Akibat Hukum terhadap Pembatalan Paten

gugatan, Pengadilan Niaga menetapkan hari sidang dimana siding pemeriksaan atas gugatan dimulai dalam waktu paling lambat 60 enam puluh hari sejak pendaftaran gugatan dilakukan. Pemanggilan para pihak dilakukan oleh juru sita paling lambat 14 empat belas hari sebelum siding pemeriksaan pertama diselenggarakan. Putusan atas gugatan harus diucapkan paling lambat 180 seratus delapan puluh hari setelah tanggal gugatan didaftarkan. Dimana putusan atas gugatan tersebut memuat secara lengkap pertimbangan hukum yang mendasari putusan tersebut. Putusan tersebut harus dilakukan dalam sidang terbuka untuk umum. Pengadilan Niaga wajib menyampaikan isi putusan kepada para pihak yang tidak hadir paling lambat 14 empat belas hari sejak putusan diucapkan dalam sidang yang dinyatakan terbuka untuk umum.

B. Akibat Hukum terhadap Pembatalan Paten

Setiap adanya hubungan hukum tentu akan membawa akibat hukum bagi pihak-pihak yang mengadakan hubungan hukum tersebut. Demikian juga dalam hal pembatalan paten, akan membawa atau menimbulkan akibat hukum terhadap pemegang lisensi dari paten yang dibatalkan tersebut. Pembatalan paten menghapuskan segala akibat hukum yang berkaitan dengan paten dan hal-hal lain yang berasal dari paten tersebut Pasal 95 Undang- Undang Nomor 14 tahun 2001. Kecuali jika ditentukan lain dalam Putusan Pengadilan Niaga, Paten batal untuk seluruh atau sebagian sejak tanggal putusan Universitas Sumatera Utara pembatalan tersebut mempunyai kekuatan hukum tetap Pasal 96 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001. Pasal 97 Undang-Undang Nomor 14 tahun 2001 menyebutkan : 1 Penerima Lisensi dari Paten yang dibatalkan karena alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 91 ayat 1 huruf b tetap berhak melaksanakan Lisensi yang dimilikinya sampai dengan berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian Lisensi. 2 Penerima Lisensi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak wajib meneruskan pembayaran royalti yang seharusnya masih wajib dilakukan kepada Pemegang Paten yang Patennya dibatalkan, tetapi mengalihkan pembayaran royalti untuk sisa jangka waktu Lisensi yang dimilikinya kepada Pemegang Paten yang berhak. 3 Dalam hal Pemegang Paten sudah menerima sekaligus royalti dari penerima Lisensi, Pemegang Paten tersebut wajib mengembalikan jumlah royalti yang sesuai dengan sisa jangka waktu penggunaan Lisensi kepada Pemegang Paten yang berhak. Ketentuan Pasal 97 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 ini sedikit menimbulkan kesulitan, dalam hal perjanjian lisensi itu ditentukan oleh pihak pemegang lisensi bahwa yang membayar biaya tahunan adalah pihak penemu. Tetapi kemudian pihak Inventor tidak melaksanakan kewajibannya, yang menurut ketentuan Pasal 88 Undang Undang Nomor 14 Tahun 2001, paten tersebut dinyatakan batal demi hukum. Akibat hukum terhadap pemegang lisensi dari paten yang batal demi hukum ialah bahwa penegang lisensi tetap berhak melaksanakan lisensi yang dimilikinya sampai dengan berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian lisensi. Pemegang lisensi juga tidak lagi wajib meneruskan pembayaran royalti yang seharusnya masih wajib dilakukannya. Tapi bila pemegang paten sudah terlebih dahulu menerima secara sekaligus royalti dari pemegang lisensi Universitas Sumatera Utara maka pemegang paten tersebut berkewajiban mengembalikan jumlah royalti yang sebanding dengan jangka waktu penggunaan. Dalam klausul yang lain, perjanjian lisensi itu ditetapkan pula untuk diberikan selamanya sampai jangka waktu paten itu berakhir, yang menurut Pasal 97 ayat 1 pemegang lisensi tetap berhak untuk melaksanakan lisensinya sampai jangka waktu perjanjian itu berakhir. Ketentuan ini tentu saja dapat membuka peluang “penyelundupan hukum” oleh penemupemegang paten untuk menghindarkan pembayaran biaya tahunan. Jika pintu depan sebenarnya telah tertutup untuk