Pembatalan Paten Tinjauan Hukum terhadap Pembatalan Paten bagi Pemegang Lisensi menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001

BAB IV PEMBATALAN PATEN SERTA AKIBAT HUKUM TERHADAP PEMEGANG LISENSI PATEN

A. Pembatalan Paten

Pendaftaran paten menganut sistem konstitutif first to file system. Menurut sistem konstitutif, orang yang mempunyai paten adalah orang yang telah mendaftarkan penemuannya. Negara hanya memberikan paten kepada penemuan yang didaftarkan. Pendaftaran penemuan merupakan suatu kewajiban agar mendapat kepastian hukum mengenai status kepemilikan paten, dan dengan demikian memiliki perlindungan hukum. Agar pendaftaran penemuan itu dapat diterima, harus memenuhi persyaratan dan tata cara yang telah ditetapkan undang- undang. Apabila ternyata paten itu tidak memenuhi ketentuan yang ditetapkan undang-undang, maka paten tersebut batal atau dapat dibatalkan. Pembatalan tersebut dapat dilakukan dengan alasan-alasan sebagai berikut : 1. Pembatalan demi hukum 2. Pembatalan paten atas permintaan pemegang paten 3. Pembatalan paten karena gugatan Faktor yang menyebabkan Undang-Undang Nomor 14 tahun 2001 memberikan kemungkinan diadakannya pembatalan paten yang telah diberikan kepada pemegang paten tidak dijelaskan secara rinci dalam Undang-Undang tersebut. Namun di dalam Undang-Undang itu disebutkan secara tersirat atau Universitas Sumatera Utara dapat kita lihat dalam Pasal 7 dan Pasal 88 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001, dimana didalamnya tidak disebutkan secara keseluruhan tentang diberikannya pembatalan paten. Di dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 disebutkan bahwa paten tidak diberikan untuk Invensi tentang : a proses atau produk yang pengumuman dan penggunaan atau pelaksanaannya bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas agama, ketertiban umum, atau kesusilaan; b metode pemeriksaan, perawatan, pengobatan danatau pembedahan yang diterapkan terhadap manusia danatau hewan; c teori dan metode di bidang ilmu pengetahuan dan matematika; atau d i. semua makhluk hidup, kecuali jasad renik; ii. proses biologis yang esensial untuk memproduksi tanaman atau hewan, kecuali proses non-biologis atau proses mikrobiologis. Maka dari isi pasal tersebut, dapat dilihat bahwa pembuat Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 dapat membatalkan paten yang telah diberikan kepada pemegang paten bila ternyata paten yang telah diberikan kepada Inventor tidak sesuai dengan yang telah disebutkan dalam Pasal 7 tersebut. Dalam Pasal 88 disebutkan bahwa paten dapat dibatalkan apabila pemegang paten tidak memenuhi kewajiban membayar biaya tahunan dalam jangka waktu yang telah ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001. Jadi, bila pemegang paten lalai atau dengan kata lain pemegang paten tidak memenuhi kewajibannya maka Dirjen HKI dapat membatalkan paten yang telah diberikan kepada pemegang paten. Universitas Sumatera Utara Ad.1 Pembatalan Demi Hukum Paten yang batal demi hukum dapat dilihat dari bunyi Pasal 88 Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2001, yaitu : Paten dinyatakan batal demi hukum apabila Pemegang Paten tidak memenuhi kewajibannya membayar biaya tahunan dalam jangka waktu yang ditentukan dalam Undang-Undang ini. Demikian juga paten batal demi hukum apabila dalam tempo 48 bulan paten tersebut tidak digunakan atau tidak menghasilkan produk. Menurut OK Saidin dalam bukunya, khusus mengenai pembatalan paten ini, ada beberapa hal yang patut diberi catatan. Memang pemberian paten itu dilakukan oleh pemerintah, tetapi menurut hemat penulis pemberian paten oleh pemerintah itu bukanlah merupakan hak pemerintah, melainkan kewajiban. Jika ternyata itu memang merupakan kewajiban pemerintah, maka untuk mendapatkan paten itu adalah hak pemegang paten. Dalam Undang-Undang Paten yang lalu, apabila paten tidak dilaksanakan dalam tenggang waktu 48 bulan, maka paten tersebut dinyatakan batal demi hukum. 34 Penulis melihat persoalannya tidak sesederhana itu. Ada orang yang memang hanya mampu untuk menemukan sesuatu, tetapi tidak mampu untuk Tentu hal ini tidak adil, jika kemudian pemegang paten tidak melaksanakan atau menggunakan hak tersebut untuk menghasilkan produk selama 48 bulan, lantas hak yang telah diterimanya menjadi batal demi hukum. 34 Saidin. 1995. Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual Intellectual Property Rights, Jakarta : Raja Grafindo Persada, hal 285 Universitas Sumatera Utara melaksanakannya. Mungkin karena persoalan modal, keahlian, manajemen, dan lain-lain. Persoalan lain adalah jika hak tersebut batal demi hukum, bagaimana kelangsungan temuan tersebut? Bagaimana pula jika kemudian orang lain mendaftarkan temuan yang batal demi hukum tersebut untuk dan atas namanya. Apakah pihak pemerintah akan menerimanya juga? Oleh karena itu ketentuan mengenai pembatalan paten ini lebih tepat jika diganti dengan redaksi diambil alih oleh negara atau melalui lisensi wajib. Jangan batal demi hukum. Kepada negara kemudian diberi hak untuk menyerahkan paten itu kepada orang yang dianggap mampu untuk melaksanakannya sendiri. Ketentuan yang semacam ini lebih merangsang pihak penemu untuk segera melaksanakan temuannya. Atau setidak-tidaknya temuan itu tetap bermanfaat bagi masyarakat. Namun demikian, respon pembuat Undang-Undang Paten yang baru terhadap penjelasan diatas cukup positif, hingga redaksi semacam itu tidak lagi dimuat dalam Undang-Undang Paten Nomor 14 Tahun 2001. 35 1 Paten yang batal demi hukum diberitahukan secara tertulis oleh Direktorat Jenderal kepada Pemegang Paten serta penerima Lisensi dan mulai berlaku sejak tanggal pemberitahuan tersebut. Pasal 89 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 yaitu : 2 Paten yang dinyatakan batal dengan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88 dicatat dan diumumkan. 35 Ibid, hal 285 Universitas Sumatera Utara Ad. 2 Pembatalan Paten atas Permintaan Pemegang Paten Mengenai pembatalan paten atas permintaan pemegang paten, diatur dalam Pasal 90 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 yang menyebutkan : 1 Paten dapat dibatalkan oleh Direktorat Jenderal untuk seluruh atau sebagian atas permohonan Pemegang Paten yang diajukan secara tertulis kepada Direktorat Jenderal. 2 Pembatalan Paten sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak dapat dilakukan jika penerima Lisensi tidak memberikan persetujuan secara tertulis yang dilampirkan pada permohonan pembatalan tersebut. 3 Keputusan pembatalan Paten diberitahukan secara tertulis oleh Direktorat Jenderal kepada penerima Lisensi. 4 Keputusan pembatalan Paten karena alasan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dicatat dan diumumkan. 5 Pembatalan Paten berlaku sejak tanggal ditetapkannya keputusan Direktorat Jenderal mengenai pembatalan tersebut. Dari ayat 1 Pasal 90 di atas dapat dijelaskan bahwa karena paten pada dasarnya hak yang diterima dari negara untuk selama jangka waktu tertentu, maka kalau yang bersangkutan tidak menghendaki hak tersebut lebih lanjut, dapat saja negara membatalkan hak yang telah diberikannya. Permintaan untuk itu diajukan oleh pemegang paten secara tertulis kepada Kantor Paten. Pada ayat 2 dapat dijelaskan bahwa persetujuan pemegang lisensi dalam pembatalan paten dimaksudkan untuk melindungi kepentingan Pemegang Lisensi Paten. Ad. 3 Pembatalan Paten karena Gugatan Dalam hal paten karena gugatan, Pasal 91 menyebutkan : 1 Gugatan pembatalan Paten dapat dilakukan apabila: a. Paten tersebut menurut ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 6, atau Pasal 7 seharusnya tidak diberikan; Universitas Sumatera Utara b. Paten tersebut sama dengan Paten lain yang telah diberikan kepada pihak lain untuk Invensi yang sama berdasarkan Undang-undang ini; c. pemberian lisensi-wajib ternyata tidak mampu mencegah berlangsungnya pelaksanaan Paten dalam bentuk dan cara yang merugikan kepentingan masyarakat dalam jangka waktu 2 dua tahun sejak tanggal pemberian lisensi-wajib yang bersangkutan atau sejak tanggal pemberian lisensi-wajib pertama dalam hal diberikan beberapa lisensi-wajib. 2 Gugatan pembatalan karena alasan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a diajukan oleh pihak ketiga kepada Pemegang Paten melalui Pengadilan Niaga. 3 Gugatan pembatalan karena alasan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b dapat diajukan oleh Pemegang Paten atau penerima Lisensi kepada Pengadilan Niaga agar Paten lain yang sama dengan Patennya dibatalkan. 