F. Pengalihan dan Jangka Waktu
Sebagaimana halnya dengan hak atas kepemilikan intelektual yang lain seperti hak cipta dan merek, paten pada dasarnya hak milik perseorangan yang
immateril yang timbul karena kemampuan intelektual manusia. Sebagai hak milik, paten juga dapat dialihkan atau diserahkan oleh Inventornya atau oleh yang
berhak atas Invensi itu kepada perseorangan atau badan hukum. Prinsip ideal perlindungan paten sama dengan perlindungan HaKI lainnya
sepanjang kesemuanya bermaksud untuk melindungi seseorang yang menemukan hal sesuatu agar buah pikiran dan pekerjaannya tidak dipergunakan begitu saja
oleh orang lain dan menikmati hasilnya dengan melupakan jerih payah mereka yang telah bekerja keras, berpikir dan mengeluarkan biaya untuk
mendapatkannya. Jika dibandingkan antara hak cipta dengan paten, maka perbedaan antara keduanya adalah wujud hak cipta oleh hukum dalam prinsipnya
diakui sejak saat semula, dan hukum hanya mengatur dalam perlindungannya. Sedangkan paten adalah hak yang diberikan oleh negara kepada seseorang yang
menemukan sesuatu hal invensi dalam bidang teknologi yang dapat diterapkan dalam bidang industri, terhadap satu-satunya orang eksklusif yang
menemukannya melalui buah pikiran atau buah pekerjaan, dan orang lain dilarang mempergunakannya, kecuali atas ijinnya.
Oleh karena itu, lahirnya paten tergantung dari pemberian negara. Dalam hal ini Wirjono Projodikoro menulis :
Universitas Sumatera Utara
“Perkataan Oktroi atau paten berarti juga suatu privilege, suatu pemberian istimewa, seolah-olah hak yang diberikan itu bukan hak asasi, sedangkan
sebetulnya hak ini adalah hak asasi, tidak berbeda dari hak cipta.”
20
Selain itu ada aturan lain, bahwa pemegang paten dapat memberi lisensi atas perijinan kepada orang lain untuk memakai buah pikiran yang
tertuang ke dalam paten itu, seluruhnya atau sebagian.” Selanjutnya Wirjono Projodikoro mengatakan pula :
“Hak cipta dapat diserahkan kepada orang lain, hak paten pun dapat diserahkan kepada orang lain.
21
Menurut Hukum Perdata, yang dimaksud dengan penyerahan itu adalah, “penyerahan suatu benda oleh pemilik atau atas namanya kepada orang lain
sehingga orang lain tersebut memperoleh milik atas benda tersebut.” Dengan adanya pengalihan atau penyerahan paten kepada orang lain,
beralih atau diserahkan pula kekuasaan atas paten tersebut. Disini yang beralih atau diserahkan hanyalah hak ekonomisnya saja, sedangkan hak moralnya tidak
ikut serta beralih atau diserahkan, karena tetap melekat pada diri Inventornya. Paten sebagai suatu hak yang diberikan kepada seseorang atas suatu
penemuan yang megandung langkah inveritif keharusan dapat dialihkan kepada orang lain. Pengertian pengalihan hak adalah penyerahan kekuatankekuasaan
atas sesuatu benda kepada badan hukum, orang, negara pihak lain.
20
Wirjono Projodikoro. Hukum Perdata tentang Hak-Hak atas Benda, Jakarta : PT. Pembimbing Masa, hal 212
21
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Penyerahan itu dapat dibedakan lagi atas “penyerahan secara nyata dan penyerahan secara yuridis”. Penyerahan secara nyata adalah mengalihkan
kekuasaan atas suatu kebendaan secara nyata, sedangkan penyerahan secara juridis adalah perbuatan hukum pada mana atau karena mana hak milik atau hak
kebendaan lainnya dialihkan.
