Latar Belakang Tinjauan Hukum terhadap Pembatalan Paten bagi Pemegang Lisensi menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era globalisasi dewasa ini, teknologi sebagai ilmu pengetahuan yang diterapkan dalam kegiatan industri hadir dalam kehidupan manusia dalam bentuk hasil penemuan. HaKI dapat diartikan sebagai hak atas kepemilikan terhadap karya-karya yang timbul atau lahir karena adanya kemampuan intelektualitas manusia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Karya-karya tersebut merupakan kebendaan tidak berwujud yang merupakan hasil kemampuan intelektualitas seseorang atau manusia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi melalui daya cipta, rasa, karsa dan karyanya yang termasuk dalam lingkup HaKI. Hak atas Kekayaan Intelektual itu adalah hak kebendaan, Hak atas sesuatu benda yang bersumber dari hasil kerja otak, 1 hasil kerja rasio. 2 1 Otak yang dimaksudkan bukanlah otak yang tidak kita lihat seperti tumpukan daging enak dimakan, yang beratnya 2 dari total tubuh, tetapi otak yang berperan sebagai pusat pengaturan segala kegiatan fisik dan psikologis, yang terbagi menjadi dua belahan ; kiri dan kanan. 2 Saidin. 1995. Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual Intellectual Property Right. Jakarta : PT.Rajagrafindo Persada, hal 9 Jika ditelusuri lebih jauh, Hak atas Kekayaan Intelektual sebenarnya merupakan bagian dari benda, yaitu benda tidak berwujud benda immaterial. Benda dalam kerangka hukum perdata dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai kategori. Salah satu dalam kategori itu adalah penggolongan ke dalam benda berwujud dan benda tidak berwujud. Ditinjau dari cara perwujudannya, HaKI sebenarnya berbeda dari objek yang berwujud lainnya. Pada dasarnya yang termasuk dalam lingkup HaKI Universitas Sumatera Utara adalah segala karya dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang dihasilkan melalui akal atau daya pikir seseorang atau manusia. Hal inilah yang membedakan HaKI dengan hak-hak milik lainnya yang diperoleh dari alam. Karya-karya intelaktual tersebut, apakah di bidang ilmu pengetahuan, ataukah seni, sastra, atau teknologi, dilahirkan dengan pengorbanan tenaga, waktu dan bahkan biaya. Adanya pengorbanan tersebut menjadikan karya yang dihasilkan menjadi memiliki nilai. Apabila ditambah dengan manfaat ekonomi yang dapat dinikmati, nilai ekonomi yang melekat menumbuhkan konsepsi property terhadap karya-karya intelektual tadi. Di samping itu, karya-karya intelektualitas dari seseorang atau manusia tidak hanya sekadar memiliki arti sebagai hasil akhir, tetapi juga sekaligus merupakan kebutuhan yang bersifat lahiriah dan batiniah, baik bagi pencipta atau penemunya maupun orang lain yang memerlukan karya-karya intelektualitas tersebut. Salah satu jenis dari penggolongan HaKI adalah paten. Paten merupakan salah satu jenis hak kekayaan intelektual yang merupakan basis industri modern. Dikatakan basis karena paten menjadi dasar pertumbuhan industri secara modern yang bersumber pada penemuan baru, teknologi canggih, kualitas tinggi, dan standar mutu. Paten diberikan untuk melindungi Invensi 3 dibidang teknologi. Paten diberikan untuk jangka waktu yang terbatas, dan tujuannya adalah mencegah pihak lain, termasuk para Inventor 4 3 Invensi adalah ide Inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi dapat berupa produk atau proses, atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses. 4 Inventor adalah seorang yang secara sendiri atau beberapa orang yang secara bersama- sama melaksanakan ide yang dituangkan ke dalam kegiatan yang menghasilkan Invensi. independen dari teknologi yang sama, menggunakan Invensi tersebut selama jangka waktu perlindungan paten, supaya Inventor atau pemegang paten mendapat manfaat ekonomi yang layak atas Universitas Sumatera Utara Invensinya. Sebagai gantinya, pemegang paten harus mempublikasikan semua rincian Invensinya supaya pada saat berakhirnya perlindungan paten, informasi berkaitan dengan Invensi tersebut tersedia secara bebas bagi khalayak. Kebanyakan paten