Lisensi Wajib Paten Tinjauan Hukum terhadap Pembatalan Paten bagi Pemegang Lisensi menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001

Beberapa Penerima Lisensi bersama dengan pemegang hak dapat menggunakan teknologi yang dipatenkan. 32

C. Lisensi Wajib Paten

Meskipun tidak disebutkan secara tegas, ketiga jenis lisensi tersebut telah diatur di dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001, yaitu Pasal 69 dan Pasal 70. Pasal 69 ayat 1 merujuk pada Lisensi eksklusif. Sedangkan pasal 70 memberi peluang terhadap diterapkannya Lisensi tunggal yang dapat dilihat dari kalimat “pemegang paten tetap boleh melaksanakan sendiri” dan lisensi non eksklusif dengan memperhatikan kalimat “memberikan lisensi kepada pihak ketiga lainnya”. Terhadap isi perjanjian, termasuk nilai dan cara pembayaran royalti diserahkan kepada pihak untuk menentukannya. Meskipun demikian, keleluasaan menentukan isi perjanjian tidak dapat dilakukan dengan sebebas- bebasnya karena Pasal 71 menetapkan bahwa Perjanjian Lisensi yang merugikan perekonomian Indonesia dan menghambat terjadinya penguasaan teknologi tidak diperbolehkan dan dapat berakibat terjadinya penolakan terhadap pencatatan perjanjian tersebut di Kantor HaKI. Agar Lisensi tersebut dapat diberlakukan terhadap pihak ketiga, Pasal 72 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 mewajibkan para pihak untuk mendaftarkan Perjanjian Lisensi tersebut. Lisensi wajib diatur di dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 yang berisi ketentuan bahwa otoritas publik dalam hal ini adalah Dirjen HaKI dapat mengijinkan pihak ketiga tanpa ijin pemegang paten untuk memproduksi 32 Op cit hal 36 Universitas Sumatera Utara Invensi pemegang paten. Pemberian ijin ini dapat dilakukan berdasarkan persyaratan tertentu seperti adanya keadaan yang mendesak di bidang kesehatan masyarakat. Lisensi wajib juga dimaksudkan untuk melindungi kepentingan publik dari dampak negatif perlindungan paten obat. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 mengatur Lisensi wajib di dalam Pasal 74-87. Selain alasan tersebut diatas, Lisensi wajib hanya dapat diberikan apabila Pemohon dapat menunjukkan bukti yang meyakinkan bahwa Pemohon mempunyai kemampuan untuk melaksanakan sendiri Paten yang bersangkutan secara penuh; atau mempunyai fasilitas sendiri untuk melaksanakan Paten yang bersangkutan dengan secepatnya; atau telah berusaha mengambil langkah-langkah dalam jangka waktu yang cukup untuk mendapatkan Lisensi dari Pemegang Paten atas dasar persyaratan dan kondisi yang wajar, tetapi tidak memperoleh hasil. Lisensi wajib juga dapat diberikan apabila Dirjan HaKI berpendapat bahwa paten tersebut dapat dilaksanakan di Indonesia dalam skala ekonomi yang layak dan dapat memberikan manfaat kepada sebagian masyarakat. Pemeriksaan atas permohonan Lisensi wajib dilakukan oleh Dirjen HaKI dengan mendengarkan pendapat dari instansi dan pihak-pihak terkait, dan Pemegang Paten bersangkutan. Lisensi Wajib diberikan untuk jangka waktu tidak lebih lama dari jangka waktu Perlindungan Paten. Jika berdasarkan bukti dan pendapat pihak terkait, Dirjen HaKI memperoleh keyakinan bahwa jangka waktu 36 bulan belum cukup bagi Pemegang Paten untuk melaksanakan Paten secara komersial di Indonesia atau di lingkup regional, maka Dirjen HaKI dapat Universitas Sumatera Utara menunda keputusan pemberian Lisensi Wajib untuk sementara waktu atau menolaknya. Pelaksanaan Lisensi Wajib harus disertai dengan pembayaran Royalti oleh Penerima Lisensi Wajib kepada Pemegang Hak Paten. Royalti adalah imbalan yang diberikan oleh Penerima Lisensi kepada Pemegang paten atas pelaksanaan Invensinya. Imbalan tersebut dapat berupa uang atau bentuk lain yang disepakati para pihak. Besarnya Royalti yang harus dibayarkan dan cara pembayarannya ditetapkan oleh Dirjen HaKI. Penerapan besarnya Royalti dilakukan dengan memerhatikan tata cara yang lazim digunakan dalam Perjanjian Lisensi Paten atau perjanjian lain yang sejenis. Perjanjian lain yang sejenis adalah perjanjian yang lazim dibuat dalam rangka pengalihan kemampuan atau pengetahuan tentang teknologi yang tidak dipatenkan. Keputusan Dirjen HaKI mengenai pemberian Lisensi Wajib, memuat hal- hal berikut : a. Lisensi Wajib bersifat non-eksklusif; b. Alasan pemberian Lisensi Wajib; c. Bukti, termasuk keterangan atau penjelasan yang diyakini untuk dijadikan dasar pemberian Lisensi Wajib; d. Jangka waktu Lisensi