4 Gugatan pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf c dapat diajukan oleh jaksa terhadap Pemegang Paten atau penerima lisensi-wajib kepada Pengadilan Niaga. Penjelasan terhadap Pasal 91 ayat 1 adalah : Pertimbangan karena pada prinsipnya paten yang tidak dipakai dalam jangka waktu 36 bulan sejak tanggal pemberiannya sudah terbuka untuk dimintakan Lisensi Wajib. Jadi, pembatasan selama dua tahun pada ketentuan ini sudah memadai. Secara prinsip, langkah ini tidak mengubah pemikiran dasar tentang perimbangan antara hak dan kewajiban yang melandasi pengaturan dalam Undang-Undang Paten selama ini. Sedangkan ketentuan ayat 4 dimaksudkan untuk menegaskan pihak yang berhak mengajukan gugatan dalam hal Pemberian Lisensi Wajib ternyata tidak mampu mencegah terus berlangsungnya pelaksanaan paten yang merugikan kepentingan masyarakat. Dalam hubungan keperdataan yang menyangkut kepentingan masyarakat, gugatan diajukan oleh penuntut umum atas nama negara. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 27 ayat 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1991 tentang Kejaksaan Republik Indonesia. Universitas Sumatera Utara Adapun yang dimaksud dengan frase “ternyata tidak mampu mencegah terus berlangsungnya pelaksanaan paten dalam bentuk dan dengan cara yang merugikan kepentingan masyarakat” adalah bahwa walaupun telah diberikan Lisensi Wajib, tetapi pemberian Lisensi Wajib tersebut tidak terlaksana. Misalnya produk obat, sehingga harga obat tetap mahal karena sedikit yang diproduksi. Selain pertimbangan tersebut diatas, dalam prakteknya Kantor Paten tidak akan dapat memantau dilaksanakan atau tidaknya paten dalam jangka waktu tertentu. Oleh karenanya pembatalan paten yang tidak dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu tersebut, mekanismenya dilakukan melalui gugatan ke Pengadilan. Menurut Pasal 92 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001, jika gugatan pembatalan paten didasarkan atas gugatan pihak ketiga, hanya mengenai satu atau beberapa klaim atau bagian dari klaim, pembatalannya dilakukan hanya terhadap klaim yang pembatalannya digugat. Artinya tidak serta merta seluruh Invensi yang dilindungi paten dibatalkan oleh Pengadilan Niaga, hanya terbatas pada klaim yang pembatalannya digugat oleh pihak ketiga. Selanjutnya, Direktorat Jenderal HaKI berkewajiban untuk menyampaikan isi putusan Pengadilan Niaga tentang pembatalan paten yang sudah memiliki kekuatan hukum tetap tersebut paling lama 14 empat belas hari sejak putusan diucapkan dan mencatatnya dalam Daftar Umum Paten dan mengumumkan dalam Berita Resmi Paten. Universitas Sumatera Utara Menurut ketentuan Pasal 95 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001, pembatalan paten menghapus segala akibat hukum dan hak-hak lainnya yang berasal dari paten tersebut. Mengenai tata cara gugatan pembatalan paten diatur dalam Pasal 94 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 yang menentukaan bahwa tata cara gugatan pembatalan paten mengikuti secara mutatis mutandis tata cara gugatan yang diatur dalam Pasal 117 sampai dengan Pasal 124 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001. Pemegang lisensi atau penerimapemegang lisensi berhak mengajukan gugatan ganti rugi kepada Pengadilan Niaga setempat terhadap siapapun yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001. Tata cara pembatalan paten pertama-tama dimulai dengan mengajukan gugatan ke Pengadilan Niaga. Dimana hak menggugat ini berlaku secara surut sejak tanggal penerimaan. Pemberitahuan isi putusan atas gugatan disampaikan kepada para pihak oleh Pengadilan Niaga paling lama 14 empat belas hari terhitung sejak tanggal putusan diucapkan untuk dicatat dan diumumkan. Gugatan ganti rugi yang diajukan terhadap suatu perbuatan hanya dapat diterima apabila produk atau proses itu terbukti dibuat dengan menggunakan Invensi yang telah diberi paten. Gugatan didaftar di Pengadilan Niaga dengan membayar biaya perkara gugatan. Dalam waktu paling lama 14 empat belas hari setelah pendaftaran Universitas Sumatera Utara gugatan, Pengadilan Niaga menetapkan hari sidang dimana siding pemeriksaan atas gugatan dimulai dalam waktu paling lambat 60 enam puluh hari sejak pendaftaran gugatan dilakukan. Pemanggilan para pihak dilakukan oleh juru sita paling lambat 14 empat belas hari sebelum siding pemeriksaan pertama diselenggarakan. Putusan atas gugatan harus diucapkan paling lambat 180 seratus delapan puluh hari setelah tanggal gugatan didaftarkan. Dimana putusan atas gugatan tersebut memuat secara lengkap pertimbangan hukum yang mendasari putusan tersebut. Putusan tersebut harus dilakukan dalam sidang terbuka untuk umum. Pengadilan Niaga wajib menyampaikan isi putusan kepada para pihak yang tidak hadir paling lambat 14 empat belas hari sejak putusan diucapkan dalam sidang yang dinyatakan terbuka untuk umum.

B. Akibat Hukum terhadap Pembatalan Paten