,9
Sinusitis dapat berkembang dari demam yang lebih dari seminggu, tetapi tidak semua orang dengan demam berkembang
menjadi sinusitis.
12
Prinsip utama dalam menangani infeksi sinus adalah menyadari bahwa hidung dan sinus paranasalis hanyalah
sebagian dari sistem pernafasan. Penyakit yang menyerang bronkus dan paru-paru juga dapat menyerang hidung dan sinus paranasalis.
Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan proses infeksi, seluruh saluran nafas dengan perluasan-perluasan anatomik harus dianggap
sebagai satu kesatuan.
16