Wajib; e. Besarnya Royalti yang harus dibayarkan penerima Lisensi Wajib kepada Pemegang Paten dan cara pembayarannya; f. Syarat berakhirnya Lisensi Wajib dan hal yang dapat membatalkannya; Universitas Sumatera Utara g. Lisensi Wajib terutama digunakan memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri; h. Lain-lain yang diperlukan untuk menjaga kepentingan para pihak secara adil. Dirjen HaKI mencatat dan mengumumkan pemberian Lisensi Wajib. Pelaksanaan Lisensi Wajib dianggap sebagai bagian dari pelaksanaan Paten. Keputusan pemberian Lisensi Wajib dilakukan oleh Dirjen HaKI paling lama 90 hari sejak diajukannya permohonan Lisensi Wajib. Lisensi Wajib sewaktu-waktu dapat pula dimintakan oleh Pemegang Hak Paten berdasarkan alasan bahwa pelaksanaan Patennya tidak mungkin dapat dilakukan tanpa melanggar Paten lain yang telah ada. Keadaan ini biasanya terjadi dalam pelaksanaan paten yang merupakan hasil penyempurnaan atau pengembangan Invensi yang terlebih dahulu telah dilindungi Paten. Pelaksanaan paten yang baru tersebut berarti melaksanakan seluruh atau sebagian yang telah dilindungi Paten yang dimiliki oleh pihak lain. Apabila pemegang paten terdahulu member Lisensi kepada Pemegang Paten berikutnya, maka hal ini tidak ada masalah pelanggaran paten. Tetapi kalau Lisensi tidak diberikan, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 menyediakan jalan keluar yaitu dengan cara Dirjen HaKI mengeluarkan Lisensi Wajib. Permohonan Lisensi Wajib semacam ini hanya dapat dipertimbangkan apabila Paten yang akan dilaksanakan benar-benar mengandung unsur pembaharuan yang nyata-nyata lebih maju dari Paten yang telah ada. Dalam hal ini, Pemegang Paten berhak saling memberikan Lisensi untuk menggunakan Paten pihak lainnya berdasarkan persyaratan yang wajar, Universitas Sumatera Utara atatu penggunaan paten oleh Penerima Lisensi tidak dapat dialihkan kecuali bila dialihkan bersama-sama dengan Paten lainnya. Dirjen HaKI, atas permohonan Pemegang Paten, dapat membatalkan keputusan pemberian Lisensi Wajib apabila : a. Alasan yang dijadikan dasar bagi pemberian Lisensi Wajib tidak ada lagi; b. Penerima Lisensi Wajib ternyata tidak melaksanakan Lisensi Wajib tersebut atau tidak melakukan usaha persiapan yang sepantasnya untuk segera melaksanakannya; c. Penerima Lisensi Wajib tidak lagi menaati syarat dan ketentuan lainnya termasuk pembayaran royalti yang ditetapkan dalam Pemberian Lisensi Wajib Pembatalan tersebut dicatat dan diumumkan. Dalam hal Lisensi Wajib berakhir karena selesainya jangka waktu yang ditetapkan atau karena pembatalan, maka Penerima Lisensi Wajib harus menyerahkan kembali Lisensi yang diperolehnya. Dirjen HaKI mencatat dan mengumumkan Lisensi Wajib yang telah berakhir. Berakhirnya Lisensi Wajib berakibat pulihnya hak Pemegang Paten yang bersangkutan terhitung sejak tanggal pencatatannya. Berdasarkan pasal 5A Paris Convention, dapat disimpulkan bahwa pemberian Lisensi Wajib untuk paten dimungkinkan dengan ketentuan bahwa : 1. Pemberian Lisensi Wajib tersebut bukan merupakan suatu keharusan melainkan suatu hal yang diperbolehkan; Universitas Sumatera Utara 2. Lisensi Wajib hanya diberikan untuk menghindari atau mencegah terjadinya penyalahgunaan atau pelanggaran yang diakibatkan dari pelaksanaan hak-hak eksklusif yang telah diberikan oleh negara, misalnya tidak dilaksanakannya paten yang telah diberikan perlindungan tersebut; 3. Dalam hal ketidaklaksanaan paten, maka pembatalan paten hanya dapat dilakukan sebelum berakhir masa dua tahun dari pemberian lisensi wajib yang pertama; 4. Pemberian lisensi wajib itu sendiri baru dapat diberikan dalam jangka waktu empat tahun terhitung sejak tanggal pengajuan permohonan paten atau tiga tahun terhitung sejak tanggal pemberian paten yang bersangkutan; 5. Lisensi wajib bersifat non-eksklusif dan tidak dapat dialihkan, bahkan ke dalam bentuk pemberian sublisensi sekalipun. 33 Lisensi Wajib tidak dapat dialihkan, kecuali karena pewarisan. Lisensi Wajib yang beralih karena pewarisan tetap terikat oleh syarat pemberiannya dan ketentuan jangka waktu, serta harus dilaporkan kepada Dirjen HaKI untuk dicatat dan diumumkan. Ketentuan lebih lanjut mengenai Lisensi Wajib diatur dengan Peraturan Pemerintah. 33 Gunawan Widjaja. 2001. Seri Hukum Bisnis Lisensi. Jakarta : Raja Grafindo Persada, hal 39 Universitas Sumatera Utara BAB IV PEMBATALAN PATEN SERTA AKIBAT HUKUM TERHADAP PEMEGANG LISENSI PATEN

A. Pembatalan Paten