22
Perbedaan keduanya tampak jelas pada penyerahan benda-benda tak bergerak dan benda-benda bergerak. Pada pendaftaran benda tak bergerak
penyerahannya harus melalui pendaftaran pada suatu akta di dalam daftar umum, sebaliknya penyerahan benda-benda bergerak bentuk penyerahan itu dilakukan
sekaligus, artinya penyerahan secara nyata dan penyerahan secara juridis dilakukan secara bersama-sama.
23
1 Paten dapat beralih atau dialihkan baik seluruhnya maupun sebagian
karena: Paten atau pemilikan paten dapat beralih atau dialihkan baik seluruhnya
maupun sebagian. Hal ini dapat jelas terlihat dari bunyi pasal berikut : Pasal 66
a. pewarisan;
b. hibah;
c. wasiat;
d. perjanjian tertulis; atau
e. sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan.
2 Pengalihan Paten sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a, huruf
b, dan huruf c, harus disertai dokumen asli Paten berikut hak lain yang berkaitan dengan Paten itu.
3 Segala bentuk pengalihan Paten sebagaimana dimaksud pada ayat 1
wajib dicatat dan diumumkan dengan dikenai biaya.
22
Vollmar, Terjemahan IS. Adiwimarta, hal 230
23
Mariam Darus Badrulzaman. 1983. Mencari Sistem Hukum Benda Nasional, Bandung : Alumni, hal 37-41
Universitas Sumatera Utara
4 Pengalihan Paten yang tidak sesuai dengan ketentuan Pasal ini tidak
sah dan batal demi hukum. 5
Syarat dan tata cara pencatatan pengalihan Paten diatur lebih lanjut dengan Keputusan Presiden.
Dari ketentuan Pasal 66 ini, jelaslah bahwa pengalihan paten tidak dapat serta merta oleh Inventornya kepada orang lain atau badan hukum, melainkan
harus dilakukan menurut syarat dan tata cara tertentu yang diatur dalam Undang- Undang Paten dan peraturan pelaksanaannya. Apabila pengalihan paten tersebut
dilakukan tidak sesuai atau tidak memenuhi syarat dan tata cara yang telah ditentukan, pengalihan paten dimaksud diancam dinyatakan tidak sah dan batal
demi hukum. Pengalihan paten tersebut, bisa seluruhnya maupun sebagian saja, sebab pengalihan paten tersebut bisa disebabkan oleh pewarisan, hibah, wasiat,
perjanjian tertulis, atau sebab yang lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan. Sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-
undangan misalnya pemilikan paten karena pembubaran badan hukum yang semula merupakan pemegang paten.
Pasal 69 Undang-Undang Paten menyebutkan : 1
Pemegang Paten berhak memberikan Lisensi kepada pihak lain berdasarkan perjanjian Lisensi untuk melaksanakan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16.
2 Kecuali jika diperjanjikan lain, lingkup Lisensi sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 meliputi semua perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 berlangsung selama jangka waktu Lisensi diberikan dan
berlaku untuk seluruh wilayah Negara Republik Indonesia.
Kutipan pasal diatas dapat diberi penjelasan bahwa berbeda dengan pengalihan paten dimana pemilikan juga beralih, maka perlisensian melalui suatu
perjanjian pada dasarnya hanya bersifat pemberian hak untuk menikmati manfaat ekonomi dari paten, dalam jangka waktu tertentu dan syarat tertentu pula.
Universitas Sumatera Utara
Dalam Pasal 70 disebutkan : “Kecuali diperjanjikan lain, Pemegang Paten tetap boleh melaksanakan
sendiri atau memberi lisensi kepada pihak ketiga lainnya untuk melaksanakan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16.”