mendapat perlindungan selama 16-20 tahun. Industri modern mampu berkembang, mampu menembus segala jenis pasar, produk yang dihasilkan bernilai tinggi, dan dapat menghasilkan keuntungan besar. Hal ini berlawanan dengan industri tradisional yang bersumber pada penemuan tradisional, teknologi sederhana, kualitas rendah, tidak ada standar mutu. Industri tradisional sulit berkembang dan hanya dapat menembus pasar tradisional lokal, tetapi sulit menembus pasar modern karena produk yang dihasilkan tidak mempunyai mutu standar. Dengan demikian makin tinggi kemampuan penguasaan ilmu dan teknologi, akan makin maju perkembangan industri suatu negara. Namun demikian tidak setiap negara mempunyai sendiri teknologi yang dibutuhkan untuk mengembangkan industri di negaranya. Oleh karena itu biasanya negara tersebut akan mengimpor teknologi dari negara yang telah mempunyai teknologi yang dibutuhkannya. Di lain pihak bagi negara yang mempunyai teknologi yang sudah maju, biasanya mempunyai keinginan untuk mengembangkan pasar yang dimilikinya ke manca negara. Sebagai solusi bagi kedua belah pihak, maka ada lisensi. 5 5 Lisensi adalah izin yang diberikan oleh Pemegang Paten kepada pihak lain berdasarkan perjanjian pemberian hak untuk menikmati manfaat ekonomi dari suatu Paten yang diberi perlindungan dalam jangka waktu dan syarat tertentu. Melalui lisensi paten, sebuah teknologi dapat berkembang di dalam negeri dan ke manca negara. Berdasarkan lisensi paten, sebuah Invensi dapat menjadi sumber kekayaan material bagi inventor dan pemegang hak paten dalam bentuk imbalan royalti. Sedangkan bagi pemegang Universitas Sumatera Utara lisensi paten, Invensi merupakan sumber keuntungan ekonomi karena ikut memproduksi danatau memasarkan produk kepada konsumen. Agar sebuah paten dapat benar-benar berkembang di dalam negeri dan ke manca negara dibutuhkan perlindungan hukum terhadap Invensi tersebut. Inilah yang disebut dengan aspek hukum paten. Latar belakang perlunya aspek hukum paten bermula dari pertimbangan bahwa sebuah Invensi merupakan hasil kemampuan berpikir daya kreasi seorang Inventor. Hasil kemampuan berpikir tersebut hanya dimiliki oleh Inventor secara khusus exclusive yang kemudian diwujudkan dalam bentuk Invensi. Invensi adalah hak milik material berwujud, di atas hak milik material tersebut melekat hak milik immaterial tidak berwujud yang berasal dari akal intelek Inventornya, sehingga disebut Hak atas Kekayaan Intelektual HaKI. Pengaturan mengenai paten di Indonesia baru pertama kali pada tahun 1989, yakni dengan disahkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1989 tentang Paten Lembaran Negara Tahun 1989 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3389, selanjutnya disebut UUP, yang mulai efektif berlaku pada tanggal 1 Agustus 1991. Setelah berlaku beberapa waktu, kemudian Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1989 ini direvisi untuk pertama kali dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1997 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1989 tentang paten yang mulai berlaku pada tanggal 7 Mei 1997. Setelah mengalami beberapa kali perubahan, sekarang peraturan yang mengatur tentang paten adalah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten. Salah satu permasalahan di bidang paten yang dilindungi oleh Undang- Undang adalah masalah pembatalan paten yang telah dilisensikan. Masalah Universitas Sumatera Utara pembatalan paten ini diatur dalam Pasal 88 sampai dengan Pasal 98 Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten. Akibat dari adanya pembatalan paten seperti ini tentu saja sangat merugikan inventor maupun pemegang hak paten. Untuk itu penegakan atau perlindungan hukum terhadap pembatalan paten yang terjadi ini harus didukung oleh Pemerintah dan juga masyarakat itu sendiri. Adanya sistem perlindungan yang baik terhadap Hak atas Kekayaan Intelektual akan menciptakan iklim atau suasana yang mampu merangsang semangat untuk melaksanakan kegiatan penelitian yang menghasilkan teknologi dan atau pengembangannya.

B. Perumusan Masalah