pelarian pihak penemupemegang paten dari pembayaran biaya tahunan, tetapi jendela belakang terbuka lebar untuk itu. Oleh karena perjanjian lisensi tunduk kepada prinsip- prinsip hukum perikatan, dan undang-undang ini tidak memberikan batasan terhadap perjanjian lisensi itu, meskipun semula maksudnya adalah untuk melindungi pemegang lisensi. Pembatalan paten atas permohonan pemegang paten membawa akibat hukum kepada pemegang lisensi. Jika penerima lisensi memberikan persetujuan secara tertulis yang akan dilampirkan dalam permohonan pembatalan paten tersebut Pasal 90 ayat 2 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001. Dengan persetujuan tertulis darri pemegang lisensi maka ia menyetujui hapusnya segala akibat hukum yang berkaitan dengan paten dan hak-haknya, yaitu yang timbul dari perjanjian lisensi tersebut. Berarti, perjanjian lisensi paten menjadi hapus pada saat atau sejak tanggal ditetapkannya keputusan oleh Dirjen Universitas Sumatera Utara HKI. Pemegang lisensi tidak dapat menuntut penggantian biaya, rugi, dan bunga karen pembatalan paten tersebut disetujui secara tertulis oleh pemegang lisensi. Apabila pemegang lisensi tidak memberikan persetujuannya secara tertulis yang dilampirkan pada permohonan pembatalan paten tersebut, maka pembatalan paten atas permohonan pemegang paten tersebut tidak dapat dilakukan Pasal 90 ayat 2 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001. Lisensi yang dinyatakan batal oleh karena gugatan, dimana paten tersebut diperoleh dengan itikad baik sebelum diajukannya gugatan pembatalan atas paten yang bersangkutan, tetap berlaku terhadap paten lainnya. Perjanjian lisensi itu tetap berlaku dengan ketentuan bahwa pemegangpenerima lisensi tersebut untuk selanjutnya tetap wajib membayar royalti kepada pemegang paten yang tidak dibatalkan, yang besarnya sama jumlahnya dengan yang dijanjikan sebelumnya kepada pemegang paten yang patennya dibatalkan Pasal 98 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001. Pasal 98 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 : 1 Lisensi dari Paten yang dinyatakan batal oleh sebab-sebab sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 91 ayat 1 huruf b yang diperoleh dengan iktikad baik, sebelum diajukan gugatan pembatalan atas Paten yang bersangkutan, tetap berlaku terhadap Paten lain. 2 Lisensi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tetap berlaku dengan ketentuan bahwa penerima Lisensi tersebut untuk selanjutnya tetap wajib membayar royalti kepada Pemegang Paten yang tidak dibatalkan, yang besarnya sama dengan jumlah yang dijanjikan sebelumnya kepada Pemegang Paten yang Patennya dibatalkan. Di dalam penjelasan pasal 98 diuraikan bahwa : “terhadap pemegang lisensi paten yang dibatalkan, pada dasarnya dapat terus melaksanakan hak yang diperolehnya. Bedanya lisensi tersebut menjadi lisensi atas paten lain yang tidak Universitas Sumatera Utara dibatalkan. Kewajiban membayar royalti berikutnya berpindah kepada pemegang paten yang tidak dibatalkan”. Mengenai mulai berlakunya putusan pembatalan paten tersebut, Pasal 96 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 menentukan sebagai berikut : “Kecuali jika ditentukan lain dalam putusan Pengadilan Niaga, Paten batal untuk seluruh atau sebagian sejak tanggal putusan pembatalan tersebut mempunyai kekuatan hukum tetap”. Dimana ketentuan pasal 96 ini berlaku untuk pembatalan paten atas permohonan pemegang paten dan pembatalan paten karena gugatan. Pembatalan paten demi hukum berlaku ketentuan Pasal 89 ayat 1 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 yaitu sejak tanggal pemberitahuan pembatalan paten kepada pemegang paten atau pemegang lisensi oleh Dirjen HKI. Jadi, sejak tanggal berlakunya putusan pembatalan tersebut pemegang paten tidak lagi mempunyai hak atau kewajiban-kewajiban tertentu berkaitan dengan paten dibatalkan tersebut.

C. Perlindungan Hukum terhadap Lisensi Paten