Dari pasal tersebut dapat dijelaskan bahwa kadang-kadang perjanjian lisensi dibuat khusus, artinya lisensi hanya diberikan kepada pemegangnya. Jika
dimaksud demikian maka hal itu harus secara tegas dinyatakan dalam perjanjian lisensi. Apabila tidak, maka perjanjian lisensi paten dianggap tidak memakai
syarat seperti itu, undang-undang ini menganut paham yang demikian. Oleh karenanya pemegang paten pada dasarnya masih boleh melaksanakan sendiri
paten yang dilisensikannya, atau memberi lisensi yang sama kepada pihak ketiga lainnya. Ketentuan ini dengan demikian dimaksudkan untuk mencegah
berlangsungnya keadaan yang menempatkan perjanjian lisensi kemudian selalu dianggap bersifat eksklusif.
Perkembangan mengenai paten dewasa ini, menunjukkan bahwa masalah paten tidak lagi merupakan sistem perlindungan hak individu terhadap penemuan
baru dalam bidang teknologi, tetapi semakin maju dan meluas ke percaturan politik dan ekonomi antar negara-negara berkembang dengan negara-negara maju
dengan segala kaitan dan akibatnya. Berkenaan dengan rasa keadilan dan jerih payah tersebutlah maka negara-negara di dunia memberikan penghargaan yang
wajar bagi sesuatu temuan baru tersebut. Perlindungan hukum terhadap Invensi yang dipatenkan diberikan untuk
masa jangka waktu tertentu. Selama masa jangka waktu tertentu, penemunya
Universitas Sumatera Utara
dapat melaksanakan sendiri Invensinya atau menyerahkan kepada orang lain untuk melaksanakan. Baru setelah itu Invensi yang di patenkan tersebut berubah
menjadi milik umum atau berfungsi sosial. Masa jangka waktu perlindungan hukum terhadap paten ini dicantumkan dalam Pasal 8 ayat Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2001 yang menyatakan bahwa : 1
Paten diberikan untuk jangka waktu selama 20 dua puluh tahun terhitung sejak Tanggal Penerimaan dan jangka waktu itu tidak dapat
diperpanjang.
2 Tanggal mulai dan berakhirnya jangka waktu Paten dicatat dan
diumumkan. Berbeda dengan ketentuan yang masa jangka waktu perlindungan hukum
paten selama 14 empat belas tahun, terhitung sejak penerimaan permintaan paten dan dapat diperpanjang lagi satu kali untuk masa jangka waktu selama 2 tahun
sebagaimana diatur dalam Pasal 9 dan Pasal 43 Undang-Undang Paten Tahun 1989.
Perhitungan masa jangka waktu perlindungan hukum terhadap paten tersebut, dimulai sejak tanggal penerimaan. Sejak tanggal penerimaan paten inilah
dilakukan perhitungan perlindungan hukum paten yang diberikan selama 20 tahun. Dan tanggal mulai dan berakhirnya jangka waktu perlindungan paten
tersebut harus dicatat dalam Daftar Umum Paten dan diumumkan dalam Pasal 8 ayat 2 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001. Kemudian penjelasan pasal
tersebut menyatakan : yang dimaksud dengan dicatat dan diumumkan pada ayat ini dan dalam ketentuan-ketentuan selanjutnya dalam Undang-Undang ini adalah
dicatat dalam Daftar Umum Paten dan diumumkan dalam Berita Resmi Paten. Paten biasa berlaku selama 20 tahun terhitung sejak tanggal penerimaan
paten. Jangka waktu 20 tahun ini sesuai dengan tuntutan Perjanjian TRIPs. Selain
Universitas Sumatera Utara
paten biasa, di Indonesia dikenal pula jenis paten lain yang disebut paten sederhana. Jangka waktu perlindungan paten sederhana adalah 10 tahun terhitung
sejak tahun penerimaan. Untuk menjamin kelangsungan paten itu dari tahun ke tahun, pemegang
paten harus membayar biaya. Pasal 115 menetapkan bahwa paten dinyatakan batal demi hukum jika kewajiban membayar biaya tahunan tidak dipenuhi selama tiga
tahun berturut-turut.
Universitas Sumatera Utara
BAB III LISENSI PATEN
A. Pengertian Lisensi Paten